tag:blogger.com,1999:blog-419459074741977032024-03-13T07:11:43.840-07:00Cerita PanasKumpulan cerita seks, cerita dewasa,cerita porno, cerita sex dan panas terlengkapUnknownnoreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-85376984701618837472013-01-12T22:40:00.000-08:002013-01-12T22:40:15.235-08:00Seks dengan Pembantu ABG Jack mengirim Cerita nya dengan seorang pembantu rumahnya yang masih ABG. jack termasuk salah satu orang yang beruntung, mengingat abg yang di cicipin nya adalah seorang pembantu yang masih perawan. bagaimana cerita detail nya. yuk baca selanjutnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-4pib3Rk6YUQ/UPJWcBhdWkI/AAAAAAAAADs/G42tEijFrIU/s1600/a7f561d54a46651c3487d05c87a62ebe_view.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-4pib3Rk6YUQ/UPJWcBhdWkI/AAAAAAAAADs/G42tEijFrIU/s320/a7f561d54a46651c3487d05c87a62ebe_view.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
Namaku jack, gue mahasiswa di salah satu PTN top di Bandung. Sekarang umurku 20 tahun. Jujur saja, gue kenal seks baru sejak SMP. gue senang sekali ada situs khusus buat bagi-bagi pengalaman seperti ini, sehingga apa yang pernah kita lakukan bisa dibagi-bagi.<br /><br />Awal gue mengenal seks yaitu saat secara tidak sengaja gue buka-buka lemari di rumah teman SMP-ku dan menemukan setumpukan Video VHS tanpa gambar di dalam sebuah kotak. Karena penasaran film apa itu, kuambil satu dan langsung kucoba di video temanku di kamar itu yang kebetulan sepi, karena temanku sedang les.<br /><br />Kusetel film yang berjudul.. apa ya? gue lupa, ternyata itu film dewasa (waktu itu gue belum banyak tahu). gue cuma pernah dengar teman-temanku pernah nonton film begituan, tapi gue tidak begitu penasaran. Nah, saat itu gue baru tahu itu loh yang namanya BF. Kebetulan itu film seks tentang anak kecil yang masih mungil bercinta dengan bapaknya, oomnya, temannya dan lain-lain.<br /><br />Dan gue ingin cerita nih pengalaman pertamaku. Kejadian ini terjadi ketika gue masih SMA, di rumahku ternyata ada pembantu baru. Orangnya masih lumayan kecil sekitar 12 tahun lah, tapi itu dia yang membuatku suka. gue itu suka sama wanitae imut-imut yang masih agak kecil mungkin gara-gara video waktu itu (aku suka begitu melihat situs-situs tentang Lolita, soalnya cewek-cewek di situs-situs itu masih imut-imut). Dan yang paling membuatku terangsang adalah payudaranya yang masih baru tumbuh, masih agak runcing (tapi tidak rata).<br /><br />Setiap hari itu dia kerjaannya, biasalah kerjaan pembantu rumah tangga, ya ngepel, ya mencuci dan lain-lain. Kalau gue sarapan, kadang suka melihat dia yang sedang ngepel and roknya agak terbuka sedikit, jadi tidak konsentrasi deh sarapannya karena berusaha melihat celana dalamnya, tapi sayang susah. Untuk awal-awal gue hanya bisa minta dibuatkan teh atau susu.<br /><br />Lambat laun karena gue sudah ingin begitu melihat tubuhnya itu, kuintip saja dia kalau sedang mjack. Tapi sayang karena lubang yang tersedia kurang memadai, yang terlihat hanya pantatnya saja, soalnya terlihat dari belakang. Kadang-kadang terlihat depannya hanya tidak jelas, payah deh. Nah pada suatu hari gue nekat. Kupanggil dia untuk pijati gue , oh iya nama dia Ine.<br />“Ine.. pijitin saya dong, saya pegel banget nih abis maen bola tadi”, kataku.<br /><br />“Iya Mas, sebentar lagi ya. Lagi masak air nih, tanggung”, jawabnya.<br />“Iya, tapi cepet ya. Saya tunggu di kamar saya.”<br />Cihuy, dalam hati gue bersorak. Nanti mau tidak dia ya gue ajak begituan. Lalu kubuka bajuku sambil menuggu dia. Lalu pintuku diketok,<br />“Permisi Mas”, ketoknya.<br />“Masuk aja Ne, nggak dikunci kok”, lalu dia masuk sambil bawa minyak buat mijit.<br />Mulailah dia memijatku. Mula-mula dia memijat punggungku dan sambil kuajak ngobrol.<br />“Kamu sekolah sampai kelas berapa Ne?” tanyaku.<br />“Cuma sampai kelas tiga aja Mas, soalnya nggak ada biaya”, jawab dia.<br />“Sekarang lu umur berapa?” tanyaku lagi.<br />Dia menjawab, “Umur saya baru mau masuk 12 Mas.”<br />“Udah gede dong ya”, kataku sambil tersenyum.<br /><br />Lalu gue membalikkan badan, “Pijitin bagian dadaku ya..” pintaku sambil menatap memohon. “Iya mas”, katanya. Dia memijati dadaku sambil agak menunduk, jadi baju yang dia pakai agak kelihatan longgar jadi gue bisa melihat bra yang dia kenakan yang menutupi dua buah payudara yang masih baru tumbuh. Wah, kemaluanku jadi tidak karuan lagi rasanya. Dan gue juga menikmati wajahnya yang masih polos itu. Begitu dia selesai memijati dadaku, gue langsung bilang, “Pijitan lu enak”, terus gue nekat langsung meraba payudara dia yang imut itu, tapi ternyata dia kaget dan langsung menepis tanganku dan langsung lari dari kamarku. gue kaget dan jadi takut kalau dia minta berhenti dan bicara dengsn ibuku. Gimana nich? gue langsung dihantui rasa bersalah. Ya sudah ah, besok gue minta maaf saja dengan dia dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.<br /><br />Benar saja, besok itu dia ternyata agak takut kalau lewat depanku. gue langsung bicara saja dengan dia.<br />“Ne.. yang kemaren itu maaf ya.. Saya ternyata khilaf, jangan bilang sama Ibu ya.”<br />“Iya deh Mas, tapi janji nggak kayak gitu lagi khan, abis Ine kaget dan takut”, kata dia.<br />“Iya saya janji”, jawabku.<br /><br />Sebulan setelah peristiwa itu memang gue tidak ada kepikiran untuk menggituin dia lagi. Dan dia juga sudah mulai biasa lagi. Tapi pada suatu hari pas gue sedang mencari celanaku di belakang, mungkin celanaku sedang dicuci. Soalnya itu celana ada duitku di dalamnya. Yah basah deh duitku. Eh, pas gue lewat kamar si Ine, kelihatan lewat jendela ternyata dia lagi tidur. Rok yang dia pakai tersibak sampai ke paha. Yah, timbul lagi deh ide setan untuk ngerjain dia. Tapi gue bingung bagaimana caranya. Akhirnya gue menemukan ide, besok saja gue masukkan obat tidur di minumannya. Dan gue menyusun rencana, bagaimana caranya untuk memberi dia obat tidur.<br /><br />Besok pas sedang makan dan kebetulan rumah sedang sepi, gue minta dibuatkan teh. Setelah selesai dia buat dan diberikan ke gue . Kumasukkan saja obat tidur ke teh itu. Terus manggil dia,<br />“Ne.. kok tehnya rasanya aneh sih?”<br />“Masa sih Mas?” kata dia.<br />“Cobain saja sendiri”, dia langsung minum sedikit.<br />“Biasa saja kok Mas..” katanya.<br />“Coba lagi deh yang banyak”, kataku.<br />Dia minum setengah, terus gue bilang,<br />“Ya udah yang itu lu abisin saja, tapi buatin yang baru.”<br />“Iya deh Mas, maaf ya Mas kalo tadi tehnya nggak enak”, jawabnya.<br />“Nggak apa-apa kok”, jawabku lagi.<br /><br />Aku tinggal tunggu obat tidur itu bekerja. Ternyata begitu dia mau buat teh baru, eh dia sudah ambruk di dapur. Langsung saja kuangkat ke kamarku. Begitu sampai di kamarku, kutiduri di kasurku. Berhasil juga gue bisa membawa dia ke kamarku, pikirku dalam hati. Lalu gue mulai membukan bajunya, gile.. gue deg-degan, soalnya pertama kali nich! Kelihatan deh branya, dan di dalam bra itu ada benda imut berupa gundukan kecil yang bisa membuatku terangsang berat. Lalu kubuka roknya, kelitan CD-nya yang berwarna krem. Tubuhnya yang tinggal memakai bra dan CD membuat kemaluanku semakin tidak tahan. Tubuhnya lumayan putih. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisi dia kuubah menjadi posisi duduk, lalu kuciumi bibirnya, sambil meremas-remas payudaranya yang masih agak kecil itu. Dan tanganku yang satu lagi mengusap CD-nya di bagian bibir kemaluannya. Kumasukkan lidahku ke mulutnya dan gue juga berusaha menghisap dan menjilati lidahnya. Sekitar 10 menitan kulakukan hal itu. Setelah itu kubuka branya dan CD-nya. Wow, pertama kalinya gue melihat seorang gadis dengan keadaan telanjang secara langsung. Payudaranya terlihat begitu indah dengan puting yang kecoklatan baru akan tumbuh. Bagian kemaluannya belum ditumbuhi rambut-rambut dan terlihat begitu rapat.<br /><br />Langsung kujilati dan kuhisapi payudaranya. Dan payudara yang satu lagi kuremas dan kuusap-usap serta kupilin-pilin putingnya. Putingnya tampak agak mengeras dan agak memerah. Setelah gue mainkan bagian payudaranya, kujilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian kemaluannya. Bagian itu kelihatan masih sangat polos, dan terlihat memang seperti punya anak kecil. Kubuka kedua pahanya dan belahan kemaluannya, begitu kudekati ingin menjilati. Tercium bau yang tidak kusuka, ah kupikir peduli amat, gue sudah nafsu sekali. Kutahan nafas saja. Kubuka belahan kemaluannya dan gue melihat apa yang di namakan klitoris, yang biasanya gue melihat di situs-situs X, akhirnya kulihat secara langsung. Lalu kujilati bagian klitorisnya itu. Tiba-tiba dia mengerang dan mendesah, “Sshh..” begitu. gue kaget hampir kabur. Ternyata dia hanya mendesah saja dan tetap terus tidur. Ketika gue jilati itu, ternyata ada cairan yang meleleh keluar dari kemaluannya, kujilati saja. Rasanya asin plus kecut.<br /><br />Nah sekarang gue dalam keadaan yang amat terangsang, tapi begitu kuperhatikan wajahnya dan ke seluruh tubuhnya gue jadi tidak tega untuk merebut keperawanannya. gue kasihan tapi gue sudah dalam keadaan yang amat terangsang. Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi saja. Soalnya gue tidak tega. gue pakaikan dia baju lagi dan menidurkan di kamarnya. Yah, gue melepaskan pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan seorang gadis mungil berumur 12 tahun! Tidak tahu deh gue menyesal atau tidak.<br /><br />Setelah melepas kesempatan untuk bercinta dengan Ine. gue jadi kepikiran terus. Setiap gue apa-ngapain, selalu ingat sama payudara mungilnya Ine dan daerah kemaluannya yang masih polos itu. Untungnya si Ine tidak pernah merasa pernah di apa-apain sama gue . Dia selalu bersikap biasa di depanku tapi gue nya tidak biasa kala melihat dia. Soalnya pikiranku kotor melulu.<br /><br />Pelampiasannya paling gue masturbasi sambil melihat gambar-gambar XX yang gue dapatkan dari situs-situs lolita. Tapi gue bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Ine semakin besar saja. Sepertinya gue sudah tidak tahan.<br /><br />Akhirnya pada suatu waktu, gue mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, gue tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling gue ancam sedikit dan gue kasih duit dia diam. Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, gue langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti gue sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah gue merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).<br /><br />Pada suatu hari, ketika Ine sedang mjack. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi gue jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mjack langsung gue sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mjack, keluar kamar mjack menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi. Begitu keluar kamar mjack langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta. Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar gue jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.<br />“Mas jack, jangan Mas” mohonnya.<br />“Tidak apa-apa lagi Ne.. Paling sakitnya sedikit entar lu pasti akan ngerasain enaknya”, kataku.<br />Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.<br />“Jangan coba-coba teriak ya!” hardikku.<br />Dia mulai menangis. gue jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.<br />“Cobain enaknya deh..” kataku.<br />Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.<br />“Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara lu di elus-elus”, kataku.<br /><br />Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. “Enak kan?” kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.<br />“Tolong pegangin anuku donk.. dipijitin ya..” pintaku.<br />Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,<br />“Mas mau ngapain?” tanyanya.<br />“Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, lu nikmatin aja” jawabku.<br />Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. “Tuh kan enak”, kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.<br /><br />Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,<br />“Jangan Mas, saya masih perawan.”<br />“Saya juga tau kok lu masih perawan”, jawabku.<br />Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas gue mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.<br />“Aku tahu lu masih perawan, abis gimana lagi gue udah amat terangsang”, kataku.<br />Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.<br />“Atau lu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?” tanyaku.<br />“Iya deh Mas, lewat pantat aja ya.. tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?” jawabnya.<br />“Tidak apa-apa kok”, jawabku.<br />Ya, sudah kulepaskan talinya. gue tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.<br /><br />Langsung saja gue ambil posisi dan si Ine posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. gue mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.<br />“Sslleb.. ahh.. enak sekali”, jepitan pantatnya sangat kuat.<br />“Aduh.. Mas, sakit Mas..” rintihnya.<br />“Tahan sedikit ya Ne..” kataku.<br />Langsung saja kugenjot. “Gile banget, enaknya minta ampun..” Terus gue berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. gue membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.<br />“Udahan ya Mas, saya sudah cape..” pintanya.<br />“Bentar lagi kok”, jawabku.<br />Setelah itu langsung kutindih saja badannya.<br />“Lho Mas mau ngapain lagi?” tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.<br />“Tahan dikit ya Ne..” kataku.<br />Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Ine menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.<br /><br />Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Ine terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata. Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, gue makin terangsang mendengarnya. Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya gue keluar juga. Kukeluarkan di dalam luabang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, gue merenggut keperawanan seorang anak gadis.<br />“Ine.. sorry ya.. tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan..” tanyaku.<br />Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. gue bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.<br /><br />Besok-besok dia gue kasih obat anti hamil dan gue bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan gue bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.<br />“Inget ya Ne.. kalo lu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya..”<br /><br />Begitulah kisahku dan gue tetap suka sama cewek yang imut-imut. Kenapa ya? apa gue fedofil? Tapi sepertinya tidak deh, Soalnya yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil. Jadi sepertinya gue bukan pedofil, Ok.<br />
<br />
Demikianlah <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">cerita panas</a> yang singkat kiriman dari jack, yuk kmu kirim juga dong cerita menarik yang bisa di bagi untuk pembaca setia blog ini. Salam sayang...Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-71483432268575320102013-01-12T22:29:00.001-08:002013-01-12T22:29:35.947-08:00Seks Dengan Adik temanku<br />
<br />
<a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita panas</a> yang kali ini akan diberikan adalah kiriman dari saudara andi yang berpengalaman atau memiliki cerita seks dengan adik temannya. Dani menceritakan dengan singkat kisahnya, walau tidak berarturan dalam tata bahasa, tapi cukup menarik dan sangat memuaskan untuk dibaca. selamat menikmati.<br /><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-k3oRstzuM3s/UPJTzHfjOrI/AAAAAAAAADU/KjUyhSehpFQ/s1600/foto-profil-abg-narsis-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-k3oRstzuM3s/UPJTzHfjOrI/AAAAAAAAADU/KjUyhSehpFQ/s320/foto-profil-abg-narsis-3.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/2013/01/seks-dengan-adik-temanku.html"><b>Seks Dengan Adik temanku </b></a><br />
<br />Ini kisah nyata yang gue alami waktu gue masih SMA... Pada waktu itu gue kelas 3 SMA.. Sebut saja namaku dani. Disekolah si gue tergolong cowok yang ganteng dan digemari para cewek.. Mengapa tidak, gue yang tingginya 175cm, hidung mancung, kulit putih,trus pandai bermain Basket. Pada waktu itu gue sangat dekat dengan teman gue sebut saja namanya angga. Kami berteman sangat dekat sekali. Karena kami berteman dari kami masih SMP sampai SMA pun kami bersama-sama. Suatu hari gue bermain kerumahnya angga. Sesampai di rumah angga gue di kejutkan oleh sesosok cewek cantik yang tidak lain adalah adik temanku angga. Sebut saja namanya Dewi. pada saat itu Dewi terlihat sangat manis sekali. karena pakaian yang di kenakannya terlalu minim,dan kebetulan sekali Dewi pada saat itu Dewi sedang membersihkan halaman rumah. Kuperhatikan mukanya yang manis,putih, tinggi mungkin 160cm. bisa di katakan Dewi adalah cewek tercantik di sekolahnya. Sejenak kuperhatikan buah dadanya yang montok dan bodynya yang aduhai montok itu yang membuat nafasku tak beraturan.<br />
<br />
<br />aku sangat kaget melihat Dewi. karena setiap kali gue bermain ke rumahnya angga jarang sekali gue melihat Dewi. pada saat itu Dewi berumur 14 tahun. pada saat gue masuk rumah angga, Dewi menegurku."eh kakak dani" sejenak gue terdiam, dan berfikir dalam hati " tumben - tumbennya Dewi menegurku" gue pun membalasnya "eh Dewi, angganya ada nga...?" "oh kakak, ada tuh di dalam sedang mandi mungkin. bentar ya Dewi panggilin. Kakak dani duduk aja dulu di teras." gue pun langsung duduk diteras. Tiba-tiba Dewi keluar "Kakak dani bentar ya,kakakku lagi mandi tuh. Katanya gue temenin kakak dani dulu." gue pun sangat senang, mengapa tidak, gue bisa mengobrol dengan adik teman gue yang cantik. gue pun mulai memperhatikan Dewi dari ujung kakinya sampai kepalanya. Memang cantik benar adik temanku ini gumamku. kulitnya yang mulus dan putih, trus gue pun melihat pahanya yang putih semakin membuat nafasku tak beraturan. Tiba-tiba Dewi tersenyum dan menegurku "kakak dani kok lihatin Dewi trus..?" gue pun kaget lalu kujawab saja dengan nada yang kecil "oh itu soalnya Dewi cantik sih.... trus Dewi sekarang udah kelas berapa...?" Dewi pun menjawabnya " kelas 3 SMP ka." "oh kelas 3 SMP ya....!" kami berdua pun mengobrol sampai akhirnya angga pun keluar. "Oi Vid maap yah lama soalnya air kerannya macet jadi harus ngambil air di tetangga ni." dengan sedikit kesal sih,aku pun menjawab " nga apa-apa soalnya kan ada adik kamu tuh yang temanin gue ngobrol." Kami berdua pun berangkat karena kami harus menghadiri acara ulang tahunnya temen sekelas kami. Tapi gue sangat sedikit menyesal. Karena kapan lagi gue bisa mengobrol sama adik temanku ini.<br />
<br />Pada suatu hari akhirnya gue bisa mengobrol sama adik temanku dan dimulai dari situlah kejadiannya..<br />Pada saat itu gue berencana pergi ke rumah angga mau bikin tugas,karena sudah kelas 3 jadi tugas yang diberikan sangatlah banyak. Jadi gue berencana untuk membuat tugas dirumahnya angga. Sesampainya di rumah angga, gue pun mengetuk pintu rumahnya. Yang keluar ternyata adiknya angga yaitu Dewi. Kulihat Dewi yang sedang memakai celana pendek dan baju yang hanya se utas tali. ketika kutanya tentang angga dan tujuanku kerumahnya, angganya nga ada, kebetulan sekali,pada saat itu orang tua angga sering keluar kota untuk urusan bisnis,sedangkan angga sedang keluar sama pacarnya.<br />Akupun langsung menghubungi angga. Dan ternyata angga pulangnya sedikit kemalaman. sedangkan pada waktu itu jam masi menunjukkan pukul 15:30. angga menyuruh adiknya untuk menemani gue sampai angga pulang dari kencannya. Adiknya hanya setuju-setuju saja.<br />Akupun disuruh masuk sama Dewi,karena berhubung Dewi lagi sedang menonton Film Korea. gue pun menemani Dewi menonton Film Korea. Tiba-tiba dalam film tersebut ada adegan saling berciuman. Serentak Dewi pun malu. Trus waktu gue melihat mukanya yang merah, gue pun langsung mengajak ngobrol. "Dewi pernah ciuman nga seperti di film itu....?" kulihat wajahnya tambah merah, bisa dikatakan seperti kepiting rebus. Dewipun hanya menggelengkan kepala. gue pun senang mengetahuinya. Kulihat bibirnya yang berwarna merah muda, yang keliatan sekali masih belum di sentuh oleh laki-laki. gue pun coba memancing untuk mengetahui apakah Dewi mau ciuman denganku atau tidak, jika tidak gue akan pasrah dengan keaadan ini. "Dewi mau ga coba ciuman kek di film...?" Wajah Dewi memerah, dan hanya berkata "Malu kak,soalnya Dewi nga pernah Ciuman." gue pun kebingungan, gue pun mencoba mendekati Dewi perlahan-lahan. Kemudian gue membisikkan ketelinganya " Ga usah malu kan cuman kita berdua. kakak kamu sedang pergi,sedangkan orang tua kamu sedang keluar kota."<br />
<br />
<br />Kemudian kudekapkan bibirku kebibir Dewi. kupikir Dewi bakalan menjauhin bibirnya, ternyata tidak malahan Dewi membalas ciuman saya.tak disangka bibirnya Dewi halus trus lembut juga. kami berduapun saling berciuman selama 10menit. Tiba-tiba nga di sengaja Dewi menyentuh anuku yang sedang lagi dalam keadaan tegak lurus ke atas. Sontak Dewi kaget karena menyentuh kontolku. Gimana kontolku ga mo tegap melihat Dewi yang begitu seksi dan bibirnya yang lembut. "maap ka Dewi nga sengaja beneran kok" gue pun menjawab dengan nada yang sopan"oh nga apa-apa kok"<br />Akupun berpikir bagaimana caranya agar Dewi bisa menyentuh lagi dan memainkan kontolku ini. gue pun memberanikan diri " Dewi mau coba pegang anuku ga....?" wah tidak disangka Dewi tidak menolaknya... gue pun langsung membuka celanaku. kulihat Dewi sedikit malu dan kaget dengan menutup setengah wajahnya karena melihat kontolku yang berukuran 20Cm dan berdiameter 5cm. Kemudian gue pun mengambil tangannya dan menyentuhnya ke kontolku. Wah serasa di surga. mengapa Tidak, ternyata bukan cuma bibirnya saja yang lembut dan halus, tapi tangannya juga. kulihat Dewi sedikit keasikan memainkan kontolku. Kemudian sambil Dewi memainkan kontolku, gue mencium bibirnya kembali.<br />
<br />
<br />Aku pun sedikit-sedikit coba menyentuh dadanya yang menonjol. Kemudian gue pun coba memasukkan tanganku kedalam bajunya dan ternyata Dewi tidak memakai Bra. Waktu kuremas buah dadanya udah mengeras yang tandanya Dewi pun menikmatinya. Tak dihitung lagi gue langsung memainkan buah dadanya yg berukuran sekitar 34 A. Dan juga tak Lupa gue memainkan putingnya yang masih mekar itu.<br />"Ah... Ah... Ah.. Ah.... enak ka... Ah... Ah..." Kulihat Dewi semakin keenakan.. gue pun langsung membuka bajunya. kali ini gue melihat sesuatu yang sangat di luar pikiran saya. yaitu putingnya yang masih berwarna merah muda yang pengen sekali gue melumatnya.<br />Akupun tak menyianyiakan kesempatan yang begitu beruntung ini.<br />"Cin coba donk masukkan ke mulut Dewi “<br />“ takut kha"… " takut kenapa..?..”<br />“ Nga apa-apa, dah to dicoba dulu …” pintaku<br />“ Rasanya gimana kha … ?” tanyanya<br />“ Dah to di coba nanti kan tahu rasanya ..”<br />Lalu dengan sedikit ragu dia mengarahkan ujung kontolku ke mulutnya, mula-mula bibirnya yang lembut itu menempel di ujung kontolku, kemudian dia membuka sedikit bibirnya lalu kepala kontolku sudah masuk ke mulutnya, lalu dilepas lagi dan berkata “ Kok asin ya kha “ tanyanya, “ Iya nga apa-apa memang rasanya begitu. Selanjutnya dimasukkannya lagi kontolku ke mulutnya sedikit demi sedikit, dengan pelan-pelan gue membantu mendorong agar kontolku bisa masuk semua di mulutnya. Lalu ku gerak-gerakkan sehingga kontolku maju mundur di mulutnya, dan dia juga mulau mengimbangi dengan memaju mundurkan mulutnya. “ Cin … enak sekali Cin …” gue merasa keenakan kontolku di emut Dewi … ketika ujung kontolku berada di bibirnya; “ Cin disedot dong alonya “ …. gue meminta dia untuk menyedot dan ternyata walaupun belum pengalaman sedotannya enak sekali …<br />
<br />
<br />Pada saat itu gue pun pengen ngerasain vaginanya.. karena gue belom pernah melihat yang real.. biasanya gue melihat yang begituan lewat internet atau nga lewat DVD or Hp teman. gue pun coba memasukkan tanganku ke celana mininya. dan tak disangka ternyata waktu gue menyentuh Vaginanya telah basah. Itu pertanda Dewi menikmati nya selama ini.. gue pun langsung membuka Celananya.. setelah gue membuka celananya, terlihat jelas Cd nya yg sudah basah. Tak kusiasiakan kesempatan ini.. gue langsung membuka Cdnya.. Yang tampak disana adalah vagina yang halus dan basah. gue pun coba memasukkan jari telunjukku ke vaginanya. tak disangka,ternyata Dewi masih perawan tulen, takkan kubiarkan keperawanannya di ambil orang lain. kemudian gue coba memainkan jari telunjukku ke lobang vaginannya.<br />"Ah.... sakit ka.. ah.. ah... sakit.. ka.."<br />Akupun makin bersemangat memainkan jari telunjukku. gue hanya diam sambil mempercepat sedotan mulut dan gesekkan jari tanganku di kedua daerah sensitifnya, lalu. "Ahhh. ahhh. mmmmmhgh." secara tiba-tiba Dewi mengejang sambil tubuhnya terangkat tinggi keatas,yang tandanya Dewi mau Orgasme. gue pun dengan cepatnya menggoyangkan tanganku... Tiba-tiba Dewi Orgasme. Itu kurasakan karena ada sesuatu cairan yang panas. "Cin kamu orgasme ya...?" Dewipun menjawab dengan wajah yang malu " ia ka gue orgasme,makasih ya ka....!!"kulihat Dewi mulai lemas. ketika gue melihat Dewi orgasme gue pun ingin orgasme juga tapi gue ingin merasakan vaginanya.. "Cin kamu kan udah orgasme,ka belum ni. Dewi maukan bantu kakak orgasme...? " ia ka nnti Dewi bantu..trus Dewi musti ngapain..?" mendengar itu gue pun gembira... nafasku lebih tak beraturan... "Aku pengen rasain kontolku di masukin ke vagina Dewi...!!! bisa nga...?" "takut ka sakit" "tenang aja kakak nanti akan pelan-pelan kok."<br />
<br />
<br />Akupun langsung menyuruh Dewi gaya belakang. Pelan-pelan kumasukkan.. sedikit sulit untuk memasukkannya,karena Dewi masi perawan jadi vaginanya masih tertutup lobang yang kecil.. Tapi karena vaginanya sudah basah, gue pun coba-coba memasukkannya dengan perlahan-lahan sampai masuk 1/3 kontolku. Pada saat kontolku masuk sepenuhnya,Kumulai mengenjot-enjot vaginanya sampai vaginanya mengeluarkan darah bercampur maninya... "ah.. ah.. ah.. sakit.. ah... sakit.. kha.. "sakit... cuman kata-kata itu yang kudengar keluar dari mulutnya. Mendengar suaranya yang lembut gue lebih cepat mengenjot vaginanya... kemudian gue membaringkannya dengan kedua kakinya di dadaku.. gue pun mulai mengenjotnya dengan cepat.. Tiba-tiba Dewi menyempitkan kakinya yang pertanda Dewi mau orgasme untuk yang kedua kali... "khaa,,, khaa.. Dewi mau pipisss... ahh... enak kha,,, tapi Dewi mau pipis nhi.... udah ga tahan kha..." Mendengar kata itu gue semakin bergairah dan mempercepat enjotan ku.. "Sabar Cin... kita keluarin sama-sama...kha juga udah mau keluar nhi.. sabar yah.." mendengar itu Dewi pun berusaha untuk menahan nya... gue pun langsung mengenjotnya dengan cepat. "Cin kha udah mau keluar ni.. Cin gimana..?" "Dewi juga udah mau keluar..." "crott... crottt... crottt... crottt..." kamipun orgasme bersamaan,tapi gue menumpahkannya di atas perut Dewi..<br />Kemudian gue memeluk Dewi sambil mencium keningnya. "Cin gue sayang sama kamu" "Aku juga sayang sama kakak. sebenarnya gue sudah meyukai kakak waktu Dewi kelas 1 SMP.." kami jadian pada saat itu. Setelah itu kami membersihkan diri kami masing-masing.. Tak berapa lama kakaknya Dewi datang. Tapi kami berdua hanya diam-diam saja seperti tidak terjadi apapun. Karena berhubung orang tua angga nga ada,angga meminta gue untuk menemaninya tidur dengan nya malam ini..<br />Tanpa banyak basa basi gue langsung menerimanya.. Kulihat wajah Dewi juga senang.<br />Pada malam harinya waktu angga tidur gue menggunakan kesempatan dalam kesempitan.. Kami berdua pun melakukan kejadian yang serupa waktu sore tadi.<br />Mulai pada saat itu kami sering melakukan hubungan intim di mana saja kita ketemuan.....<br />
<br />
Demikian cerita dari dani, anda ingin mengirim cerita anda, kisah nyata ataupun pengalaman pribadi, silahkan hubuni admin untuk menampilkan cerita anda, sekian.Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-43344924456589218142011-04-14T20:05:00.000-07:002011-04-14T20:11:51.455-07:00Seks Dengan Cewek ChatingCerita Panas - Aku awalnya mengira bahwa dapet <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/2011/04/seks-dengan-cewek-chating.html">cewek bispak di chating</a> adalah sebuah cerita hayalan, tapi ternyata tidak setelah aku alami sendiri, iseng banget chating di mirc eh beneran dapet cewek bispak namanya Ine. <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_RPN4k5Z4rdI/S4Y_P4RrAQI/AAAAAAAAAOs/_Ls6Jiw0lWI/s1600/foto-mesum-sma-ponorogo.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 225px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_RPN4k5Z4rdI/S4Y_P4RrAQI/AAAAAAAAAOs/_Ls6Jiw0lWI/s1600/foto-mesum-sma-ponorogo.jpg" border="0" alt="" /></a><br />Pengalaman ini bermula dari chatting di mirc,ketika saya bertemu dengan seorang cewe di channel bandung.Awalnya ngobrol ngalor ngidul biasa aja,sampe akhirnya ketika saya ajak ngobrol yang "nyerempet2",dia merespon dengan asik juga.Namanya ine (bukan nama sesungguhnya,sejujurnya,saya juga ngga pernah tahu siapa nama aslinya),mahasiswi semester 6 di sebuah perguruan tinggi di cimahi.Dari ciri2 yang dia sebutkan,bayangan saya dia adalah tipikal cewe zaman sekarang yang biasa2 dan normal2 aja.putih,tidak terlalu tinggi,tidak terlalu gemuk,berjilbab,dia sih ngakunya ngga terlalu cantik.<br /><br />Kembali ke ngobrol2 di chatt,saya mulai tanya hal2 yang nakal,seperti "kamu dah pernah liat anu co belum?" ternyata ine belum pernah liat,selain milik adiknya yang masih SD,dan ine sebetulnya penasaran.Memang ine pernah beberapa kali pacaran,tapi tidak sampe ke kegiatan yang macem2,boro2 liat,baru 2-3 bulan aja udah putus,yaa..kissing aja belum pernah.Wah,lugu sekali ya ine ini pikir saya.Lalu saya tanya,"kamu bener2 penasaran,pengen liat anunya cowo?" ine menjawab "iya,pengen sih,pensaran,tapi malu,aq kan pake jilbab.Lagian mau liat punya siapa?"<br />Merasa ada kesempatan,langsung saja saya tawarkan ine untuk liat punya saya aja.Tapi ine menolak,malu katanya.Lalu terlintas ide "kreatif" saya.Gimana kalo kamu liat anunya cowo yang ngga kamu kenal?jadi kesannya ngga sengaja gitu.Maksudnya?lalu saya jelaskan,saya mengerti kalo dengan orang yang dia kenal,dia pasti malu.Tapi gimana kalo kita buat seolah2,kejadian dia "melihat anunya cowo" itu seolah2 tidak sengaja.Lagian kan kita belum kenal juga,saya belum pernah ketemu dia,dia belum pernah ketemu saya.<br /><br />Akhirnya kita sepakati,dengan skenario sbb:<br />Dia sedang menunggu angkot di pinggir jalan,dipilih jalan yang agak2 sepi di daerah cimahi.Rencananya,saya akan naik motor dan kemudian berhenti di dekat ine yang sedang nunggu angkot,tapi pura2 ngga tau kalo ada dia,karena antara ine dan tempat saya berhenti ada pohon besar.Saya berhenti lalu ke balik pohon besar itu,lalu ceritanya saya kebelet dan pipis di situ.Dari tempat ine berdiri,penis saya bisa keliatan lumayan jelas sekali.<br />Oke,akhirnya kita janjian besok,jam 14.30 di tempat yang sudah ditentukan,ine langsung memberitahu dia akan pakai baju apa dan warna apa,saya juga memberitahu akan pakai motor apa dan baju apa (biar ngga salah orang!)jadi kita tidak ada kontak lagi sebelumnya,jadi benar2 anonymous.<br /><br />Besoknya jam 14.20 saya sudah di cimahi,menuju lokasi.Di lokasi yang ditentukan,saya melihat seorang wanita,memakai baju atasan putih dengan cardigan pink,menggunakan rok hitam dan jilbab putih,berkacamata,sesuai dengan yang disebutkan ine sebelumnya.Langsung saja saya pura2 tidak melihat dia,dan berhenti di sebelah pohon besar di dekat situ.Keadaan di sekitar situ sepi,hanya 1-2 mobil yang lalu lalang.Langsung saja saya kebelakang pohon,melirik sedikit ke ine,memastikan kalau posisi saya dapat dilihat jelas.Jarak antara saya di balik pohon dengan ternyata dekat sekali,kurang lebih cuma 1 meter,hanya posisinya saya di belakang ine.Saya sempat melihat ine agak menggeser posisi tubuhnya,berusaha melihat saya.Saya sama sekali tidak membuka helm,langsung membuka resleting dan mengeluarkan penis saya.Saya akui,jantung berdebar2 juga,antara takut terlihat orang,excitement bahwa penis saya akan dilihat seorang cewe dan agak horny juga.Ketika saya mengeluarkan penis saya,saya melirik ke arah ine,tampak ine agak gelisah,ine berusaha tidak melihat secara langsung ke arah saya,tapi terus curi2 liat ke belakang.Tampak sekali wajahnya tegang,tapi penasaran dan malu2 gitu.Jadi horny banget saya liat wajahnya,memerah,cute juga.Wah,gawat juga,ternyata penis saya jadi tegang,saya jadi kesulitan mau buang air saat itu,ngga keluar2.jantung saya berdebar kencang sekali,belum pernah berdebar sekencang itu!Akhirnya,karena tidak keluar,saya main2kan penis saya,sambil sekali2 melirik ke arah ine,wajahnya tampak makin ngga karuan,tapi sama sekali ngga terlihat ingin segera pergi dari tempat itu.Ketika melirik ke arah saya,arah matanya jelas melihat ke penis saya yang tegang sekali dan terus saya main2kan.<br /><br />Sayang banget,permainan kita diganggu oleh angkot yang berhenti sekitar 10 meter dari situ,dan ada ibu2 yang turun dari dalamnya.Wah,daripada kelihatan,langsung aja saya memasukkan penis saya dan menutup lagi resleting celana,langsung cabut!Sumpah BT banget,udah diubun2,eh diganggu..akhirnya saya naik motor,dan langsung cabut pulang.<br /><br />Itulah salah satu pengalaman terbaik yang pernah saya dapatkan,erotik,menyenangkan,m enegangkan dan anonymous.Sampai sekarang,saya ngga tahu siapa sbnrnya nama asli ine,tinggal dimana,nomor HP nya,dan lainnya,dan ine juga sebaliknya,kita berdua totally stranger to each other,itu asiknya! Saya juga baru tahu,ternyata,dibalik penampilan cewe2/wanita2 yang biasa2 saja,malah cenderung alim,mereka juga manusia biasa yang punya keinginan yang manusiawi,hanya saja kebanyakan sangat malu untuk mengekspresikannya.Mungkin "Games" yang saya dan ine mainkan tadi bisa jadi solusi untuk para wanita yang ingin punya pengalaman seru seperti ine,tapi tanpa harus menempuh segala risiko yang dapat terjadi .<br /><br />Demikian bro <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">cerita panas</a> gue, moga bermanfaat buat lo semua dan semoga berkesan dan mencoba cari cari cewek chating di mirc atau yahoo messager alias cewek ym. id cewek ym dan lain lain.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-30233861509814595322011-04-14T19:30:00.000-07:002011-04-14T19:50:52.457-07:00Aku Dan istri Pamanku<span style="font-weight:bold;">Cerita Panas</span>. Aku menjadi seolah seperti budak seks dari tante tante ku, alias istri pamanku sendiri, aku gak dapat mengelak dari semua ini, Cerita ku dengan istri istri pamanku berjalan seperti kehidupan biasa diluar seks.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.duniaupload.com/files/65016/jhukje3514iayiyi.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 479px; height: 720px;" src="http://www.duniaupload.com/files/65016/jhukje3514iayiyi.jpg" border="0" alt="" /></a><br />Saat itu pertengahan 2006 adalah liburan semesteran kuliahku di fakultas ekonomi sebuah universitas bergengsi di Bandung. Dengan IPK diatas 3 yang berhasil kucapai, aku merasa ingin memanjakan tubuhku di liburan kali ini. Aku ingin mencari suasana baru dan melupakan aktifitas kampus yang melelahkan, setelah berkonsultasi dengan kedua orang tuaku yang tinggal di Jakarta, aku pun memutuskan untuk pergi ke Garut dan menghabiskan liburanku di rumah Mang Iyus dan Bi Laha. 'Mamang' dan 'Bibi' adalah terminologi Sunda yang berarti 'Oom' dan 'Tante'. Mang Iyus masih bisa dibilang sepupu ayahku karena ibu Mang Iyus dan kakekku adalah kakak beradik lain ibu. Mang Iyus adalah seorang tuan tanah dan pengusaha dodol yang cukup sukses di Garut. Sawahnya berhektar-hektar dan menghasilkan beras kualitas nomor satu sampai beratus-ratus ton di masa panen. Performance pabrik dodolnya pun tak kalah mengecewakan. Paling tidak supermarket- supermarket besar di kota-kota utama Jawa Barat pasti menjual produknya. Usia Mang Iyus sudah mencapai 45 tahun dan isterinya 10 tahun lebih muda darinya. Aku cuma tertawa ketika ayahku mengingatkanku untuk tidak tergoda pada isteri sepupunya itu. "Pamanmu itu seleranya tinggi.. si Laha itu dulu kembangnya Cilimus.. bapak yakin isteri muda si Iyus nggak kalah cantiknya.."<br /><br />Cilimus adalah desa dekat Garut dimana keluarga pamanku itu tinggal. Desa yang konon memiliki tingkat kelahiran bayi cukup tinggi. Suatu statistik yang sangat bisa dimengerti setelah melihat kemolekan wanita-wanitanya. Aku memang jarang bertemu dengan paman yang satu ini sehingga tak pernah berjumpa dengan isterinya. Pasangan itu sampai saat ini belum dikaruniai anak. Kata ayahku, karena masalah itulah setahun yang lalu Mang Iyus kawin lagi dengan gadis berusia 19 tahun dengan harapan bisa memperoleh anak, yang ternyata belum juga sukses. Bi Laha tampaknya pasrah saja dimadu.<br /><br />Aku memasukkan Honda Accord-ku ke halaman rumah Mang Iyus yang.. my god.. luas sekali. Kalau dikira-kira luas tanahnya saja.. aku yakin lebih dari 5000 meter. Dan rumahnya bermodelkan hasienda Spanyol yang kala itu sedang trendy di Indonesia sehingga terlihat pincang dengan suasana yang sejuk dan sederhana di desa Cilimus Garut itu. Seorang lelaki setengah baya dan bersarung dengan postur badan cukup tegap dan tinggi, hampir sama denganku yang 176 cm itu, bangkit dari kursi panjang di teras menyambutku. Setumpuk kertas di meja samping tampak menemaninya sedari tadi.<br />"Mang.. kumaha, damang?*" kataku seraya mencium tangannya (*kumaha = bagaimana, damang = baik).<br />"Oh.. pangesto.. pangesto..** gimana kabarnya bapak dengan ibu?" Mang Iyus terlihat begitu gembira melihat kedatanganku. (**pangesto = baik-baik saja).<br />"Baik.. baik, bapak dan ibu titip salam.. dan ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandung .." Jawabku seraya menyerahkan sekantong besar keripik Karya Umbi.<br />"Aduuh.. mani repot.. nuhun atuh... Buuu!! Ini Cep Rafi datang.." Serunya sambil mengantarkan aku masuk ke rumahnya. 'Cep' adalah juga terminologi Sunda yang berarti si tampan. Seorang wanita berpakaian kebaya tampak tergopoh-gopoh keluar untuk menyambutku. Ia berhenti di hadapanku dan terpana memandang wajah dan tubuhku. "Ya ampuuun.. Rafi.. kamu sudah jadi pemuda sekarang..." Bi Laha mengulurkan tangannya menerima cium tanganku.<br />"Apa kabar Bi Laha..? Bibi memang cantik seperti kata bapak..."<br />"aahh kamu bisa saja... anak dan bapak sama saja.. tukang ngerayu.. ayo masuk.. bibi sudah siapkan kamarnya.. Tiii.. Titi... tolong bawa barang-barang Cep Rafi ke kamarnya..." Bi Laha menggandeng tanganku dan membimbingku ke dalam rumah. Ayahku memang benar. Fisik perempuan ini bukan cuma cantik, tapi juga montok menggairahkan. Coba bayangkan, tingginya sekitar 165 cm kulitnya putih mulus dan wajah serta postur tubuhnya mirip dengan Rina Gunawan (itu lho, penyiar AMKM di TPI yang juga berperan sebagai teman bisnisnya Sarah di Si Doel Anak Sekolahan 4). Cuma bedanya, wajah perempuan ini terlihat jauh lebih matang, hidungnya sedikit lebih mancung dan di atas bibirnya terdapat sedikit kumis tipis. Hmm kata orang, perempuan yang berkumis mempunyai nafsu yang...<br /><br />Buah dadanya yang montok dan besar itu terlihat menggunduk di balik baju kebayanya yang berdada rendah. Kekagumanku memaksa otakku untuk mengukur besaran vitalnya.. paling sedikit 34, tak mungkin kurang dari itu. Kelak aku tahu perhitunganku tak meleset. Ukurannya 36.<br /><br />"Waahh.. Mang Iyus sekarang lagi sering ke pabrik.. jadi jarang di rumah", kata perempuan itu sambil terus menggandeng tangan kananku menuju kamar. Lalu mulailah bibir indah itu berceloteh tentang betapa kangennya ia dengan keluargaku. Juga tentang rencana-rencananya mengunjungi ayah-ibuku yang selalu gagal karena kesibukan suaminya. Aku mendengar dengan antusias. Seantusias mataku yang mencuri-curi pandang ke belahan buah dadanya. Tanpa sengaja sikuku menyenggol sisi kiri bukit kembar itu, keempukannya membuat ada desiran aneh mengalir dari dada menuju selangkanganku. Tak tahan untuk tidak mencuri kesempatan, kuangkat sikuku lebih tinggi sehingga mulai bergesekan dengan ujung kiri buah dadanya, daging bulat yang kenyal dan empuk itu sedikit-sedikit menampar sikuku membuat penisku mulai berdenyut-denyut dan perlahan-lahan bangun dari tidurnya. Buah dada besar itu berayun naik turun sesuai langkahnya yang ditingkahi derai bicaranya. Pelan-pelan aku menggerakkan sikuku lagi, mencari peruntungan siapa tahu bisa merasakan putingnya. Bi Laha merasakan gerakan sikuku yang kurang wajar itu lalu berhenti berbicara dan tersenyum. Tangan kanannya mendorong sikuku menjauh dari buah dadanya yang bundar seperti buah melon itu seraya mencubitnya. "Mmh.. geli dong Fi.. sengaja ya.." Bisiknya seraya mendelik galak. My god.. bisikannya.. Aku agak melambatkan langkahku karena tonkolan daging di selangkanganku semakin keras dan mengganggu jalanku. Otakku yang biasa berkutat dengan teori-teori ekonomi mendadak penuh dengan rencana-rencana untuk menaklukkan isteri pamanku ini. Semua sel-sel di dalam tempurung kepalaku terfokus pada satu titik : 'aku harus menaklukkan isteri pamanku itu, sampai titik dimana ia akan mengemis untuk merasakan penisku menari-nari dalam vaginanya!'<br /><br />("Pemuda yang tampan", Laha tersenyum meninggalkan kamar keponakan suaminya itu. "Tampan dan nakal". Lalu tanpa sadar perempuan itu meraba ujung buah dada kirinya. Masih terasa sisa-sisa kegelian akibat gesekan siku kekar pemuda itu. Kegelian itu kini tiba-tiba membuat darahnya berdesir. Kegelian yang sudah lama tak dirasakannya, yang akhir-akhir ini cuma mampir lewat mimpi. Perempuan itu melirik Iyus, lelaki kaya yang mengawininya hampir 15 tahun lampau. Tampak suaminya itu kembali tenggelam dalam kesibukan meneliti catatan pengeluaran dan pemasukan perusahaannya. Laha menghela nafas, tiba-tiba saja ia begitu menyesal tak membiarkan siku pemuda itu sedikit lebih lama menggesek-gesek buah dadanya.)<br /><br />Pembaca, kata-kata dalam kurung di atas adalah perasaan-perasaan Bi Laha (bukan kata-kata) yang diceritakannya kelak setelah kami berdua menjadi 'akrab'. Dan anda akan menemukan kurung lainnya yang menunjukkan perasaan tokoh lain. Sengaja kubuat komposisi seperti ini untuk membuat cerita ini lebih mengalir.<br /><br />3 hari pertama, aku melakukan sosialisasi dengan keluarga Mang Iyus. Terutama, tentunya, dengan Bi Laha. Perempuan yang bernama lengkap Nugraha itu ternyata seorang yang cerdas dan senang membaca. Walau hanya lulusan SMA, ia banyak menguasai masalah-masalah aktual masa kini. Dari masalah ekonomi, politik, sampai ke soal fashion. Benar-benar teman bicara yang mengasyikkan. Akhir-akhir ini Mang Iyus tampak lebih sibuk dengan pabrik dodolnya dan, sudah tentu, istri barunya. Sehingga praktis ia baru ada di rumah sesudah jam 8 malam setiap harinya. Itupun karena aku ada disini. Biasanya, hari Kamis sampai Minggu lelaki itu menginap di rumah Nuke, istri mudanya. Bisa kubayangkan betapa kesepiannya Bi Laha. Apalagi, belakangan kutahu bahwa sudah 6 bulan lebih Mang Iyus mengalami masalah dengan 'senjatanya' karena pernah terkena tendangan bola yang keras sekali sehingga harus dirawat seminggu dua kali oleh seorang dukun urut.<br /><br />Malam itu, seperti biasa kami ngobrol berdua menunggu Mang Iyus pulang. Badan kami terasa sangat segar selepas mandi setelah sesorean bersimbah keringat membersihkan rumah yang baru saja ditinggal pulang Titi, pembantu setia keluarga itu, selama seminggu. Saat itu Bi Laha mengenakan kebaya hijau muda dikombinasikan dengan kain jarik hijau tua. Mang Iyus memang menyuruh isteri-isterinya mengenakan kebaya setiap hari. "Lebih indah.." katanya suatu hari. "Lebih merangsang.. " Jawabku dalam hati. Rambut perempuan yang belum lagi kering itu diikat buntut kuda, memperlihatkan leher jenjangnya yang indah dan putih mulus. Bi Laha tidak mengenakan penutup dada sehingga buah dadanya menyembul keluar dan dari belahannya kentara sekali kekenyalannya. Ingin rasanya memasukkan tanganku diantara belahan dada itu dan meremas sekuat-kuatnya. Kami duduk berhadapan di meja makan kayu berukir berukuran besar.<br /><br />"Bi Laha.. umurnya sudah lebih dari 30 kok badannya masih..." Sengaja aku mengalihkan topik pembicaraan ke topik yang agak 'syuur'. Siapa tahu bisa jadi entry point untuk menggumuli tubuh isteri pamanku itu. "Masih apa Fi..." Deliknya sambil tersenyum."Masih kenceng.. masih.. seksi.." jawabku seraya memandang wajah Bi Laha yang mendadak bersemu merah.<br /><br />("O Tuhan, sudah lama aku mendambakan puji-pujian seperti ini dari seorang lelaki", demikian jerit hati perempuan itu. Ketika masih perawan, tak ada lelaki yang luput melontarkan pujian padanya. Tak ada yang tak mengagumi kembang desa Cilimus yang namanya sempat jadi buah bibir para pria kota Garut kala menjuarai festival 'Mojang Garut'. Setiap pujian, selalu mengalirkan gairah pada seluruh pembuluh darahnya. Dan gairah itulah yang senantiasa membuat esok menjadi lebih indah dari kemarin. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun padam, tiba-tiba seorang pemuda mengucapkan dua patah kata yang mengobarkan kembali gairah itu. Hanya saja di luar kebiasaan, kali ini gairah itu memacu jantung perempuan di usia 30-an itu berlari lebih cepat.)<br /><br />Buah dada Bi Laha naik turun mengiringi degup jantungnya yang semakin cepat "Untung benar Mang Iyus bisa menikmati tubuh bibi yang montok ini. Kalau saya jadi Mang Iyus, bibi akan saya tiduri setiap hari.." Kata-kata itu begitu saja mengalir tak terbendung. Aku sendiri terkejut mendengar pernyataan yang terkesan 'vulgar' itu. Konyolnya, gara-gara membayangkan kata-kata itu tanpa sadar penisku bangkit dan mengeras. Nampak Bi Laha juga sedikit terkejut mendengar kata-kataku. Gila, mungkin begitu pikirnya, beraninya seorang keponakan berkata-kata jorok kepada bibinya, untung dia tak marah malahan terenyum menggoda, "Tiap hari Fi..? Kuat emangnya..?" Uff, jawabannya membuat penisku terasa sakit karena tertekuk di dalam celana dalamku."Hmm. . jadi bibi mau coba..?" Aku tersenyum menantang seraya berdiri dan berpura-pura akan menurunkan ritsluiting celana katunku sambil mengambil kesempatan untuk membetulkan posisi penisku, hahh.. lega, "iiihh... Rafi jorok ah... nanti ketauan Mang Iyus..." Pekiknya sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Namun mata perempuan itu tampak diam-diam mengintip melalui jemarinya yang lentik. Wajahnya tercengang melihat bagian depan celanaku yang lebih menggelembung dari biasanya. Karena bahan katun yang lemas, penisku tercetak dengan jelas sedang berdiri tegak. Aku melirik ekspresi istri pamanku itu. Kentara sekali wajah bibiku itu bertanya-tanya.<br /><br />("Gila anak ini!" Maki Laha dalam hati. "Dia mau membuka ritsluitingnya di hadapanku! Aduh, lalu aku harus gimana? Brengsek, serius ngga sih dia? Tapi, tapi, kalau diliat-liat. . ya ampun, anunya membesar.. jelas benar tercetak di celananya. Kalau begitu dia tidak main-main!! Ya Tuhan, apa dia mau memperkosaku? Ka.. kalau iya, apakah aku mampu menampung anunya yang besar itu? Hmm, tapi kata orang kalau perempuan dimasuki anu yang besar rasanya seperti... " Laha tersenyum sendiri sebelum dengan perasaan malu menghentikan pikirannya yang berhamburan tak terkendali itu. Namun terlambat, desiran kegelian dan kegatalan itu telanjur mengalir ke bawah perutnya)<br /><br />"Nggak bakal ketauan Bi.. Mang Iyus kan lagi di pabrik.."<br />"Iiihh.. ngga mau ah.. bibi takuut.." Kata Bi Laha sambil bersiap bangkit dari kursi.<br />"Lo.. lo.. mau kemana Bi..? Duduk saja.. saya cuma becanda kok.."<br />"Uuuhh.. dasar... kirain beneran.."<br />"Kalau beneran, gimana? Bibi mau..?" Sejenak Bi Laha memandang bongkahan besar di selangkanganku, kemudian mendelik galak kearahku, lalu membuang muka.<br />"Tauk ah.."<br />"Loo.. kok malah ngambek.. ayo dong Bi.. saya kan cuma becanda.." Perempuan itu masih juga tak mau melihat mukaku.<br />"Iya deh.. Bi.. sorry... jangan ngambek terus doongg.. entar punya saya tambah gede lo.."<br />"Iiih.. Rafi.. kamu tuh ngomongnya ngaco deh.. Lagian apa hubungannya ngambek sama.. sama.. punya kamu.."<br />"Ada dong Bi.. kalau bibi ngambek, mukanya tambah merangsang.. hehe.."<br />Isteri pamanku itu pun tersenyum geli, lalu melemparkan serbet ke mukaku.. "Dasar ngeres."<br />("Pemuda ini sungguh menggemaskan! " Laha tersenyum dalam hati. Ia mulai menyukai keponakan suaminya itu. Mukanya lumayan cakep, cerdas, orangnya baik, dadanya bidang. Tapi jailnya itu lho.. agak-agak menjurus. "Anak ini benar-benar tak tahu keadaan! Sadarkah dia kalau kejahilannya itu membuat aku.. aku.. terangsang? Apalagi.. apalagi.. melihat anunya yang... iiih... besarnya." Laha mendesah membayangkan benda itu memasuki dirinya. Diam-diam, ia agak kecewa keponakannya tak sungguh-sungguh menurunkan ritsluitingnya. )<br /><br />"Hehe.. Kebetulan Bi.. berhubung kita sudah kepalang ngeres.. kita cerita-cerita pengalaman ngeres yuk?"<br />"Yang ngeres kan kamu Fi bukan bibi..." Katanya memprotes.<br />"Iya deehh.. saya yang ngeres.. tapi mata bibi tadi juga ngeres.. buktinya tadi bibi ngeliatin terus 'punya' saya."<br />"Itu bukan ngeres tauk! Itu kaget! Habisnya..." Seperti sadar karena kelepasan omong, Bi Laha tak melanjutkan kata-katanya. Ia menutup mata dengan tangannya sembari menggigit bibirnya yang tak kuasa menyunggingkan senyum.<br />"Abisnya apa Bi..? Abisnya besar ya..." Aku melanjutkan kata-katanya sambil menyeringai. . Muka Bi Laha memerah, sambil lagi-lagi membuang muka, ia mengangguk.<br />"Naah.. makanya.., biar asyik.. gimana kalau kita cerita tentang bagaimana si 'besar' saya itu bisa membuat perempuan tergila-gila. .." Bi Laha tersenyum dan kembali memandangku.<br />"Kamu memang gila.. tapi... boleh juga tuh.. walaupun kedengarannya agak serem, asal jangan nakut-nakutin bibi kayak tadi lagi ah.."<br />"Nggaa.. janji deh bi.. anggap saja sekarang kita lagi belajar anatomi tubuh, kalaupun saya menunjukkan bagian tubuh saya pada bibi, itu cuma demi pengetahuan kok.. suer.." Kataku seenaknya untuk menenangkan hatinya. Lalu perempuan itu meletakkan dagu di atas tangannya yang bertelekan di atas meja, menungguku bercerita. Akibatnya, buah dadanya tampak semakin menggelembung terganjal meja. Saat itu aku menyesal kenapa tidak diciptakan sebagai meja.<br />"Bi.. saya sudah kenal perempuan sejak SMA lho.. entah kenapa.. nafsu saya besar sekali.. sejak kali pertama itu, hampir tiap hari saya minta 'begituan' sama dia.. sampai-sampai dia sendiri kewalahan."<br />"Dia itu teman SMA kamu Fi..?"<br />"Heheh.. rahasia.. pokoknya perempuan.. cantik, montok, dan seksi.."<br />"Sampai sekarang, kamu juga minta 'gituan' tiap hari Fi..?", "Ngga.. sekarang agak berkurang.. paling banyak tiga kali seminggu.."<br />"Kalau ngga ada perempuannya? " Bi Laha mulai penasaran.<br />"Ya swalayan dong bi... seperti sekarang, karena saya lagi ngga punya teman tidur, yaa terpaksa, kecuali kalau bibi..."<br />"Aa.. tuh kaan.. mulai lagii.." Nada bicara Bi Laha terdengar merajuk.<br />"Heheh.. bercanda... Nah.. selera saya selalu pada perempuan yang liar.. yang ngga malu untuk teriak-teriak. . yang kalau cium bibir lelaki seperti orang kehausan mencari air.. yang kalau saya tindih badannya menggeliat-geliat sehingga payudaranya yang tergencet menggesek-gesek dada saya." Bi Laha nampak tercengang mendengar kata-kataku mengalir begitu saja tanpa rasa risih.<br /><br />("Edan! Belum pernah terlintas sedikitpun dalam benakku untuk mendengarkan cerita seks dari seorang lelaki bukan suamiku. Celakanya, kini aku mendengarkan cerita-cerita itu dari mulut keponakanku sendiri.")<br /><br />"Heheh.. santai saja bi.. saya ngga ngerasa risih ngomong beginian sama bibi, habis bibi nikmat diajak ngobrol, jadi yaa alami saja lah.." Perempuan itu agak tersipu karena 'terbaca' olehku.<br />"Sampai dimana tadi..? O ya.. perempuan liar.. tapi jangan salah bi.. saya selalu memulai dengan lembut.. penuh rasa sayang... biasanya saya mulai cium pipinya.. terus hidungnya.. lalu mampir ke kuping.. saya paling suka menggigit daun telinga dan menjilati lubangnya.. biasanya teman-teman perempuan saya sampai disitu sudah ngga tahan.. kalau liarnya keluar, macem-macem deh reaksinya.. ada yang minta payudaranya diremes keras-keras. . ada yang minta putingnya digigit dan disedot.. ada juga yang langsung ngisep penis saya."<br /><br />("Aku benar-benar tak percaya pada apa yang kudengar. Anak muda yang belum genap 23 tahun ini menyebut kata 'penis' dengan santainya di depan bibinya yang berumur 35! Tunggu. Apa katanya? Seorang perempuan pernah menghisap anunya? Gila. Perempuan macam apa itu? Seperti apa bentuk mulutnya? Hmm, apakah anu sebesar itu muat di dalam mulutku?" Laha mengeluh karena pertanyaan-pertanya an itu pada akhirnya merangsang dirinya sendiri. Desiran rasa geli dan gatal itu semakin deras terasa di selangkangannya. )<br /><br />Nafas Bi Laha mulai memburu. Berkali-kali tampak ia menelan ludah. "Ko.. penis kamu pernah diisep perempuan Fi..?" Ia menyebut kata 'penis' dengan sedikit risih karena tidak biasa. Suaranya terdengar serak. Aku mengangguk. "Rasanya kayak apa ya Fi..?" "Bibi belum pernah ngisep burung..?" Bi Laha kembali tersipu. Ia agak jengah dengan pertanyaanku yang tembak langsung itu. Walaupun sedikit kikuk, ia mencoba menjawabnya. "Ehm.. gimana ya bilangnya Fi.. soalnya Mang Iyus biasanya langsung tancep sih.. terus... dianya molor.. jadi ya ngga ada variasi.." "Jadi belum pernah dong?" Kejarku, dan perempuan itu menggeleng.<br /><br />("Sialan!! anak ini pasti menertawakanku" , Laha menggerutu dalam hati. Ia teringat pesan kakak perempuannya untuk tidak menghisap dan menjilat anu suaminya kalau tidak diminta. Nanti kamu dikira murahan, begitu alasannya. Dan suaminya memang tak pernah meminta. Dan perempuan itu memang tak akan menunggu diminta kalau anu suaminya berukuran sebesar keponakannya. Dan kata 'penis' dirasanya lebih kasar dibanding 'anu'.)<br /><br />"Heheh kasihan bibiku sayang.. tapi jangan kawatir.. nanti saya ajarin deh cara-caranya. . tapi prakteknya tunggu sampai Mang Iyus sembuh dulu ya..?" Aku mencoba menghibur. Namun, Bi Laha hanya tersenyum masam pertanda apatis. "Ada cara lain sih bi.. ya swalayan itu tadi.. masturbasi.. "<br />"Tapi... tapi kan masturbasi akan terasa lebih nikmat kalau kamu sudah pernah ngerasain yang sebenarnya.. "<br />"Betul sekali bi.. tapi saya ada solusi untuk itu.. " Aku bangkit mengitari meja dan duduk di sampingnya. Kami berdua duduk di kursi tanpa sandaran. ("Rafi, mau kau apakan bibimu ini?")<br /><br />"Saya ngga akan apa-apain bibi.. jangan takut.." kataku disambut senyum manisnya. Amboii cantiknya. Tiba-tiba batinku seakan mengucapkan janjinya bahwa di malam inilah aku akan menikmati tubuh sintal isteri pamanku. "Pejamkan mata bibi.. saya akan mengelus muka dan tangan bibi.. lalu bibi harus berfantasi sesuai petunjuk saya.. Ok?" Tanpa minta persetujuan aku berdiri di belakang Bi Laha dan dengan lembut menutup matanya. "Atur nafas bibi.." Lalu aku meletakkan jari telunjuk dan tengahku di pipi kanannya "Bayangkan jari saya ini bibir lelaki ya bi.."<br /><br />("oooh apa yang harus kulakukan.. apa yang harus kulakukan.. haruskah aku mengikuti kata-katanya? Haruskah aku berfantasi? Pantaskah seorang bibi berfantasi sexual bersama keponakannya sendiri? Atau sebaiknya aku pergi dari sini? Keponakan sialan! Kamu sengaja, kamu tau bibimu lagi butuh.. kamu tau bibimu seorang isteri kesepian..")<br /><br />Bi Laha tak bereaksi. Ia menurutiku menutup mata. Hanya saja terasa otot tubuhnya menegang. Mungkin malu, tegang, dan gairah bercampur jadi satu. Kedua jariku mulai menelusuri pipinya yang mulus dan kencang, menelusuri sisi hidungnya yang indah, kemudian berhenti sebentar di bibirnya yang seksi dan tampak basah. Pelan-pelan kucubit bibir bawahnya, "mmhh.." Perempuan itu menghela nafas. "Bi.. bayangkan seorang lelaki mencium lembut bibir bibi lalu sesekali ia menggigit bibir bawahnya.." Sementara itu tangan kiriku mulai mempermainkan daun telinganya. "sss..." Bi Laha mendesis dan menggeliat kegelian. Penisku mendadak berdenyut. Aku benar-benar hampir tak dapat menahan nafsu birahiku. Siapa yang bisa tahan melihat perempuan montok berkulit kuning langsat dengan buah dada yang menggelembung keluar dari kebayanya tengah mendesis-desis kegelian..! Niat untuk memperkosanyapun mulai mendominasi sel-sel otakku. Terbayang betapa menggairahkannya menggumuli tubuh sintal ini seraya memaksanya bersetubuh. Tapi suara hatiku melarang. Perempuan ini isteri pamanmu! Perlakukan dia dengan semestinya! Heheh.., ternyata di situasi seperti ini masih ada juga peran suara hati. Jari tangan kananku sudah sampai ke dada Bi Laha, tepat sebelum daging buah dadanya. Sejenak jari-jariku membelai-belai tulangnya, sambil sedikit-sedikit mulai menyentuh gelembung buah dadanya yang empuk itu.<br /><br />("Ooohh gilaa.. gillaa... apa yang kulakukan? Tangan anak muda ini seakan menjelma menjadi bibir seorang lelaki yang tengah menciumi, menjilati, dan menelusuri setiap lekuk liku tubuhku dan arahnya. Oh.. arahnya makin mengarah ke buah dadaku. Oh, akankah dia.. akankah dia..." Lalu perempuan itu merasakan aliran darahnya bergerak semakin cepat, semakin cepat. Lalu ia menggeser pinggulnya. Dan tersadar, kalau celana dalam nilonnya mulai basah di bagian selangkangan. )<br /><br />Nafas Bi Laha semakin terdengar tidak beraturan, matanya masih terpejam, alisnya mulai berkerut, bibirnya sedikit menganga, buah dadanya naik turun, tangan kanannya pelan-pelan turun ke selangkangannya dan disambut oleh jepitan kedua pahanya yang langsung bergerak menggesek satu sama lain, my god! Perempuan ini sudah tidak sungkan-sungkan untuk menggesek-gesekkan kewanitaannya ke tangannya sendiri di depanku. That's good! Tangan kiriku turun dari telinganya dan mulai meremas-remas pundaknya yang sekal dengan hati-hatiku tempelkan penis yang sudah tegak berdiri di balik celana katunku ke punggungnya, tak ada reaksi lalu kutekan dengan sedikit keras sehingga penis besarku terasa gepeng terjepit oleh perutku dan punggungnya. Bi Laha tersentak dan membuka matanya, aku tidak peduli dan terus menggesek-gesekkan penisku, perempuan itu menengok kebelakang dan terbelalak melihat dari dekat bentuk penisku yang tercetak di celana katunku sedang menggesek-gesek punggungnya.<br /><br />(Laha merasa dirinya seperti orang bisu. Segala kata-kata yang ingin ditumpahkan untuk menceritakan kenikmatan yang tengah dialaminya terbendung di leher. Kala otaknya menyusun kalimat "Aku ingin buah dadaku dicium" maka mulutnya mengucapkan "Auuuhh.." Kala otaknya menyusun "Gigitlah putingku.." maka mulutnya mengucapkan "Emmhh..." Tak ada lagi koordinasi antara otak dan tubuh. Apalagi ketika batang kenyal besar itu mulai tergencet di punggungnya. Kehangatannya, kekenyalannya, ukurannya, menyebarkan getaran-getaran listrik ke seluruh pembuluh syaraf isteri kesepian itu. "Ingin benar rasanya aku membalikkan badanku, membuka ritsluitingnya, lalu meraih batang perkasa itu untuk kubelai, kuciumi lalu.. uh, beranikah aku memasukkannya ke mulutku? Beranikah aku menghisapnya? Lalu apa kata keponakanku nanti? Apa ia akan menganggapku murahan, seperti kata kakakku?" Lalu sel-sel otaknya mulai mengajukan pertanyaan-pertanya an yang semakin menakutkan perempuan itu, "Pantaskah aku melakukan ini dengan keponakanku sendiri? Akankah ia memaksaku untuk bersetubuh dengannya?" Laha ingin sekali bisa bicara jujur pada hati nuraninya. Ia telah terlalu lama dahaga. Apalagi ia kini dimadu. Karena ingin jujur itulah, ia memberanikan diri berharap pertanyaan terakhirnya akan menjadi kenyataan. Lalu ia pun tersentak. Tinggal selangkah lagi bagi dirinya untuk menyandang predikat isteri tak setia.)<br /><br />Tiba-tiba Bi Laha menatapku dengan kawatir, "Fi.. bibi takuut.." Aku tersenyum dan dengan lembut tangan kananku kembali menutup matanya, "Sshh.. ngga Papa bi.. nggada siapa-siapa kok dan bibi nggak akan saya apa-apain, suer.." dengan penuh perasaan janji-janji surgaku mengalir deras siap untuk mendinginkan gejolak ketakutannya and it works, otot tubuhnya kembali terasa santai bahkan beberapa saat kemudian Bi Laha mulai membalas gesekanku dengan menggerak-gerakkan punggungnya kekiri dan kekanan seakan hendak memberikan kesempatan pada setiap pori kulit punggungnya untuk menikmati kerasnya penisku. Melihat respon seperti itu aku mulai lepas kendali sambil terus menggesekkan penis, meremas pundak kirinya dan mulai membelai belahan buah dadanya dengan lembut kukecup leher kirinya seraya bibirku menelusurinya turun ke pundak,<br />"Bi.. bayangkan lelaki itu mencium leher bibi.. terus turun ke pundak.. bayangkan bahwa sebentar lagi bibir itu akan melewati susu bibi, mencium-cium kecil sekeliling puting.."<br />"Ouhh Fiii... sss.." Bi Laha mendesis keras seraya menggerakkan kepalanya ke kanan pertanda mulai terangsang, bibirku kemudian menggigit-gigit kecil daun telinganya dan kemudian aku memasukkan lidahku di lubang telinganya dan mulai menciumnya, kepala Bi Laha menggeleng-geleng agak liar,<br />"Nggghh.. nggghh.. " Erangnya kegelian.<br />"Senjata saya nikmat rasanya khan Bi...?" bisikku sambil terus menjilati telinganya. Sambil terus mengerang ia mengangguk,<br />"Lebih besar dari Mang Iyus bi..?" Erangan isteri pamanku itu terdengar mengeras, lagi-lagi ia mengangguk.<br />"Bibi mau ngerasain penis beneran saya..?" Bi Laha menengadahkan kepalanya dengan alis berkerut, mata terpejam dan mulut menganga.<br />"hh.. mm.. Mau Fi.. ehh.."<br /><br />(Laha merasa otaknya sudah tak ada hubungan dengan organ lain tubuhnya. "Edan, aku benar-benar tak tahu apa yang diucapkan mulutku", perempuan itu memaki. "Kata-katanya terlalu memojokkan. Penis pemuda ini terlalu menggairahkan. Kecupan, jilatan, dan rabaannya membuat selangkanganku semakin banjir. Ah, kata 'penis' lebih baik dari 'anu', dan jauh lebih beradab dari 'penis'.")<br /><br />Ketika itu juga kuselipkan tangan kananku ke balik beha hitamnya dan yesss... keempukan dan kekenyalan buah dada kanan isteri pamanku ini betul-betul terasa nikmat di dalam genggamanku, puting susunya begitu keras dan panjang.<br /><br />("Ohh, ia meremas buah dadaku, pemuda itu benar-benar meremasnya! Inilah kali pertama buah dadaku diremas-remas tangan lelaki bukan suaminya. Ayo, ayo lebih keras, lebih keras, betapa selama ini aku merindukan tangan lelaki. Oh Rafii, kamu adalah pria kedua selama hidup yang pernah menjamah tubuhku.")<br /><br />"Bi Laha.. bayangkan lelaki itu sekarang dengan buas sedang mencupang susu.. dan menyedot puting bibi..." r>"Ouuuhh.. haahh.." Bi Laha menggelinjang sampai-sampai pantatnya terangkat dari kursi.. sikunya menyenggol gelas di atas meja sehingga tumpah.. seakan diingatkan tiba-tiba Bi Laha meronta mencoba melepaskan diri dari remasan dan ciumanku.<br /><br />("Tunggu. Aku isteri orang! Dan anak muda yang tengah mempermainkan putingku ini adalah keponakanku! Auh, sudah lama putingku tidak mengeras seperti ini.")<br /><br />"Fi.. Fii.. sss.. ehh... Fiii... jangann.. nan.. nanti keterusan.. ahh.. jangan.." rintihnya memohon. Bukannya berhenti, malah dengan cepat kuselipkan juga tangan kiriku ke balik beha satunya sehingga sekarang kedua tanganku berada di balik behanya meremas kedua buah dada montok Bi Laha. Dengan sekali sentak, kukeluarkan kedua buah dada besar itu sehingga bentuknya menonjol ke atas karena tertahan oleh kedua cup beha di bagian bawahnya. Tanpa membuang waktu, jari jempol dan telunjukku memilin-milin putingnya yang berwarna coklat kemerahan itu. Bi Laha semakin mengerutkan alis dan mulutnya meringis seperti orang kepedasan, "Aouuuhh.. Fiii.. gelliii.. sss " Bi Laha mulai mendesah dan mendesis tak karuan. Kedua tangannya kini menjulur ke belakang memegang belakang pahaku.<br /><br />("O Rafiii lebih keras, lebih keraass. Gigit puting bibimu sayang, gigit puting bibimuuu..." )<br />Sambil masih memilin puting kirinya dan menciumi lehernya, aku membuka ritsluiting celanaku, menurunkan sedikit celana dalamku, lalu kukeluarkan penis raksasaku. Tangan kananku menjulur kebawah lalu dengan sekali tarik kuangkat ujung baju kebayanya ke atas sehingga punggung mulus berhias tali beha hitam milik isteri Mang Iyus itu kini terpampang di hadapanku. Kuletakkan penisku yang sudah sangat tegang itu di atas kulit mulus punggung Bi Laha. Lagi-lagi Bi Laha membuka matanya dengan pandangan kebingungan, antara keinginan melihat penisku bercampur dengan ketakutan akan melakukan persetubuhan dengan lelaki bukan suaminya. Ia hanya bisa mengerang dan menggelinjang sambil menoleh menatapku ketika dirasanya daging keras penisku mulai menggesek-gesek kulit halus punggungnya, dirasanya punggungnya mulai ditetesi oleh cairan bening yang keluar dari lubang penisku. Bi Laha benar-benar terlihat berada di simpang jalan. Ia begitu bergairah dengan sensasi yang belum pernah dialaminya selama hidup, namun ia begitu ketakutan melihat keponakannya dengan penuh nafsu tengah meremas-remas susunya, memilin putingnya, menggesekkan penis di punggungnya, dan... perempuan itu dengan mudah menebak bahwa perbuatan ini akan berakhir dengan persetubuhan!<br /><br />Jam dinding berdentang keras menandakan pukul 8 malam. Waktu dimana Mang Iyus biasa pulang. Seakan tersadar dari mimpinya, Bi Laha meronta dan menahan kedua tanganku yang masih sibuk meremas buah dada dan putingnya, "Fi... tolong.. stoop.. inget Fi.. kamu keponakan bibi.." Sambil berkata, perempuan itu menjauhkan kedua tanganku dari buah dadanya. Tak kehilangan akal, begitu terlepas dari puting, tangan kananku langsung menyambar selangkangannya dan meraba gundukan daging di balik kain jarik yang sudah tak karuan bentuknya itu. Dengan cepat tanganku mengocok vagina Bi Laha dari luar. Bi Laha sempat terbelalak melihat reaksiku, ia sama sekali tak menduga gerakanku dan matanya tampak terkejap-kejap menikmati kocokan jemariku di celana dalam nilon yang menutupi daerah klitorisnya.<br /><br />("aahh, tangan keponakanku ini benar-benar luar biasa. Kocokannya benar-benar membuat seluruh lorong vaginaku terasa geli. Dindingnya yang terasa amat basah itu mulai berdenyut. Ingin rasanya aku membuka celana dalamku dan membiarkan jemari kasarnya mempermainkan daging kemaluanku. Sial, haruskah aku menghentikan kenikmatan ini? Tapi, betapa kejamnya orang menghujat seorang isteri tak setia!")<br /><br />Sempat ia merenggangkan paha beberapa saat seakan menyilakan tanganku mengeksplorasi vaginanya lebih jauh, namun dengan kekuatan entah dari mana, ia berteriak "Fii.. lepaskaann Bibi..." lalu meronta, dan mendorongku kebelakang hingga nyaris terjengkang. Perempuan itu meloncat dari duduknya dan lari menjauh. Rambutnya acak-acakan, buah dadanya bergelayutan keluar dari beha nya, kain jariknya nyaris lepas dari stagennya. Sial! Padahal dia hampir menyerah! "Fi.. cukup Fi.. kita nggak boleh berbuat lebih jauh dari ini, bibi yakin kalau kita teruskan ini akan berakhir di atas ranjang." katanya dengan nafas memburu sambil membelakangiku dan memasukkan kembali kedua buah dadanya ke dalam beha. "Nggak akan berakhir di ranjang bi.. kan saya sudah bilang dari awal.. bibi nggak akan saya apa-apain, masa bibi nggak percaya omongan saya?" Ia merapikan baju kebaya dan rambutnya "Bukan itu Fi, bibi ngga percaya pada bibi sendiri."<br /><br />(Mendadak Laha sendiri ragu. Apakah ia harus bangga atau menyesal akan keputusannya ini)<br /><br />Lalu ia berbalik ke arahku dan perempuan itu terbelalak, ia tampak terkejut dan tanpa sadar menjerit kecil, "Ya ampuunn Rafi.. besarnya..." Mata Bi Laha terpaku pada penisku yang masih mengacung tegang keluar dari celana dalamku. Urat-urat tegang tampak sekali menonjol di sekeliling batang berdiameter 3-4 cm itu. Kepala penisku menunjuk langsung ke wajah perempuan berusia paruh tiga puluh itu. Keraguan kembali tergambar di air mukanya. Dari situ aku yakin, bahwa birahi isteri pamanku itu masih tersisa terlalu banyak untuk dilewatkan begitu saja. Nafsuku benar-benar sudah naik ke kepala, aku sudah tak peduli, kubungkam suara hatiku, kubuang janji-janji bull shitku pada Bi Laha dan dengan cepat kuhampiri tubuh montoknya lalu kupeluk dengan erat. "Rafiii mau apa kamuffff.. mphh.." Teriakannya terpotong oleh lumatan bibirku di atas bibirnya yang ranum itu. Itulah kali pertama aku mencium bibiku.<br /><br />("Hah, ia menciumku, ia menciumku! Rafi, kamu adalah laki-laki kedua dalam hidup yang pernah mencium bibir bibi. Oh, nikmat betul merasakan lidahmu menyapu seluruh rongga mulut bibi. Nikmat betul merasakan bibirku disedot dan digigit. Uh, apakah kamu juga akan menjadi lelaki kedua yang akan.. yang akan.. menyetubuhiku? Dan gelagat itu sudah tampak. Coba lihat, tanganku tak bisa bergerak. Tubuhku didekapnya erat. Jangan-jangan, jangan-jangan. . pemuda ini sungguh-sungguh berniat memperkosaku. Hah, bagaimana kalau orang lain tahu?" Bagi perempuan ini, kata 'perkosa' kini menimbulkan gairah sekaligus kekhawatiran. )<br /><br />Pelukanku sedemikian eratnya sehingga terasa buah dadanya yang menggencet dadaku seakan hendak pecah. Ia melepaskan bibirnya dari lumatanku dan memalingkan muka mencoba untuk melawan. "Rafi.. jangan.. saya istri pamanmu.. ohh... nanti bibi teriak!" Tak kuhiraukan kata-katanya. Di kupingku terngiang bisikan-bisikan yang terasa semakin keras : Dia mau.. Dia mau.. Paksa dia.. Perkosa dia..! Maka dengan bertubi-tubi kuciumi lehernya sehingga walaupun ia meronta dan memukul-mukul punggungku, terasa sesekali badannya menggelinjang karena geli. Bunyi kecupan bercampur erangan birahiku dan desahan yang memohon aku melepaskannya menggema di udara dingin rumah besar di Kabupaten Garut itu. Ia memejamkan matanya tak berani menatapku yang kini mulai menjilati telinga dan lehernya, "TOLOOONG... TOLoooNG!!!" Tiba-tiba perempuan itu menjerit.<br /><br />("Aku takut! aku benar-benar takut! Saat ini aku memang dahaga lelaki. Dan itu bukan berarti aku mau diperkosa oleh keponakanku sendiri. Apalagi katanya, seorang pemerkosa cenderung selalu berbuat kasar. Oh tiba-tiba aku merasa begitu ngeri melihat pemuda itu menciumi leher dan kupingku dengan ganas. Tapi, haruskah berteriak?")<br /><br />Aku terkejut mendengar teriakan Bi Laha. Ini bahaya..! Bisa bubar semua rencana! Lalu kudorong dengan paksa dan kurebahkan tubuh sintal yang meronta-ronta itu ke atas meja. Kedua tanganku dengan kuat menahan pergelangan tangannya yang kini membentang ke atas. Bi Laha semakin meronta. Kepalanya di palingkan dengan keras ke kiri ke kanan untuk menghindari bibirnya dari lumatanku. Pinggulnya yang terbaring di pinggir meja disentak-sentak untuk menjauhkan penisku dari selangkangannya. Well, tak ada pilihan lain, sorry Bi Laha. Lalu dengan kasar kutindih tubuh montok itu sehingga rontaanya tertahan, pinggulku mengunci gerak selangkangannya, penisku kini tergencet oleh perutku dan selangkangannya.<br /><br />("Betul dugaanku. Lelaki ini tiba-tiba jadi kasar! Aduh, aku jadi betul-betul ngeri! Aku takut ia menamparku, aku takut ia melukaiku. Aku juga takut, ia akan mengoyak-ngoyak vaginaku. Ya Tuhan, malang nian nasibku. Aku takut darah!")<br /><br />Lalu tanpa sengaja penisku itu tergencet oleh sebuah gundukan daging hangat yang terasa ditutupi oleh bulu-bulu lebat. Berani taruhan bulunya pasti lebat sekali, soalnya dari luar kain kebayanya saja sudah terasa kelebatannya, mengingat itu darahku terasa berdesir.<br /><br />("Tunggu Laha, ketakutanmu terlalu berlebihan. Pemuda ini cuma kasar ketika menindihmu. Itu pun karena kau berteriak!" Logika Laha mulai bicara. Tiba-tiba perempuan itu menyadari betapa sesungguhnya kekasaran pemuda itu tak lebih dari reaksi akibat terakannya tadi. Lalu kengerian itu sirna. Lalu ada kehangatan di selangkangannya. "Ouuh Rafi, sungguh hangat dan keras penismu itu. Ayo, gesekkan, gesekkan penismu di atas vagina bibi... Tapi.. tapi.. bagaimana kalau suamiku tiba-tiba pulang?")<br /><br />"Silakan berteriak bi.. ngga ada gunanya.. di rumah ini nggak ada siapa-siapa. . orang di jalanan juga ngga bisa denger.." kataku menantang dengan nafas tak kalah memburu dengan Bi Laha. "Kalaupun ketahuan paling saya diusir.. tapi bibi..? Bibi bisa dicerai oleh Mang Iyus yang sudah punya Nuke, jadi apa untungnya berteriak?" Bibiku tak bisa menjawab namun matanya menyorotkan sinar kemarahan padaku. Entah marah karena kata-kataku atau perbuatanku.<br /><br />("Jangan pernah kau sebut nama sundal itu di hadapanku!")<br /><br />"Bi.. saya tau bibi selama ini kesepian, apalagi setelah Mang Iyuspunya Nuke makanya bi.. pikir praktis saja.. kalau Mang Iyus boleh punya perempuan lebih dari satu.. kenapa bibi nggak..?" Aku mulai coba meyakinkan bibiku dengan logika-logika ngawurku. Bi Laha kembali memejamkan mata dan memalingkan muka seraya menggigit bibir. Tampak betul ia tengah berusaha menekan kemarahan di dalam dadanya. Mataku menelusuri tubuh sintal yang tertindih oleh tubuhku. Baru kusadari betapa merangsangnya posisi tubuh Bi Laha itu dilihat dari atas. Kedua tangannya membentang ke atas dan pahanya mengangkang. Ketiaknya yang tampak putih di balik kebaya brokat hijau itu dipenuhi oleh bulu keriting yang lebat. Wangi khas menyebar dari ketiaknya menandakan mental perempuan itu saat ini tengah tertekan. Tapi wangi itu membuat gairahku meningkat lagi. Suka atau tidak, isteri pamanku ini akan kesetubuhi! Aku kembali menciumi leher Bi Laha dengan bertubi-tubi, terus ke dada mengitari puting susu lalu mampir ke ketiaknya yang rupanya merupakan weak point bibiku karena terdengar ia mendesah ketika aku mulai mengecupnya, tanganku melepaskan pergelangan tangan Bi Laha dan, brettt..! Dengan kasar kurobek kebaya di bagian dada sehingga buah dada besar yang masih tertutup BH hitam itu terbuka menantang wajahku. Tangan Bi Laha berusaha menutupi dadanya yang kini bebas dilihat oleh mataku. "hh.. Fiii... bibi malu..." bisiknya lirih.<br /><br />("Ya Tuhan, ia akan melakukannya. . ia akan melakukannya! Ia akan memperkosaku! Ooohh.. semoga tak ada kekasaran lagi.")<br /><br />Aku kembali meraih tangan Bi Laha dan menahannya dalam posisi membentang ke atas. Posisi itu membuat bagian depan kebaya brokatnya terbuka ke samping sehingga perutnya yang kencang dan mulus itu terlihat dengan jelas. Buah dadanya terangkat keatas tertarik behanya yang cuma mampu menutupi 3/4 bagian buah dada bibiku itu. Bagian bawah bukit kembarnya menonjol keluar dari bagian bawah beha hitam berukuran 34 itu. "Susu bibi seksi sekali.. Mang Iyus benar-benar lelaki beruntung.. " Dan aku pun mulai menciumi daging empuk di bagian atas buah dadanya, lalu aku gigit behanya dan kuangkat kedua cup-nya sehingga kedua buah dada itu melejit keluar. Wuiihh.. benar-benar buah dada yang indah, begitu putih dan mulus, urat-urat birunya tergurat halus di sekitar putingnya yang berwarna coklat kemerahan. Aku mulai mengecup dan menjilati buah dada kenyal itu dengan rakus, kecupan dan jilatanku itu mulai menyusuri daerah sekeliling putingnya. Gerakan melingkar itu semakin kecil dan semakin kecil, "Ehh.. Euhh... sss..." Ditengah rontaannya yang mulai melemah, terdengar Bi Laha merintih dan mendesis keenakan sambil terus membuat gerak melingkar lidahku sesekali menyentil putingnya membuat rintihannya semakin keras diselingi dengan nada kesal karena merasa dipermainkan. .. hehe.. rupanya perempuan ini ingin cepat-cepat diisap, if that what you want that is what you get. Satu, dua... dan... tiga! Lalu kumasukkan puting dan 1/2 buah dada istri pamanku itu ke dalam mulutku. "Aohh... sss..." Gerakan tubuh Bi Laha mulai liar. Lalu dengan rakus kusedot dan jilat putingnya bergantian kiri dan kanan. Sambil merintih Bi Laha menjilati bibirnya sendiri dan menggeleng-gelengka n kepalanya. Rambutnya sudah awut-awutan dan setengah basah terkena tumpahan air minum di meja. Denyutan di penisku terasa makin keras, akupun tak mau berlama-lama. Sambil terus menyedot buah dada dan putingnya, tangan kiriku melepaskan tangan Bi Laha dan dengan cepat menyingkap kain kebaya Bi Laha sampai sebatas perut sehingga terlihatlah pahanya yang putih mulus itu mengangkang di depan penisku. Dari luar celana dalam nya yang berwarna krem, terbayang segumpal bulu keriting lebat yang menutupi vagina. Sebagian daripadanya nampak keluar dari celana dalam yang basah di daerah selangkangan itu. Duh Bi Laha... aku benar-benar tak sabar untuk segera mencium, menjilat, dan memasukkan penisku ke vaginamu yang seksi. Lalu tangan kiriku dengan cepat meraba pahanya dari lutut sampai selangkangan. Begitu sampai, jari tengahku langsung kutempelkan di belahan vaginanya, dengan seketika jariku merasakan kehangatan pada celana dalam yang sudah basah dan lengket itu. Pelan-pelan kutekan jari tengahku sehingga kain celana dalamnya ikut melesak masuk ke liang vaginanya. Otot Bi Laha menegang, pinggulnya terangkat sedikit membuat jariku dan kain celana dalamnya semakin terbenam, "Fii.. eeehh..." Dengan mata terbelalak ia merintih. Kepanikan mulai terbayang di wajahnya.<br /><br />("Oooh Rafi, terus terang aku takut. Aku yakin perbuatan kita ini akan berakhir dengan persetubuhan. Dan aku takut kalau suamiku benar-benar pulang! Dan menceraikanku dengan tuduhan bersetubuh dengan keponakannya! Tapi bukankah aku diperkosa?" Laha tersentak. Ternyata ia mulai mencari justifikasi. )<br /><br />Tangan kanannya yang bebas memegang dadaku seakan siap untuk mendorong.. Oh NO YOU DON'T.. tak akan kubiarkan terulang lagi, kuhentikan semua aktivitasku lalu SReeeT..! Dengan cepat kedua tanganku menarik celana dalam isteri kesepian itu ke bawah sehingga lolos melalui kedua pergelangan kakinya. "Ahh.. FIII JANGaaNNN... " Bi Laha menjerit dan mencoba bangkit. Tapi.. BRAAK!! Dengan cepat kutindih kembali tubuh montok yang hampir saja terduduk itu sehingga punggungnya yang mulus sedikit terhempas ke meja. Wajah Bi Laha semakin panik ketika kutempelkan kepala penisku ke liang vaginanya.<br /><br />("Ya Tuhan, ia mulai kasar lagi dan penisnya, penis besarnya akan memasukiku! Sanggupkah aku menampungnya? Sakitkah rasanya? Aduuh, kenapa aku jadi panik begini? Persis seperti seorang gadis yang akan diperawani. Oh.. Rafi, bibi benar-benar mengharapkan kau melakukannya. Bibi benar-benar ingin bersetubuh denganmu. Tapi bibi malu karena kamu keponakanku sendiri. Bibi juga takut Mang Iyus tahu perbuatan kita. Oh Rafiii, gelinya bibir vagina bibi... jangan berlama-lama sayang, persetan dengan pamanmu, masukkan sekarang.")<br />Kebisuan kembali menyelimuti kami berdua. Ruangan asri rumah Bi Laha itu terasa semakin luas dan mencekam dengan kesunyian itu. Suara jangkrik dan kodok sawah terdengar saut menyaut. Sesekali terdengar suara angkutan pedesaan melewati jalan raya. Juga suara delman dan motor melintas. Ahh, desa yang tenang dan damai. Tempat yang sangat sempurna untuk berlibur dan bermalas-malasan. Tapi tidak dengan kebisuan seperti ini. Aku menguap seraya melihat arloji. Sudah 20 menit lebih kami tak berkata-kata. Dan Mang Iyus belum juga datang. Isterinya sudah terlihat gelisah sambil terus-terusan memandang jam dinding. "Nggak biasanya Mang Iyus begini.." suaranya terdengar lirih.<br /><br />Kriiing... Kami berdua terlonjak karena kaget. Telepon sialan, makiku dalam hati.<br /><br />("Telepon keparat!")<br /><br />Bi Laha bergegas mengangkatnya. Tampaknya Mang Iyus lagi yang menelepon. Mereka terlibat pembicaraan sejenak.<br />"Lo bapak ini gimana sih? Kita kan sudah siap dari tadi.." Terdengar suara Bi Laha meninggi.<br />"Iyaa saya ngerti.. tapi apa segitu mendesaknya sampai bapak musti batalin janji makan malam dan nginep disana??" O.. Oo.. naga-naganya aku bisa menebak kemana arah pembicaraan ini.<br />"Apa? Cuma gara-gara ibunya pusing-pusing bapak harus nganter ke dokter? Apa perempuan itu ngga bisa anter sendiri? Dengar Pak, saya juga punya hak sebagai isteri pertama. Hari ini semestinya adalah hak saya. Bilang sama perempuan itu, kalau mau jadi isteri kedua harus berani tanggung konsekuensi. . kalau bukan harinya, jangan minta-minta antar ke dokter!" Braak! Bi Laha membanting gagang telepon seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia menutup muka dengan kedua tangannya.<br /><br />("Suami egois! Tak adil! Aku benar-benar merasa seperti keranjang sampah. Sesak di dadaku semakin menggunung dan menggunung, lalu mendesak keluar. Air mataku mulai mengalir. Tiba-tiba aku terkesiap. Belum pernah aku membentak-bentak suamiku sebelumnya. Belum pernah aku mengahiri pertengkaran dengan bantingan telepon. Belum pernah aku seberani ini. Lalu, bayang-bayang pergumulanku dengan Rafi melintas. Karena itukah aku jadi berani?")<br /><br />Aku memberanikan diri melirik ke arah Bi Laha. Perempuan itu tengah duduk sambil menutup muka di sofa. Shit! Kenapa liburanku harus diwarnai hal-hal seperti ini? Kenapa pula aku memilih tempat ini sebagai tempat berliburku? Aku menghela nafas. Ingin rasanya aku mendekati wanita yang tengah bersedih itu dan menghiburnya. Tapi saat itu, aku benar-benar tak tau harus berbuat apa.<br /><br />Kriiing.. Setan! Sekali lagi ia mengejutkanku, akan kulempar ke tong sampah. Telepon itu berdering berkali-kali namun Bi Laha tak juga beranjak mengangkatnya.<br /><br />"Bibi ingin saya yang mengangkatnya? " Aku menawarkan diri. Bi Laha mengangkat mukanya. Matanya merah dan basah oleh air mata. Ia tersenyum kecil, dan menggeleng. "Ngga usah Fi.. kamu baik sekali.. biar bibi yang angkat.." Kasihan benar bibiku yang cantik ini. Andai aku dapat menghiburmu. Telepon itu ternyata dari Mang Iyus lagi. Mereka lagi-lagi terlibat pertengkaran soal hak isteri pertama dan kedua. Bi Laha juga tanpa tedeng aling-aling menuduh Mang Iyus telah melalaikan kewajibannya untuk memenuhi haknya sebagai isteri pertama. Aku membuka pintu depan dan duduk di teras agar tidak mendengarkan pertengkaran itu. Tapi sia-sia, karena di daerah yang sepi seperti Cilimus, orang bisa mendengar suara lebih dari 50 meter. Aku memenuhi paru-paruku dengan udara malam yang segar. aahh.. aku tersenyum sendiri mengingat pengalamannya hari ini. Adakah kesempatan seperti itu akan terulang lagi?<br /><br />"Saya nggak peduli. Bapak nggak pulang selama sebulan juga saya nggak peduli. Sekarang saya akan kunci rumah, dan pergi tidur. Saya ngga mau liat mukamu malam ini!" Braak! Lagi-lagi Bi Laha mengakhiri pembicaraannya dengan acara banting telepon. Diam-diam aku kagum pada bibiku ini. Sehari-hari ia tampak begitu lincah dan ramah. Bertolak belakang dengan apa yang baru saja kulihat. Ia bagai seekor singa betina yang mengaum menggetarkan sukma. Aku menghela nafas, lalu masuk kembali dan mengunci pintu. Terlihat Bi Laha masih terduduk di sofa besar dekat meja telepon. Ia kini bersandar sambil menutupi matanya dengan tangan kanan. Tangan kirinya memegang tisu yang sesekali digunakan untuk menghapus air mata yang mengalir deras di pipinya. Dengan hati-hati aku duduk di sampingnya. Walau sempat ragu, kujulurkan tanganku memeluk pundaknya. "Mau berbagi cerita dengan saya Bi..? Mudah-mudahan bisa mengurangi beban Bibi." Bisikku dengan lembut. Tiba-tiba isteri pamanku ini menjatuhkan kepalanya ke dadaku dan menangis tersenguk-senguk.<br />"Bibi sangat setia pada pamanmu Fi.. bibi banyak berkorban untuknya.. tapi kenapa sekarang bibi disia-siakan. .." Lalu ia menceritakan bagaimana ia membantu Mang Iyus membangun usahanya. Ia juga bercerita bahwa tanah rumah ini adalah pemberian orang tua Bi Laha. Ia juga bercerita suatu ketika Mang Iyus ditipu orang sehingga harus menjual sebagian hartanya. Bi Laha menjual seluruh perhiasannya untuk menolong suaminya itu. Dan begitu banyak cerita lainnya yang menyimpulkan betapa tegarnya perempuan ini. Ia pun tetap tegar ketika harus menerima kenyataan untuk dimadu. Kami terdiam beberapa saat. Tangan kananku memeluk pundaknya dan tangan kiriku membelai lembut rambutnya. Tangan kanan Bi Laha memeluk leherku sementara kepalanya masih terus bersandar di dadaku.<br /><br />("Pemuda ini sungguh penuh perhatian. Kelembutannya melebihi lelaki manapun yang pernah kukenal. Hanya beberap menit, dan ia sanggup mengurangi kesal di hatiku." Perempuan itu mendongak memandang wajah keponakannya. "Rafi, sorot matamu sungguh sejuk. Bibi benar-benar merasa aman di dalam pelukanmu." Harum nafas pemuda itu terasa begitu dekat dengan bibirnya. Tiba-tiba Laha merasa sangat sayang padanya. Ia seakan telah mengenal lelaki itu sangat lama.)<br /><br />Tangan kanan Bi Laha membelai pipi kiriku dengan kasih sayang, lalu ia mengecup pipi kananku lembut. "Terima kasih Fi.. terimakasih untuk menemani di saat bibi butuh seseorang.." Aku tersenyum. "Saya senang bisa membantu bibi.. Saya sayang pada bibi.." ujarku tulus. Kata-kataku itu membuat bibiku terharu. Kembali ia menyenderkan kepalanya seraya memeluk leherku dengan lebih erat. Aku pun hanyut oleh rasa kasih sayang yang menyelimuti hati kami. Dengan penuh ketulusan aku mencium kening Bi Laha lamaa sekali. Lalu kukecup pipinya yang terasa basah oleh air matanya. Bi Laha mendongakkan kepalanya memandangku dengan senyuman sayang. Hidung mancungnya dekat sekali dengan hidungku. Kami berdua bisa menghirup wangi nafas masing-masing. Mata kami saling beradu pandang. Oh, alangkah indahnya matamu bi... alangkah cantiknya wajahmu... kalau kau bukan isteri pamanku, aku pasti jatuh cinta padamu. Tak peduli kau 12 tahun lebih tua dariku.<br /><br />("Ohh.. Rafi.. bibi benar-benar takluk melihat matamu. Seakan ada magnet yang membuat orang lain tertarik untuk terus memandangi.. Sayang bibi lahir terlalu cepat 12 tahun. Kalau tidak, kita pasti sebaya, dan kita pasti cocok satu sama lain dan akulah yang akan memuaskan malam-malam dinginmu dan aku juga yang pasti menjadi perempuan pertama yang menyedot dan menghisap.")<br /><br />Aku menempelkan bibirku di atas bibir Bi Laha. Perempuan itu tanpa ragu menyambut ciuman lembutku. Ciuman ini terasa berbeda dari ciuman-ciuman sebelumnya. Ciuman kali ini lebih merupakan pernyataan kasih sayang dibanding sekedar nafsu.<br /><br />("Sayangku, alangkah hangatnya bibirmu. Peluklah aku lebih erat lagi. Leburlah tubuhku dengan ragamu. Malam ini aku bukanlah isteri pamanmu. Malam ini aku adalah kekasihmu. Kali ini, kamu tak perlu lagi memperkosaku. Kamu boleh menggumuli tubuhku sepuasmu. Kamu boleh memasukkan penismu sepuas-puasnya. Oh, belum lebih dari satu jam, aku sudah amat rindu pada penismu itu.")<br /><br />Entah siapa yang memulai tahu-tahu bibir kami sudah saling memagut. Lidah Bi Laha mencoba menerobos masuk ke mulutku. Beberapa kali lidahnya bertumbukan dengan lidahku yang juga berupaya untuk menjelajahi lorong mulutnya. "Emmh.. mmh.." Perempuan itu mengerang ketika lidahku berhasil melesak masuk mulutnya dan dengan cepat mulai menjelajahi langit-langitnya. Kedua tanganku kini memegang pipinya sehingga aku dapat mengontrol pagutan bibir dan lidahku. Lalu Bi Laha mencengkram tangan kiriku dan membimbingnya ke bawah melalui leher, pundak, terus ke dadanya yang busung. Aku mulai tak percaya dengan respon isteri pamanku itu. Belum genap satu jam yang lalu, perempuan itu masih meronta-ronta menolak remasan dan rabaanku. Tapi sekarang, bibiku tanpa malu-malu membawa tanganku ke dadanya. Kuselipkan tanganku ke balik kebayanya sehingga terpegang bukit daging yang masih dilapisi oleh beha. Lalu, kuselipkan telapak tanganku ke balik behanya yang elastis itu sehingga dengan mudah kukeluarkan buah dada kanan Bi Laha dari cup behanya. "Emmh.." perempuan itu menggelinjang ketika dengan gemas kuremas-remas buah dada montok berwarna putih itu. Remasanku membuat bentuk daging kenyal itu berubah-ubah dari bundar ke lonjong, bundar-lonjong, bundar-lonjong. Lalu, jempol dan telunjukku mulai memilin-milin puting berwarna coklat tua itu. "Yang keras Fi.. yang kerass.. Ahh.." Bi Laha mendesah seraya menyodorkan dadanya sehingga telapak tanganku semakin dipenuhi oleh gumpalan bukit kenyalnya. Dan tubuhnya semakin menggelinjang ketika kuciumi jenjang lehernya yang putih mulus bagai pualam. Desahannya nyaris menjadi jeritan ketika puting yang telah berubah menjadi keras dan panjang itu kupijit dan kutarik. "aahh.. gila, tarik lagi Fi.. tarik lagiiih.. yang keraass... euuhh."<br /><br />("Saat ini puting buah dadaku terasa seperti tombol listrik yang mengalirkan gelombang kenikmatan keseluruh tubuh setiap kali dipelintir oleh tangan pemuda ini. Remasan-remasan di daging buah dadaku menunjukkan kombinasi gelora birahi muda dengan luapan kasih sayang. Sesekali kasar menyakitkan, namun lebih sering lembut menghanyutkan. Malam ini, aku merasa seperti orang yang terbebas dari kamar gelap, pengap dan terkunci. Paru-paruku terasa penuh oleh udara sejuk kebebasan. Baru kali ini aku merasa kedudukanku diatas suamiku. Perasaan itu timbul karena aku berani mengambil keputusan untuk tak mempedulikannya. Kini, aku hanya akan peduli pada diriku sendiri. Dan malam ini, aku hanya akan peduli pada nafsu birahiku.")<br /><br />Bi Laha menghentikan pagutannya di bibirku. Ia menjauhkan tanganku dari buah dadanya, lalu berdiri. Seraya tersenyum dan memandang mataku dengan pandangan penuh birahi, perempuan itu membuka kancing kebayanya satu per satu. Lalu ia membuka kebayanya, menggerakkan pundak, dan seketika itu juga kain kebaya pink itu jatuh ke lantai melingkari telapak kakinya. Jantungku makin berdegup kencang melihat tubuh mulus isteri pamanku yang berdiri setengah telanjang di hadapanku. Dengan sigap, tangannya membuka stagennya, dan tak sampai satu menit, kain jarik itupun terjatuh menimbun kakinya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi. Maka, tubuh sintal itu kini hanya dibalut beha dan celana dalam saja. Mataku tekejap-kejap tak percaya melihat pemandangan di hadapanku. Bi Laha mengenakan beha berbentuk bikini yang hanya menutupi sebagian kecil ujung buah dadanya. Tali pundak dan punggungnya tampak tak lebih dari seutas tali kecil. Celana dalamnya yang berwarna putih juga berbentuk bikini pantai yang hanya menutupi daerah selangkangan dan pantat yang dihubungkan oleh seutas tali melintasi pinggul kiri dan kanannya. Di bagian selangkangan, gumpalan bulu keriting nampak menerawang di balik celana dalam tipis dari bahan nilon itu. Wow.. tak pernah kubayangkan di balik kain kebaya isteri pamanku ini tersembunyi beha dan celana dalam yang desainnya sangat merangsang!!<br />"Kamu suka modelnya Fi?" Bi Laha tersenyum memandang wajahku yang melongo terpesona. Kedua ibu jarinya mengait pada tali BH di depan dada. Pelan-pelan jempolnya menarik tali itu sehingga penutup buah dadanya bergeser ke atas. "Su.. suka sekali bi.." Aku menahan nafas melihat puting coklatnya sedikit demi sedikit terlihat. Tanganku dengan cepat membuka T-Shirt ku. Lalu, kuturunkan ritsluiting celana jeans-ku dan meloloskannya melalui kedua kaki. Tubuh atletisku kini hanya dibalut celana Calvin Klein merah tua. Dan celana itu tak mampu menutupi bola besarku yang diselimuti bulu-bulu keriting yang lebat. Batang penisku yang sudah tegak itu tampak menonjol di celana berbahan elastis itu. Mata Bi Laha berkejap-kejap memandangi bongkahan daging di selangkanganku itu. Lalu dengan gerakan cepat, Bi Laha menyentakkan tali behanya sehingga kedua buah melon montok itu melejit keluar dari cup-nya dan bergayut menantang untuk dijamah.<br /><br />"Kamu tega membiarkan bibi kedinginan Fi..?" Katanya sambil membuang behanya ke sofa. Tak tahan dengan godaan perempuan berusia 35 tahun yang sangat mengundang itu, aku meloncat dari dudukku dan menubruk tubuh sintal telanjang yang cuma ditutupi celana dalam tipis itu. Tanganku memeluk erat pinggangnya dan Bi Laha menyambut dengan pelukan yang tak kalah erat di leherku. Dadaku terasa sesak digencet oleh kedua buah dadanya yang montok. Lalu sambil berdiri, kami saling memagut, menggigit, dan menjilat dengan buas. Jemari lentik perempuan itu membelai-belai rambut belakangku dan meremas punggungku. Tanganku bergerak ke bawah menelusuri punggungnya yang putih bak pualam itu sebelum menyelinap masuk ke dalam celana dalam nilonnya. Lalu dengan penuh nafsu kuremas dengan keras kedua buah pantatnya. "Emmhh.." Bi Laha mengerang keras sambil terus menyedot lidahku. Selama beberapa saat pantat bulat Bi Laha habis kuremas-remas membuat perempuan itu menggeliat-geliat keras sehingga buah dadanya menggesek-gesek dan menggencet dadaku.<br /><br />("Oohh gila remasannya.. belum pernah suamiku menggunakan pantatku sebagai obyek seks-nya.. tapi pemuda ini.. aku betul-betul dibuat gila.. ingin rasanya aku berteriak-teriak liar dan menggeliat-geliat histeris untuk menyemburkan bara gelora yang sudah sedemikian lama terpendam. Dan, tanpa sadar aku sudah melakukannya. Aku mulai menggelat-geliat liar! Ooohh nikmatnya menggesek-gesekkan putingku ke dadanya yang bidang. Nikmatnya menggesek-gesekkan selangkanganku ke bongkahan daging di selangkangannya. Tunggu! Bongkahan itu! Bongkahan itulah yang saat ini amat sangat kurindukan.<br />Laha melepaskan pelukannya dari leher Rafi, lalu menempelkannya di dada bidang pemuda itu.<br />Uuuhh.. Rafi sayang, dadamu begitu kokohnya.. tak heran aku merasa begitu nyaman menyandarkan kepalaku disana. Ayo sayang, sekarang menggeliatlah. . biar kumainkan putingmu dengan jemariku. Yah, mengeranglah. . kamu keenakan kan? Auw!! Jangan cubit pantatku!")<br /><br />"Nakal!" Bi Laha balas mencubit putingku. Aku meringis. "Habis saya nggak tahan waktu bibi memainkan puting saya.. gelii..""Hmm" Bi Laha tersenyum nakal sambil menurunkan kedua tangannya ke arah perutku. "Geli mana dengan ini Fi?" Dengan cepat perempuan itu memasukkan tangannya ke celana dalamku dan, "Oaahh", dalam sekejap penisku sudah berada dalam genggamannya.<br /><br />("Pantas saja benda ini nyaris mengoyak vaginaku. Gila, diameternya! Kurasakan jempolku sampai tak bisa bertemu dengan jemariku yang lain! Dan kekenyalannya. .. ooohh.. sangat menggemaskan. Sangat menggoda untuk.. untuk... dikulum! Oh, haruskah aku menunggu sampai lelaki ini meminta?")<br />Aku merasakan kecanggungan Bi Laha ketika menggenggam penisku. Seakan-akan tengah menimbang-nimbang "Mau diapakan benda ini?" "Dikocok dong Bi..." bisikku memohon. Seketika itu juga tangan Bi Laha mulai bergerak-gerak di dalam celana dalamku. "Iya bi.. iyaahh.. lebih cepat bi.. lebih cepaat." Tampaknya untuk soal kocok mengocok, Bi Laha lumayan berpengalaman. Ia juga tahu tempat sensitif pria di urat sebelah bawah kepala penis. Seraya mengocok naik-turun, jempolnya mempermainkan urat itu membuat mataku terbeliak dan pinggulku berputar-putar. "Enak bi.. aahh.. ennnaak.." Lalu tanganku melepaskan remasan di pantatnya, dan kusentakkan tali celana dalam nilonnya. Maka terlepaslah penutup terakhir tubuh sintal isteri Mang Iyus itu. Dengan sigap kuletakkan jari tengahku di belahan vagina Bi Laha. Kusibakkan hutan lebat keriting itu, lalu jariku mencari-cari tonjolan kecil di bagian atas vaginanya."aahh. .. sss... aahh.. agak keatas Fi.. agak keatas.. iyaah.. Yang ituuu.. yang ituuu.. ouuuh..." Kembali tangan kanan Bi Laha memeluk leherku, sementara tangan kirinya semakin cepat mengocok penisku.<br /><br />("Oh Rafii, kocokanmu begitu nikmat di klitorisku. Auhh, dasar anak nakal! Sempat-sempatnya kau sentil daging itu. Ooohh.. bagaimana kocokanku sayang? Enak? Kalau mendengar erangan dan goyangan pinggulmu, aku yakin kamu menyukainya. Dan lagi, tanganku sudah terasa basah oleh cairan bening yang keluar dari lubang penismu. Ah, kenapa tiba-tiba aku jadi amat menginginkan cairan manimu?")<br /><br />Putaran pinggul Bi Laha semakin liar mengikuti kocokanku pada klitorisnya. Erangan dan desahannya sudah menjadi teriakan-teriakan kecil. Ia sudah tak peduli kalau orang lain akan mendengar. Dengan satu tangan yang masih bebas, kulepaskan celana dalam CK-ku sehingga Bi Laha semakin bebas mengocok penisku. "Fi... kita berdua telanjang bulat Fi.. kita berdua, bibi dan keponakan, telanjang bulat di ruang tamu.." Desahnya sambil memejamkan mata dan tersenyum manja. Lalu kuhentikan kocokanku, dan kuletakkan ujung jari tengah dan telunjuk di pintu vaginanya. Pelan-pelan kudesakkan kedua jariku ke dalam liang yang sudah teramat basah itu.<br />"Eeehh..." Isteri pamanku itu mengerang lalu menggigit pundakku dengan gemas, kerika kuputar-putar jemariku seraya mendesakkannya lebih kedalam. Lalu mendadak kuhentikan gerak jemariku itu dan berkata,<br />"Bi.. bibi yakin mau melakukan ini?"<br />"Ohh ke.. kenapa kamu tanya itu yang..? sss..." tanyanya dengan pandangan sayu seraya mendesis dan menyorong-nyorongka n selangkangannya dengan harapan jemariku melesak semakin dalam.<br />"Emm, ingat omongan bibi sebelum ini? Bibi bilang ini kesalahan terbesar?"<br />"Kamu tahu maksud bibi mengatakan itu?" Aku menggeleng. Perlahan, senyum nakal mengembang di bibir perempuan itu. "Adalah kesalahan besar kalau bibi menolak penismu yang... aahh..." Kutusukkan kedua jariku sehingga melesak masuk ke dalam vagina basah itu sehingga pemiliknya menjerit walau belum habis berkata-kata. Mata Bi Laha membelalak, mulutnya menganga seakan sedang mengalami keterkejutan yang amat sangat. Rasakan! Senyumku dalam hati. Inilah upah berpura-pura. Bi Laha, Bi laha. Aku tahu bibi menginginkan ini sejak perjumpaan pertama. Aku tahu penolakan-penolakan mu itu tak sepenuh hati.<br /><br />("Ouuuhh.. ini gilaa.. Ini gilaa..! vaginaku ditusuk oleh jari-jari lelaki! Suatu perbuatan yang selama ini cuma ada di perbincangan ibu-ibu arisan. Itupun diucapkan dengan nada heran bercampur tak percaya. Namun sekarang aku mengalaminya! Dan aku tak merasa heran. Malah merasa biasa. Yang ada cuma kegelian dan kegatalan yang semakin terasa berputar-putar di vaginaku. Ohh, apakah aku akan orgasme? Secepat itukah? Hmh, kalau saja suamiku tahu apa yang kualami hari ini. Ia akan sadar bahwa apa yang diberikannya selama 15 tahun itu tak ada apa-apanya!" )<br /><br />Pelan-pelan kugerakkan jemariku keluar masuk vagina Bi Laha. Gerakan itu semakin lama semakin cepat. Dan ruangan itu kembali dipenuhi oleh jeritan-jeritan Bi Laha yang semakin menggila bercampur dengan kecipak vaginanya yang sudah banjir tak keruan. Sambil terus menusuk-nusukkan jemariku di selangkangannya, pelan-pelan kubaringkan tubuh isteri pamanku itu di atas sofa. Bi Laha merebahkan tubuhnya seraya membuka selangkangannya. Tusukan dan putaran jemari di vagina perempuan itu semakin kupercepat. Pinggulnya kini bergerak naik turun seakan tengah mengimbangi tusukan-tusukan penis lelaki. Aku mencium pangkal lengan mulusnya yang membentang ke atas mencengkram pegangan sofa. Lalu bibirku menelusuri lengan itu ke arah ketiaknya. Sambil mengecup dan sesekali menggigit, bibirku akhirnya sampai pada ketiaknya yang disuburi oleh rambut lebat. Harum ketiaknya membuat penisku semakin berdenyut di tengah kocokan tangan Bi Laha. Lalu bibirku mengecup dan menarik-narik rambut ketiaknya dengan buas, "Haahh.. haahh.. Fiii.. geliii..." Perempuan itu mendadak menjerit liar. Ah, rupanya ketiak merupakan salah satu 'titik lemah' yang dapat memicu keliaran dan kebinalan birahinya.<br /><br />Kriiing... telepon sialan! Kalau itu pamanku, ia benar-benar laki-laki yang menyebalkan! Makiku dalam hati.<br /><br />Bi Laha menggeser pinggulnya berusaha meraih gagang telepon. Pinggulnya terus bergerak-gerak mengisyaratkanku untuk terus mengocok dan menusuk vaginanya dengan jariku.<br />"Haloo.. Haloo.." Bi Laha sama sekali tak berusaha menyembunyikan nafasnya yang tersengal-sengal. Gila, nekat sekali dia. "Haloo..." Ia mulai meninggikan suaranya. Setelah beberapa saat tak mendengar jawaban, Bi Laha menggeletakkan begitu saja gagang telepon di atas sofa.<br />"Siapa itu bi? Mang Iyus?"<br />"Tauk, nggak ada suaranya.." katanya seraya memeluk leherku dan mencium bibirku dengan kekangenan yang luar biasa.<br />"Fiii.." Desahnya manja, "Bibi mau.., masukin penismu sekarang dong... please..." Wah hebat. Bibiku ini sudah menggunakan terminologi Inggris! Please, katanya.<br />"Sabar sebentar ya bii.." ujarku tersenyum sambil mengeluarkan jemariku dari vaginanya. Lalu menggeser tubuh sintal Bi Laha sehingga terduduk bersandar di sofa. Kakinya menggelosor ke lantai dengan sedikit mengangkang.<br />"Mau diapain yang...?"<br />"Sshh.. nikmatin saja bi.." Aku mulai menciumi dan menyedot kedua buah dada montoknya. Lalu pelan-pelan bibirku mulai menyusuri perutnya yang semulus marmer itu ke arah selangkangan. Menyadari arah bibirku, perempuan itu mengepitkan kedua pahanya dan menahan kepalaku.<br />"Fi.. jangan Fi... jangan ke situ.. bibi Risih.."<br />"Hmm.. kenapa risih bi..? Kan penis dan tangan saya sudah pernah masuk ke vagina bibi?"<br />"Dasar bandel.., bibi risih.. soalnya kalau kamu cium disitu.. kamu akan lihat semuanya.. bibi.. bibi malu.."<br /><br />{{Jantung Nuke nyaris terlompat dari dadanya mendengar percakapan yang baru saja didengarnya. Ia masih memegang gagang telepon di rumahnya. Baru saja ia memberanikan diri untuk menelepon isteri tua suaminya untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Sebagai isteri muda, ia merasa tak nikmat menjadi penyebab pertengkaran suaminya dengan perempuan itu. Namun, entah mengapa, ketika isteri pertama suaminya itu menjawab teleponnya dengan nafas tersengal, Nuke merasa keberaniannya hilang. Ia juga merasa ada sesuatu yang luar biasa tengah terjadi pada perempuan itu. Dan Rafi, keponakan suaminya yang sedang berlibur itu, ternyata sudah pernah menyetubuhi Laha. Juga, anak muda itu pernah memasukkan jarinya ke dalam anu-nya Laha! Oh, haruskah ia menceritakan ini pada suaminya? Pantaskah ia menguping perbuatan mereka? Pelan-pelan, Nuke kembali mendekatkan gagang telepon itu ke telinganya. "Ngga apa-apa bi.. ngga usah malu.. vagina perempuan kan sama dimana-mana? " Terdengar suara lelaki itu berusaha menenangkan Laha. Oh, akankah keponakan suaminya itu berhasil mencium anu bibinya sendiri? Tanpa sadar, Nuke menggigit bibir dengan perasaan tegang."Fii! Please.. ganti kata-kata penis dan vagina itu! Bibi risih mendengarnya. ." Terdengar lelaki itu tertawa. "Oke.. gimana kalau penis dan vagina? Sound better?" Lalu terdengar suara orang berciuman. Nuke menelan ludah, dan menyilangkan kedua pahanya. Lama tak terdengar suara apa-apa. Oh, apa yang sedang mereka lakukan? Tiba-tiba Nuke terperanjat oleh jeritan Laha.<br />"Fiii.. jangaann.. pleaasee.. bibi maluuu.." Terdengar suaranya seperti orang hendak menangis. "aa Fii, jangan dipaksa dong... oh.. ooohh.. oohh..." Lalu yang ada di telinga Nuke adalah rintihan dan erangan Laha penuh kenikmatan. Gila pemuda itu. Kelihatannya ia berhasil mencium dan menjilat anu-nya Laha. Oh, seperti apakah rasanya? Pasti luar biasa, karena suara perempuan itu tak melawan lagi dan cuma melolong-lolong keenakan.<br />"Ooohh.. Fiii.. nikmat bangeeet... Yah.. yah.. iyaahh... sedot daging yang atas sayang.. yah itu.. itu.. aahh.. sedot terus Fiii... sedot terruuusss.. ." Nuke mulai menggesek-gesekkan kedua pahanya. Ada perasaan geli dan gatal mengalir ke selangkangannya. Tiba-tiba ia terperanjat ketika mendengar suara Mang Iyus tepat dibelakangnya.<br />"Gimana Nuk? Sudah bicara dengan Laha?" Nuke menutupi bulatan tempat bicara pada gagang telepon, takut suara suaminya terdengar oleh pasangan yang tengah asyik masyuk di ujung sana.<br />"mm belum, teleponnya masih bicara", katanya berbohong. Tampak suaminya menghela nafas. Nuke merasa kasihan melihat wajah suaminya itu. Lelaki malang, ia tak tahu isteri pertamanya kini tengah asyik bergumul dengan keponakannya sendiri.<br />"Kalau begitu, ayo kita antar ibu ke dokter.""Emm, Kang Iyus saja deh yang nganter. Nuke mau coba telepon teh Laha dulu, nggak enak rasanya." Suaminya hanya mengangkat bahu dan berlalu. Setelah mobil suaminya melesat keluar, Nuke buru-buru mengganti kebayanya dengan daster, tanpa beha, tanpa celana dalam. Lalu dengan segera meletakkan gagang telepon itu kembali di telinganya.} }<br /><br />Bi Laha mengangkat kedua paha dan menyandarkannya di pundakku. Lidahku dengan rakus menjilat daging merah yang terletak di antara dua bibir vaginanya. Kedua bibir itu sudah terbuka lebar dikuak oleh kedua tanganku. Rasa asin dilidahku makin merangsang birahiku. Sesekali aku memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina itu dikombinasikan dengan sedotan-sedotanku pada vagina Bi Laha. Perempuan itu menghentakkan pinggulnya sambil menjilati bibirnya sendiri. Tangannya menekan kepalaku dengan keras di selangkangannya.<br /><br />{{Erangan dan rintihan Laha, membuat selangkangan Nuke semakin dipenuhi oleh rasa geli dan gatal. Brengsek. Kenapa aku jadi penasaran dengan permainan mereka? Bagaimana akhirnya? Hmm seperti apakah lelaki bernama Rafi itu?<br />"Ohh Fii.. lidah kamu seperti penis.. nikmat banget keluar-masuk seperti itu.. bibi rasanya sudah nggak tahan.. tolong masukin penis raksasamu sekarang dong Fiii.. please..." Penis raksasa? Gila juga isteri tua suamiku itu, kata Nuke dalam hati. Kok dia nggak malu minta-minta dimasukin seperti itu ya? Sial, aku malah jadi penasaran. Seperti apa sih si Rafi itu? Dan, mm, sebesar apa sih penisnya?<br />"Fii.. ayo dong.. bibi hampir keluar nihh.. hentikan sedotanmu sayang.. ayoo.." Huh, nafsu perempuan itu ternyata besar juga. Pantas dia tak tahan oleh godaan keponakannya sendiri. Apalagi anu-suaminya sedang ada masalah. Oh, tak terasa sudah hampir 6 bulan saat terakhir aku merasakan sentuhan Kang Iyus. Tiba-tiba perempuan itu merasa iri pada Laha. Bagaimanapun, isteri tua suaminya itu berani mengambil keputusan! Nuke mengakui. Tiba-tiba terdengar suara gemerisik di sambungan telepon itu. "Aduh, telepon sialan, ngganggu saja!" Terdengar makian Laha begitu jelas di telepon. Oh, rupanya perempuan itu kini terbaring dan kepalanya menindih gagang telepon yang masih tergeletak di sofa. Nuke berharap cemas semoga telepon itu tidak diputus. Lalu terdengar suara kecupan dan erangan. Oh mereka mulai lagi berciuman dengan bernafsu. Syukur mereka tetap tak peduli dengan teleponnya. Aku bisa membayangkan seorang pemuda tengah merayap di atas tubuh Laha, lalu perempuan itu membuka lebar-lebar pahanya, lalu lelaki itu menempelkan penisnya di pintu vagina isteri tua suamiku itu, lalu mendorong pelan-pelan pinggulnya. " Yah Fii.. Yah... pelan-pelan Fii.. ouhh besarnyaa.." Laha mulai merintih-rintih. Nuke menggesek-gesekkan pahanya. Berkali-kali ia menelan ludah. Jantungnya berdegup cepat. Oh, lelaki itu mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Laha! Tangan isteri muda itu menyelip ke dalam selangkangannya. Ada kelembaban yang hangat terasa di sana.<br />"Uhh.. Fii stop dulu sayang.. ssakiiit... hh.. hh.. hh.." Nuke sempat bergidik mendengar rintihan Laha. Seberapa besar punya-mu Rafi? Oh, kenapa aku jadi tak sabar ingin bertemu dengan pemuda itu? Nuke, jangan gila! Kau kan tidak berharap pemuda itu melakukan apa yang diperbuatnya pada Laha kepadamu? Nuke tidak tahu jawabnya. Andaikan ia tahu pun ia tak mau menjawabnya. Suara nafas Laha jelas sekali di telepon. Kentara sekali ia tengah menenangkan dirinya menahan sakit dan nikmat karena dimasuki penis keponakannya yang besar itu.<br />"Yang.. bibi sudah siap.. ayo.. masukkan semuanya.. yahh.. iyyaahh.." Oh, gila, gila.. penis besar itu pasti sudah masuk semua! Oh, terbayang nikmatnya. Terbayang rasa kesemutan dan pegal itu. Nuke teringat kala pertama kali suaminya merenggut keperawanannya. sss.. Ohh.. Isteri muda itu mulai menekan-nekan vaginanya dari luar daster. Lalu mulailah terdengar suara kecupan, suara erangan pasangan kasmaran itu yang seirama dengan bunyi sofa berderit-derit.<br /><br />" Ahh.. terus Fi.. teruuus.. lebih cepat.. Lebih cepaat.." Jerit Laha. Dan suara derit pun terdengar lebih cepat. Oh, bisa kubayangkan pinggul lelaki itu naik-turun dengan cepat. Juga bisa kubayangkan suara vagina Laha berkecipak dihunjam dengan keras oleh benda besar milik keponakan suamiku itu.<br />"Yahh.. sedot yang keras Fi.. sedot yang keraas.. gigit puting bibi sayang.. gigit puting bibiii." Oh, tiba-tiba Nuke mengeluh, bisakah aku seberuntung perempuan itu?}}<br /><br />Leherku terasa hampir patah dipeluk oleh Bi Laha. Ia memintaku untuk menyedot buah dadanya sekuatku, menjilat putingnya secepatku, dan memompakan pinggulku sekerasnya. Tak kalah dengan tangannya, kedua kakinya merangkul erat pinggangku. Hentakan pinggulku membuat buah dada isteri pamanku itu berguncang-guncang keras. Mulutnya yang seksi terus menganga menghamburkan jeritan-jeritan birahi. Kaki indahnya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi hitam itu, kini terangkat di udara seakan menyambut tusukan-tusukan penisku. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh membuat kulit kami terlihat mengkilat dan licin bila digesekkan satu sama lain. Otot tubuh Bi Laha tiba-tiba menegang. Oh, apakah ia akan mencapai puncaknya? Padahal aku belum apa-apa. Aku masih ingin lebih lama menikmati pergumulan ini.<br /><br />{{Nafas Nuke mulai memburu. Jantungnya berpacu dengan gesekan tangan di selangkangannya. aah, permainan panas Laha dengan anak muda itu benar-benar membuat vaginaku becek gila-gilaan. Beruntung rumah ini kosong, pikir perempuan berusia 20 tahun itu seraya menyingsingkan dasternya sehingga vagina polos tak berbulu itu langsung menyentuh bantalan kursi. Sejak remaja ia telah mencukur habis bulu kemaluannya. Terasa lebih bersih, demikian alasannya. Lalu dengan cepat ditempelkannya jari tengah pada tonjolan daging di ujung atas bibir vaginanya. Kini, jantung Nuke berpacu dengan kocokan jari di klitorisnya. Ia mendesah, mendesis, seraya memegang gagang telepon itu dengan kuping dan pundaknya. Tangannya yang satu tengah membuka kancing dasternya dan menyelinap cepat mencari buah dada berukuran 34 itu. Ohh, nikmatnya sentuhan-sentuhan di buah dada, puting dan vaginaku. Pasti lebih nikmat lagi kalau tangan keponakan suamiku itu yang melakukannya. Ahh, sss, pemuda brengsek. Kenapa kau tidak menginap disini?"Fii. . kamu.. hh.. sudah mau keluar... hh.. sayang..?" Suara Laha terdengar serak dan terputus-putus. Nuke mempercepat putaran dan pelintiran di klitorisnya. Mulutnya menganga, rintihannya mulai terdengar keras. Tiba-tiba ia merasa seakan-akan vaginanya dipenuhi oleh penis keponakan suaminya itu, yang memompa dengan keras. aahh. "Belum Fii..? Kamu belum mau keluar? Ooohh bibi sudah nggak tahan sayang.. bibi mau keluar.. nggak apa-apa ya bibi duluan.." Nuke mempercepat putarannya. Tangan satunya kini memilin dan menarik-narik putingnya dengan keras. Ia seakan bisa merasakan pompaan penis pemuda itu pada vagina Laha semakin cepat dan semakin cepat.. dinding vaginanya mulai berdenyut cepat, nafasnya semakin cepat.}}<br />Pinggulku menghentak semakin cepat dan cepat. Tubuh Bi Laha terguncang kesana kemari, dan gelinjangnya tampak sudah tak karuan. Tiba-tiba pahanya menjepit keras, dan pinggulnya yang sedari tadi berputar-putar liar itu diangkat tinggi-tinggi dan.., "Oooh... bibi keluar.. bibi keluaarrr... nggg..." Terdengar suara Bi Laha merengek panjang. Tangannya menjambak rambutku dan serta mencakar pundakku. Matanya membelalak dan mulutnya meringis. Otot wajahnya tegang seperti orang yang tengah melahirkan. Ketika itu juga penisku terasa hangat disemprot oleh cairan orgasme Bi Laha. Dan dinding vaginanya seperti menyempit meremas-remas penisku.<br /><br />{{aahh, Rafiii... aahh aku.. aku juga keluaarrr... Nuke menghempaskan tubuhnya ke tembok. Gagang teleponnya terjatuh ke lantai.}}<br /><br />Suara apa itu? Seperti keluar dari gagang telepon yang tergeletak di sisi kepala Bi Laha yang kini terbaring lemas, seperti orang yang kehilangan tulang-belulang. Ah, mungkin cuma imajinasiku saja. Aku menghentikan aktifitasku, dan menikmati keindahan wajah isteri pamanku yang sedang mengalami orgasmenya. Pipi ranum perempuan itu kini tampak memerah, buah dadanya mulai naik turun dengan irama teratur. Pelan-pelan wajah cantik itu membuka matanya, lalu dengan lembut ia mencium keningku dan dengan penuh kasih sayang memelukku erat.<br />"Terima kasih sayang, terima kasih." Bi Laha memandangku dengan mata berbinar. "Kamu sudah menghilangkan dahaga bibi selama ini.." "Sama-sama bi..., bibi juga merupakan perempuan diatas 30 yang tercantik dan terseksi yang pernah saya lihat. Ini kali pertama saya tidur dengan wanita seusia bibi. Dan..." Aku mencium bibirnya lembut. "Tingkah dan tubuh bibi nggak beda dengan perawan." Perempuan itu tergelak, lalu mencubit pinggangku. "Dasar perayu, ayo kasih bibi satu menit untuk membersihkan diri, lalu giliran kamu bibi puaskan." Ia mencabut penisku yang masih tegang dari vaginanya, lalu membimbingku ke kamar mandi. "Punyamu itu benar-benar mengerikan lho Fi.." Komentarnya ketika menyiramkan air dingin di tubuh kami berdua.<br /><br />Air dingin itu mendadak seakan memberi tenaga baru bagi kita berdua. Kesegarannya terasa mengalir dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah mengeringkan tubuh, perempuan itu menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Penisku yang sempat layu, kembali menegang menempel di perut mulusnya. "Hmm.." Ia bergumam kagum. "Si besar-mu itu sudah siap rupanya?" Aku mengangguk. "Kamu mau main di mana Fi? Di kamar bibi..?" Aku menggeleng "Ngga bi.., ini kamar Mang Iyus, saya nggak mau, bau kamar ini mengingatkan saya kalau bibi isteri paman saya dan itu membuat saya cemburu.." Bi Laha tersenyum bahagia mendengar kata-kataku itu, mukanya berbinar-binar persis seperti remaja yang sedang kasmaran. Ia pun mulai menggesek-gesekkan perutnya ke penisku membuat cairan bening itu keluar lagi membasahi pusar. "Kalau begitu kita main di sofa lagi ya..?" Tanpa menunggu jawaban, ia membimbingku menuju sofa. Gagang telepon itu masih tergeletak di sana. Sambil duduk, aku meraih gagang itu untuk kuletakkan kembali di tempatnya, namun Bi Laha mencegah. "Jangan. Biarkan disitu. Bibi ngga mau diganggu oleh telepon dari pamanmu. Malam ini, kamulah suami bibi dan seorang isteri yang baik akan melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya... ya nggak yang..?"<br /><br />{{Benar firasatku. Mereka akan memulai lagi permainan panasnya! Tapi tak kusangka Laha sedemikian marahnya pada suamiku, ehm, suami kami. Seperti kemarahan yang terakumulasi lalu meletus dengan dahsyatnya. Oh kedengarannya mereka sudah mulai. Laha mulai mengerang dan merintih, wah sedang diapakan dia?? Hmh.. betapa beruntungnya kau Laha.. Semoga aku sempat mencicipi pemuda itu sebelum pulang ke Bandung!! Nuke melihat jam di dinding, sudah 20 menit sejak suaminya pergi ke dokter. Ahh, mudah-mudahan antreannya panjang. Lampu di kamar tengah itu padam. Nuke terbaring di atas kasur busa sambil menempelkan gagang telepon erat-erat di kupingnya. Tubuhnya telanjang bulat.}}<br /><br />Sehabis menggosok-gosokkan jemariku di lipatan vaginanya, dengan gemas kuraih tubuh telanjang isteri pamanku itu dan kududukkan di pangkuanku dengan posisi saling berhadapan. Kakinya yang mulus itu mengangkang sehingga bagian bawah penisku menempel tepat di belahan vaginanya. Dadanya yang busung tepat berada di depan mulutku. Dengan segera kubenamkan mulutku di belahan buah dadanya. "Emm.. ", Bi Laha menggelinjang genit "Kamu suka sekali sama susu Bibi ya..?" Sambil mulai menyedot putingnya aku mengangguk. Bi Laha mulai bergumam seperti orang terserang demam sambil memeluk leherku. Pantatnya digerakkannya maju mundur sehingga vaginanya menggesek-gesek batang penisku. Tak sampai 3 menit bergumul, Bi Laha sudah terangsang kembali. Kasihan Bibiku ini. Begitu lamanya ia menahan dahaga sehingga akibatnya, cepat sekali perempuan itu terangsang. "Ooohh Fiii.. bibi ngga tahan... " Tiba-tiba dengan cepat tangannya menangkap penisku, ia mengangkat pantatnya sedikit lalu menyelipkan kepala penisku di bibir vaginanya. Pelan-pelan, ia menurunkan pantatnya sehingga batang besar itu melesak ke dalam vaginanya yang, my god, sudah basah itu. "Aah.. sss... aahh.." Bi Laha mulai mendesis-desis merasakan kenikmatan di dinding vaginanya. Hmm, agak terlalu cepat prosesnya, pikirku. Lalu kuhentikan gerak pantat perempuan itu sehingga penis yang baru masuk seperempatnya itu tertahan di dalam. "Ohh... kok ditahan 'yang..?" Bi Laha bertanya dengan nada kecewa. "Nggak, saya ingin cara lain bi.. bibi ngga keberatan kan..?". Tiba-tiba perempuan itu tersenyum malu dan melepaskan penisku dari jepitan vaginanya. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas tubuhku sambil memelukku mesra. "Maaf 'yang, bibi lupa sasma kamu. Bibi memang egois. Bibi cuma memikirkan bagaimana untuk secepatnya orgasme lagi.. Maklum, anak perawan.." Kami berdua tergelak. Bi Laha, Bi Laha.. sayang kau isteri orang.<br />"Oke, kamu mau bibi ngapain supaya puas..."<br />"Coba bibi berlutut di depan saya.." Bi Laha tersenyum dan berlutut tepat diantara dua pahaku. Penisku kini tepat berada di dadanya yang montok.<br />"Terus.. ngapain..?" Katanya polos.<br />"Tutup mata bibi dan buka mulut.. saya ingin mencium bibir bibi sambil berlutut.."<br />"Uuuhh.. macem-macem. . " Ujarnya manja, sambil menutup mata dan membuka mulutnya.<br />"Mulutnya kurang lebar bi.. saya ingin menjilat lidah bibi.."<br /><br />{{Apa yang kau inginkan Rafi..? Jangan-jangan ia ingin agar Laha memasukkan.. .}}"mm! mm!" Bi Laha menjerit-jerit kaget ketika kumasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ia terbelalak melihat batang besar itu bergerak keluar masuk rongga mulutnya. Tampak ia agak jijik dan risih sehingga beberapa kali tampak hendak meludahkan penis itu keluar. Namun, tanganku dengan kokoh menahan kepalanya untuk memaksa mencicipinya.<br />"Maaf bi, saya paling suka kalau penis saya dikulum. Saya takut kalau minta, bibi malah nggak mau. Nah, terpaksa saya agak maksa. Tapi rasanya nikmat kan ?"<br />"Mmmm...!" Bi Laha menggumam keras sambil memperlihatkan ekspresi berpura-pura marah. Tapi, ia mulai menggerakkan kepalanya naik-turun tanpa paksaan. Nafasnya juga ikut memburu. Rupanya dengan mengulum penisku ia semakin terangsang birahinya.<br />"Yaahh.. begitu Bi.. tapi giginya jangan kena batang saya dong Bi.. sakiit.. Naahh begitu.. aouhh.. aahh.."<br /><br />{{Nuke memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut, lalu mengulumnya. Oh Rafiii, kau benar laki-laki penuh fantasi. Benar dugaanku, kau memang menginginkan penismu dikulum dan dihisap. Oooh nasib, kenapa Bi Laha selalu yang ditakdirkan untuk mendapat sesuatu pertama kali? Perempuan itu kemudian meremas buah dadanya dengan keras. Telunjuknya serasa berubah menjadi penis besar milik keponakan suaminya itu, walaupun ia tak pernah melihat bentuk aslinya. Tiba-tiba ia merasa batinnya seakan mengucapkan sumpah, "Aku harus mendapatkan pemuda itu, apapun resikonya!"} }<br /><br />"Bii.. sekarang sambil masuk keluar, lidah bibi digoyang dong.. supaya kena urat sebelah bawah yang deket kepala.. yaahh.. yaah.. gituuu.. addouww.. Bii.. ennakk.. aahh.." Aku mulai menggelinjang- gelinjang. Tubuhku kini bersandar dengan santai di sofa dan hanya pinggulku yang bergoyang-goyang mengikuti irama keluar-masuk mulut isteri pamanku itu. Bi Laha memang orang yang cepat belajar. Terbukti tanpa petunjuk, ia mulai mengembangkan sendiri teknik-teknik oral seks. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini, Bi Laha tengah menyedot sambil sesekali menggigit urat sensitif di bawah kepala penisku. Lalu, ia juga mengecup dan mencubit-cubit dengan bibirku batang penisku dari arah kepala sampai kedua bola di pangkalnya. Dan yang gila, ia kini bisa mengkombinasikan antara kuluman dan kocokan tangan. Penisku digenggamnya di bagian atas lalu diturunkannya ke pangkal batang. Ketika bagian kepala penisku keluar dari ujung genggamannya, mulutnya langsung menyambut untuk dikulum. Demikian seterusnya. Aku hanya bisa berkata "Biii.. bibiii... ennnaakkk.. aahh.." seraya membelai-belai punggungnya yang putih mulus itu. Kadang-kadang belaianku itu mendekati belahan pantatnya, yang sesekali kuremas gemas.<br /><br />{{Hebat kau Laha, aku iri padamu. Kau bisa membuat pemuda itu mengerang keenakan dengan sedotan dan hisapanmu. Itu berarti, kau ahli memuaskan lelaki.}}<br /><br />Aku mencabut penisku dari mulutnya lalu mengecup bibirnya mesra. "Terima kasih Bi..., Bibi memang baik sekali..." "Tapi, kamu kan belum keluar 'yang..?" "Hehe.. nanti juga keluar sendiri.. bi.. pinjam susunya dong.." Aku meletakkan penis besarku di belahan buah dada bibiku yang montok itu. Seakan sudah berpengalaman, perempuan itu menjepit penisku dengan buah dada kiri kanannya, lalu pelan-pelan mulai bergerak naik turun. "Oaah... Oaahh.. Biii.. Bibiii jepitan susunya nikmat bangeeett.. penis saya rasanya diremes-remes. . aahh...".<br /><br />{{Nuke mengangkat kedua pahanya sehingga dengkulnya nyaris menyentuh buah dadanya, lalu ia memasukkan jari tengahnya ke dalam liang vaginanya. aahh, aku tak tahan lagi mendengar permainan mereka. Aku ingin cepat-cepat orgasme lagi. Dan perempuan itu mulai memutar-mutarkan jarinya di liang lembab itu. Rafi, Laha, kalian memang gila. Belum pernah aku mendengar kisah persetubuhan sepanas kalian. Apalagi yang sedang kalian lakukan sekarang. Menjepit penis dengan kedua buah dada? Lalu, si lelaki menggerakkan penisnya maju mundur? Ohh benar-benar sensasional! Tiba-tiba didengarnya suara pemuda itu berkata, "Bii.. saya ngga tahan lagi.. bibi benar-benar merangsang birahi saya.. Coba sekarang bibi berdiri menungging. Pegang dudukan sofa ini.."<br />"Begini Fi..?"<br />"Yak... betul. Kakinya dibuka agak lebar.. yak. Fuuuhh.. Pantat bibi seksi sekaliii.." Terdengar suara pemuda itu seperti memuja sesuatu. "Kalau bibi goyang seperti ini, kamu suka?" Laha mulai menggoda dengan nada senang. Tentu saja senang. Siapa yang tak senang dipuji? Tanpa sadar Nuke berkata ketus dalam hati.<br />"'Yang.. kamu mau masukin dari belakang?"<br />"Yak.. ini satu lagi kesukaan saya.. bibi pernah melakukannya? "<br />"Boro-borooo. ." Nuke tersenyum masam mendengar jawaban Laha. Perempuan itu benar. Kang Iyus adalah lelaki tanpa fantasi. Baginya seks adalah suatu kewajiban. Bukan alat untuk mencapai kenikmatan. Nuke pun mulai bisa mengerti mengapa isteri tua suaminya itu nekad berselingkuh dengan keponakannya sendiri. Tiba-tiba terdengat suara Laha merintih-rintih. "Sakit bi...?" Oh, pemuda itu mulai memasukkan penisnya dari belakang! Ow, pasti nikmat sekali..!}}<br /><br />"Sedikit.. sss... pelan-pelan ya yang..?" Bi Laha mencengkeram kain dudukan sofa itu seraya menggigit bibir. Rupanya ia merasa sakit menerima peneterasi dari arah belakang untuk pertama kalinya. Baru separuh penisku memasuki vaginanya. Aku membelai pantat yang sedang menungging itu, terus ke arah punggung, lalu ke bawah menyambut buah dadanya yang bergelantungan. Kepalanya menengok kebelakang ingin melihat bagaimana penis besarku memasuki vaginanya.<br />"Coba dorong lagi Fi.. sedikit-sedikit ya..?" Aku mengangguk dan mendesakkan penisku semakin dalam. "Yaahh.. iyyyaahh.. RAFiii... auh.. panjang sekali punyamu yang..." Perempuan itu menjerit ketika seluruh penisku amblas tertanam dalam vaginanya yang becek itu. Lalu mulailah aku menikmati posisi kesukaanku itu. Kuhentakkan keras-keras pinggulku ke pantat Bi Laha. Setiap hentakan menyebabkan pantatnya bergetar dan buah dadanya berayun keras. Setiap hentakan itu juga menyebabkan mulut seksi perempuan berusia 30-an itu menjerit dan meringis. Lalu tempelkan perut dan dadaku di punggung mulusnya. Tangan kananku mulai meremas-remas kedua buah dadanya serta memilin putingnya, sedang tangan kiriku mengocok tonjolan daging di pangkal vagina yang dipenuhi oleh bulu-bulu keriting itu. "aahh.. aahh.. nikmat sekali yang... posisi ini ennnaakk..." Hampir 5 menit kami bergumul dalam posisi menungging. Tiba-tiba kurasakan desiran itu bergerak cepat dari ujung kepala, turun ke dada, melewati perut, dan terus ke selangkangan. .. Otot-ototku mulai menegang.<br />"Biii.. bibi... Saya mau keluar biii.."<br />"Ya sayang.. ayo sayang.. bibi juga mau keluar.. bibi juga mauuu.."<br /><br />{{Ooohh Rafiii, aku jugaa... Nuke mempercepat tusukan jari tengah di vaginanya. Terdengar suara mobil suaminya memasuki halaman. Nuke tak peduli.}}<br /><br />Aku mendekatkan kepalaku ke kepalanya, Bi Laha menengok dan menyambut ciumanku dari belakang. Kami saling memagut sambil terus merasakan gesekan-gesekan di kelamin kami yang semakin cepat, kocokanku di klitorisnya yang semakin liar, remasanku di buah dadanya yang semakin keras, ciuman kami yang semakin buas diiringi "mmhh... mmhh.." yang semakin keras dan sering. Tiba-tiba otot-otot tubuh kami menegang, lalu semakin menegang, semakin menegang, lalu...<br />"Bibiii saya keluaar... aahh..."<br />"Bibi juga sayang, bibi jugaa... nnggg..."<br /><br />{{Tubuh Nuke meregang, lalu ia menusukkan jemarinya dalam-dalam. Dan.. aaouuuhh... aku orgasme.. aku orgasmeee! Gila! Untuk kedua kalinya! Terdengar suara pintu mobil dibuka. Nuke melompat, menutup telepon, membawa kasur busa dan menghilang ke balik kamar tidurnya.}}<br /><br />Malam itu, atas permintaannya aku menyetubuhi bibiku sekali lagi di atas meja makan. Untuk membalas hutang tadi siang, begitu alasannya dengan nada gurau. Sesudah itu kamipun tidur berpelukan dengan mesra di kamarku sambil bertelanjang bulat. Sebelum tidur kami mengucapkan beberapa kata cinta dan berciuman lamaa sekali.<br /><br />Demikian <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita panas</a> ku, semoga berkenan dan menghibur.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-69780735715066850772011-02-22T17:47:00.000-08:002011-02-22T17:52:35.721-08:00Sinta Suster Binal<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://photos-p.friendster.com/photos/67/03/3253076/590871837l.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 342px; height: 456px;" src="http://photos-p.friendster.com/photos/67/03/3253076/590871837l.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;">Cerita Panas</span> - Shinta adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Sumatera. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Shinta melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir. Orang tua Shinta sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Shinta ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.<br /><br />Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Shinta adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, ditambah kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain itu Shinta akan menikah dengan Rudi tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Shinta dan Rudi telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui hubungan mereka.<br /><br /><br />Shinta adalah seorang gadis yang masih berumur 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tdk heran ia dalam waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya. Selain itu ia berparas cantik, memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada Rudi yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di pertunangkan dengan nya.Rudi adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Shinta. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.<br /><br />Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Shinta dengan diantar ayahnya dan Rudi didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 mhari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Shinta di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Shinta resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Rudi pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti Shinta untuk berhati-hati.<br /><br /><br />Hari pertama ia bertugas Shinta dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Shinta menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Tanba. Pak Tanba amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Shinta untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan Shinta saat Shinta ingin ke desa sebelah. Bagi Shinta keberadaan Pak Tanba ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.<br /><br />Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Shinta telah membuat paka Tanba menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Shinta yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Tanba. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Shinta merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Tanba.<br /><br />Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Tanba mempercepat kendaraannya , secara otomatis Shinta memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Tanba dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Shinta dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman Shinta yang merupakan juga rumah milik pak Tanba. Sesampai didalam rumah, Shinta masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak tanba ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu.<br /><br />Saat Shinta berganti pakaian tadi pak Tanba mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Shinta seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan.<br />"Wah, hujannya deras sekali pak." kata Shinta,<br />"Bagaimana jika nginap disini saja pak."<br />"Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang..." terang pak Tanba.<br />"Baiklah pak..." jawab Shinta.<br />Lalu Shinta kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Tanba.<br />"Pak, ini kopinya ..".<br />"Wah kopi... bisa begadang saya malam ini buk."<br />"O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hanagat?" jawab Shinta.<br />"Ohh... nggak usah buk.. ini juga nggak apa." timpal pak Taba, sambil memandang kearah Shinta.<br /><br /><br />Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Tanba terpaksa nginap di rumah itu. Shinta terus menemani paka Tanba ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Tanba mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada Shinta. Shinta tak enak hati jika ia meninggalkan pak Tanba sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya. Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan televisi. Melihat Shinta yang mulai ngantuk itu lalu pak Tanba menyuruh Shinta tidur duluan.<br />"Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini."<br />"Wah saya nggak enak ni pak masa pak Tanba saya tinggal." Shinta memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras.<br /><br />Dari tadi pak tanba terus memperhatikan Shinta karena suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap Shinta dengan tidak menampakkan keinginannya.<br />Padahal saat itu tanpa di sadari Shinta pak Tanba telah duduk disamping Shinta.<br />"Bu... Shinta.., dingin ya buk.." kata pak Tanba.<br />"Ya pak...," sahut Shinta.. dengan pasti pak Tanba, meraih tangan<br />Shinta...<br />"Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang...." bisik Pak Tanba.<br /><br />Shintapun membiarkan pak Tanba meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Tanba melingkarkan tangannya di bahu Shinta dan mengelus balik telinga Shinta, padahal itulah daerah sensitif Shinta. Kepala Shinta lalu rebah di bahu pak Tanba dan seperti sepasang kekasih pak Tanba terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Shinta.<br /><br />Shintapun meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Shinta membiarkan tindakan Tanba itu. Pak Tanba lalu berdiri, dan menarik tangan Shinta hingga berdiri. Shinta menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan Shinta berbaring.<br /><br />"Bu, tampaknya ibu capai." kata pak Taba.<br />"Ya pak.." kata Shinta.<br />Pak Tanba keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar Shinta kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Shinta yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu.<br /><br />Pak Tanba berjalan kearah Shinta, yang saat itu duduk ditepian ranjang.<br />"Pak.. koq di kunci?" tanya Shinta.<br />"Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk..." timpal pak Taba.<br />"Bagaimana bu apa masih Dingin?" tanyanya.<br />"Iya pak..." angguk Shinta.<br /><br />"Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar." kata pak Tanba<br />"Silahkan pak..." jawab Shinta.<br />Lalu Shinta duduk membelakangi pak Tanba dan pak Tanbapun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Shinta. Padahal yang dilakukannya adalah meransang Shinta kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Taba untuk menaklukkan Shinta, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki.<br /><br />Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga Shinta.<br />Shinta ... menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Tanba. Dari dekat pak Tanba dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Shinta. Beberapa saat lamanya pijitan Tanba itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Shinta kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Tanba jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara Shinta. Shinta sadar dan menahan gerakan tangan Pak Tanba..<br /><br />"Sudah pak..., jangan lagi pak..." sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh.<br /><br />Pak tanba kaget dan ia memandang mata Shinta, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar Shinta, kembali bisa ia kuasai.<br /><br />"Maaf bu.., kalau tadi saya lancang." kata pak Tanba.<br />Shinta diam saja. Sedang saat itu pak Tanba hanya selangkah lagi bisa mengusai Shinta. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia tinggalkan Shinta. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Shinta, pakaian Shinta saat itu acak-acakan.<br /><br />"Bu..., apa ibu marah?" tanaynya.<br />"Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini." terang Shinta.<br />Pak Tanba manggut-manggut mendengar perkataan Shinta.<br /><br />Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Tanba mengerti jika Shinta khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu Shinta harus bisa ia gauli.<br /><br />Dalam kebiusan sikap Shinta saat itu, pak Tanba kembali meraih tangan Shinta dan menciumnya, Shinta diam membisu, lalu pak tanba memeluk Shinta dan tidak ada penolakan dari Shinta, Rupanya Shinta saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Tanba. Dijari Shinta memang melingkar cincin tunangan dan pak Tanba tidak memperdulikannya.<br /><br />Dengan kelihaiannya, kembali Shinta larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono Shinta, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak Shinta.Dengan penuh nafsu pak Tanba memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh Shinta dan membuatnya pasrah kepada pak Tanba.<br /><br />Sebelah tangan Tanba turun dan merongoh cd Shinta dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh Shinta ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina Shinta yang tertutup oleh sedikit bulu halus.<br /><br />Pak Tanbapun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Tanba amat panjang dan besar. Shinta saat itu tidak tahu apa-apa lagi.<br /><br />Pak Tanbapun lalu membuka kedua kaki Shinta dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina Shinta.<br /><br />Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Shinta yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.<br /><br />"Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh... ghhh... sakit pak..." jerit Shinta. Pak Tanba lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk...<br /><br />"Auuuuuggggkkkk..." jerit Shinta.<br />"Sebentar bu..." kata Pak Tanba.<br />"Nanti juga hilang sakitnya buk..." terangnya lagi.<br /><br />Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu Shinta merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Tanba telah berhasil merobek selaput dara Shinta, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus Shinta saat itu dan membasahi sprey yang kusut.<br /><br />Tangan pak Tanbapun terus memilin <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">toket</a> Shinta dan kembali menahan pinggul Shinta. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina Shinta sedang Shinta telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim Shinta. lalu ia tetap diam diatas tubuh Shinta. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus Shinta berada dibawah tubuh pak Tanba yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah Shinta. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata Shinta ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu.<br /><br />Ia tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak tanba. Hingga menjelang pagi pak Tanba kembali mengulang permainan sex itu dengan Shinta, hingga Shinta merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Rudi tidak ia inagt lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak tanba.<br /><br />Sejak saat itu, hub kedua insan yang berbeda umur sangat jauh itu terus berlangsung di rumah itu , kadang-kadang di gubuk milik pak Tanba di tengah hutan daerah itu. Shinta merasa heran karena laki-laki seumur pak Tanba masih memiliki stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Tanba memiliki 3 orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa.<br /><br />Tanbapun bermaksud untuk menjadikan Shinta istrinya yang ke 4 karena ia amat bangga bisa memerawani seorang Dokter dari kota dan cantik. Untuk itulah ia terus berusaha menyetubuhi Shinta hingga bisa hamil oleh bibitnya. Shintapun sulit melepaskan diri dari pak Tanba. Ia sedang berpikir untuk membatalkan pertunangan dengan Rudi, karena bagaimanapun ia sudah tidak perawan lagi.<br /><br />Tamat dulu ceritanya, tunggu yang lain nya ya!!Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-63951796597732111352011-02-22T17:22:00.000-08:002011-02-22T17:31:54.221-08:00Ngentot Pembantuku dan anaknya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://photoserver.ws/images/bIEf4d328e3d393b9.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 120px; height: 160px;" src="http://photoserver.ws/images/bIEf4d328e3d393b9.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;">Cerita Panas</span>. Ketika aku kembali dari kantor, kulihat istriku sedang mengobrol dengan seorang wanita berumur kira-kira 29 tahunan, di sebelahnya ada gadis umurnya 13 tahun. Setelah kuletakan tas kantor di kamar tidur aku ikut nimbrung mengobrol dengan istriku dan tamunya yang aku ketahui wanita itu adalah calon pembantu di rumah kami, dia seorang janda cerai dengan seorang anak gadisnya.<br /><br /><br />Malam itu aku berembuk tentang wanita itu, sebenarnya istriku agak keberatan jika wanita itumengajak anaknya untuk bekerja di rumah kami yang dikatakan istriku sebagai beban tambahan, tapi setelah kuyakinkan akhirnya istriku setuju juga kalau wanita itu beserta anak gadisnya bekerja sebagai pembantu di rumah kami, alasanku karena istriku sedang sibuknya mengurus bisnisMLM-nya dan karena pernikahan kami yang sudah 6 tahun belum mendapatkan keturunan, sehingga anak gadis itu bisa kami anggap sebagai anak kami sendiri.<br /><br />Keesokan harinya sekitar jam 5:00 sore wanita itu dan anak gadisnya telah berada di rumahku untuk melakukan tugas sebagai pembantu, sebut saja wanita itu Nursyfa dan anak gadisnya Santi. Karena rajinnya kerja kedua pembantuku itu, maka Santi kuijinkan untuk meneruskan sekolah atas tanggunganku. Kulihat di wajahnya tersenyum kegirangan.<br /><br />“Terima kasih Pak, Santi senang sekali bisa meneruskan sekolah, terima kasih Pak, Bu.”<br />“Ya, tapi kamu harus rajin belajar, dan kalau sudah pulang sekolah kamu harus bantu ibumu,” kata istriku sambil berpelukan dengan Santi, kulihat di wajah ibunya Nursyifa pun terlihat keceriaan.<br />advertisement<br /><br />Enam bulan berlalu sejak Nursyifa dan Santi bekerja di rumah kami, aku berbuat mesum dengan Nursyifa sewaktu istriku pergi keluar kota untuk urusan bisnis MLM-nya. Hari itu hari Sabtu, malamnya istriku ke Jogja dengan kereta api, karena Sabtu kantor libur sementara Santi sedang sekolah, aku melihat Nursyifa yang sedang berdiri di dapur membelakangi aku yang sedang masuk dapur selesai mencuci mobil. Aku tertegun melihat tubuh Nur yang mengunakan baju terusan warna hijau muda agak tipis sehingga terbayanglah tali BH dan celana dalam yang keduanya berwarna hitam menutupi bagian vitalnya. Pantatnya yang padat dan seksi serta betisnya yang terbungkus kulit putih dan mulus bentuknya seperti bunting padi, membuat aku merasa tersedak seakan-akan ludahku tidak bisa tertelan karena membayangi tubuh Nur yang indah itu.<br /><br />Tiba-tiba Nur berbalik dan kaget melihatku yang baru saja membayanginya.<br />“Eh.. Bapak, ngagetin saya aja.”<br />“Eh.. Nur boleh saya duduk, saya mau tau kenapa kamu cerai, kamu mau menceritakannya ke saya.”<br />“Eng.. gimana yach.. saya malu Pak, tapi bolehlah.”<br /><br />Akhirnya aku duduk di meja makan sementara Nur menceritakan sejarah hidupnya sambil terus bekerja mempersiapkan makan siang untukku. Akhirnya aku baru tahu kalau Nur itu menikah di usia 15 tahun dan setahun kemudian dia melahirkan Santi dan dia bercerai 2 tahun yang lalu karena suaminya yang suka mabuk, judi, main perempuan dan suka memukulinya dan pernah hampir membunuhnya dimana di punggung Nur ada bekas tusukan pisau. Aku tertegun mendengar ceritanya sementara Nur seakan mau menangis membayangi jalan hidupnya kulihat itu di matanya sewaktu dia bercerita. Karena rasa kasihanku kurangkul tubuh Nur.<br /><br />“Sudah, Nur.. jangan nangis.. sekarang kamu sudah bisa hidup tenangan di sini bersama anakmu, lupakan masa lalumu yah.. saya minta maaf kalau membuat kamu harus mengingat lagi.”<br />“Iya.. Pak.. saya dan Santi.. berterima kasih sekali.. Bapak dan Ibu baik.. pada kami.”<br />“Ya.. sudah.. sudah.. jangan nangis terus.. nanti Santi pulang.. kamu malu deh.. kalau lagi nangis.”<br />Nur menangis dalam rangkulanku, air matanya membasahi kausku tapi tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lain karena kedua payudaranya menyentuh dadaku yang membuat gejolak nafsuku meningkat. Tanpa sengaja bibir mungilnya kucium lembut dengan bibirku yang membuat dirinya gelagapan.<br />“Aaahh.. Bapak!”<br />Tapi kemudian dia membalas kecupanku dengan lembut sekali diikuti lidahnya memainkan lidahku yang membuat aku makin berani.<br /><br />“Pak.. sshh..”<br />“Kenapa.. Nur..?”<br />“Tidak.. Pak.. aahh.. tidak apa-apa.”<br />Kuangkat roknya dan aku meraba pantatnya yang padat lalu kutarik ke bawah celana dalam warna hitam miliknya sampai dengkul, pahanya kuraba dengan lembut sampai vaginanya tersentuh. Nur mulai bergelinjang, dia membalas dengan agresif leher dan pipiku diciuminya. Kumainkan jariku pada vaginanya, kutusuk vaginanya dengan jari tengah dan telunjukku hingga agak basah.<br />“Aahh.. Pak, enak sekali deh..”<br />“Nur.. kalau kita lanjutkan di kamar yuk!”<br />“Saya sih mau aja Pak, tapi kalau nanti Ibu tahu gimana?”<br />“Ah, ibu khan lagi ke Jogja, lagi pulangnya kan hari Selasa.”<br /><br />Kugiring Nursyifa ke kamarku, sampai di kamar kututup pintu dan langsung kusuruh Nur untukmenanggalkan pakaiannya. Nur langsung menuruti keinginanku, seluruh pakaiannya ditanggalkan hingga dia bugil. Yang agak mengagetkanku karena keindahan tubuh Nur. Nur dengan tinggi sekitar 167 cm memiliki payudara yang kencang dan montok dibungkus kulit yang putih bersih, pinggulNur agak kurus tapi pantatnya yang agak besar dan padat dan vaginanya yang ditutupi bulu halus agak lebat membuat aku seakan tidak bisa menelan ludahku. Kalau aku beri nilai tubuh Nur nilainya 9.9, hampir sempurna.<br /><br />“Bapak, baju Bapak juga dilepas dong, jangan bengong melihat tubuh Nur.”<br />“Nur, tubuhmu indah sekali, lebih indah dari tubuhnya Ibu.”<br />“Ah, masa sih Pak?”<br />“Iya Nur, tahu gitu kamu saja yang jadi Ibu deh.”<br />“Ah Bapak bisa aja nih, tapi kalau Nur jadi Ibu, Nur mau kok jadi ibu ke dua.”<br /><br />Aku langsung menanggalkan pakaianku dan batang kemaluanku langsung menegang keras dan panjang.Kuhampiri Nur langsung kucium bibirnya, dipeluknya diriku, tangan mungil Nur meraba-raba batang kemaluanku lalu dikocoknya, liang vaginanya kusentuh dan kutusuk dengan jariku, kami bergelinjang bersamaan. Kami menjatuhkan diri kami bersamaan ke tempat tidur. “Nur, kamu mau nggak hisap kon**l saya, saya jilatin vaginamu.” Nur hanya mengangguk lalu kami ambil posisiseperti angka 69. Batang kemaluanku sudah digenggam oleh tangannya lalu dijilat, dikulum dan disedot sambil sesekali dikocoknya. Liang vaginanya sudah kujilati dengan lembutnya, vaginanya mengeluarkan bau harum yang wangi, sementara rasanya agak manis terlebih ketika bijiklitorisnya terjilat.<br /><br />Hampir 10 menit lamanya ketika keluar cairan putih kental membasahi liang vagina itu dan langsung kutelan habis. “Aaakkhh.. aakkhh..” rintih Nur kelojotan. Tapi lima menit kemudian giliranku yang kelojotan karena keluarlah cairan dari batang kemaluanku membasahi muka Nur tapi dengan sigap dia langsung menelannya hingga habis lalu “helm” dan batangku dibersihkan denganlidahnya. Setelah itu, aku merubah posisi, aku berbaring sedangkan Nur kusuruh naik dan jongkokdi selangkanganku. Lalu tangannya menggapai batang kemaluanku diarahkannya ke liang vaginanya. Tapi karena liang vagina Nur yang sudah lama tidak dimasukan sesuatu jadi agak sempit sehinggaaku bantu dengan beberapa kali sodokkan, baru vagina itu tertembus batang kemaluanku.<br /><br />“Blleess.. jlebb.. jlebb..”<br /><br />Kulihat Nur agak menahan nafas karena batangku yang besar dan panjang telah menembus vaginanya.<br />“Heekkh.. heekkhh.. punya Bapak gede banget sih Pak, tapi Nur suka deh rasanya sodokannya sampai perut Nur.”<br />Tubuh Nur dinaik-turunkan dan sesekali berputar, sewaktu berputar aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.<br />“Nur, vaginamu enak sekali, batangku kayak diperas-peras oleh vaginamu, terus terang Bapak barukali ini merasakannya, Nur enak sekali.”<br /><br />Setengah jam kemudian, aku merubah posisi dengan batang kemaluanku masih di dalam vagina Nur, aku duduk dan kuangkat tubuhnya lalu kubaringkan tubuhnya di sisi tempat tidur dengan kaki Nur menggantung, kutindih tubuhnya sehingga membuat sodokan batangku jadi lebih terasa ke dalam lagi masuk vaginanya. “Aakkhh.. aakkhh, iya Pak enakan gaya gini.” Payudaranya yang mancung dan puting yang agak kecoklatan sudah kucium, kuremas dan kusedot-sedot.<br /><br />15 menit kemudian kami ganti posisi lagi, kali ini kami berposisi doggie style, liang vaginanya kusodok oleh batang kemaluanku dari belakang, Nur menungging aku berdiri. Kuhentak batanganku masuk lebih dalam lagi ke vagina Nur yang hampir 15 menit kemudian Nur menjerit.<br />“Akhh.. arghh.. sshh.. sshh.. Pak, Nur keluar nih.. akhh.. sshh..”<br />Keluarlah cairan dari vagina Nur yang membasahi dinding vaginanya dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalamnya sehingga vagina itu agak licin, tetapi tetap kusodok lebih keras lagi hingga 10 menit kemudian aku pun berasa ingin menembakkan cairan dari kemaluanku.<br /><br />“Nur.. saya juga mau keluar nih, saya nggak tahan nich..”<br />” Pak.. tolong keluarin di dalam saja yach.. saya mau cobain kehangatan cairan Bapak, dan saya kan siap jadi ibu ke dua.”<br />“Crroott.. croott.. crroott..”<br />Keluarlah cairanku membasahi liang vagina Nur, karena banyaknya cairanku hingga luber dan menetes ke paha Nur. Lalu kulepaskan batangku dari vaginanya dan kami langsung terbaring lemas tak berdaya di tempat tidurku.<br /><br />Lima menit kemudian yang sebenarnya kami ingin istirahat, aku mendengar suara dari luar kamartidurku kami tersentak kaget. Setelah berpakaian kusuruh Nur keluar kamarku yang rupanya Santi ada di ruang makan, ia mencari-cari ibunya setelah pulang dari sekolah.<br /><br />Malam harinya setelah Santi tertidur, Nur kembali masuk kamarku untuk bermain lagi denganku.Keesokan harinya, setelah aku terbangun kira-kira jam 8:00, aku keluar kamar, aku mencariNur, tapi yang aku temukan hanya Santi yang sedang menonton TV. Rupanya aku baru ingat kalau setiap Minggu pagi Nur pergi berbelanja ke pasar. Setelah mandi kutemani Santi yang lagi duduk di karpet sambil nonton TV, sedangkan aku duduk di sofa.<br /><br />“Santi.. gimana sekolah kamu..?”<br />“Baik.. Pak, bulan depan mau ulangan umum.”<br />“Mmm, ya sudah kamu belajar yang rajin yah, biar Ibu kamu bangga.”<br />“Pak, boleh Santi tanya?”<br />“Iya, kenapa Santi..?”<br />“Kemarin ketika Santi pulang sekolah, Santi kan cari ibu Santi, pas buka kamar Bapak, Santi melihat Bapak dan ibu Santi lagi telanjang terus Santi lihat kalau Ibu Santi ditusuk dari belakang oleh Bapak, ada sesuatu punya Bapak yang masuk ke badan ibu Santi, maaf yach Pak, Santi lancang. Mama Nur lagi diapain sih sama Bapak?”<br />“Hah, jadi kamu sempat melihat ibumu telanjang.”<br />“Iya Pak, tapi kok Mama Nur kayaknya keenakan ya. Santi jadi kepingin dech Pak kayak ibu Santi.”<br />“Kamu serius San, kamu mau?”<br />“Iya Pak.”<br /><br />Kulihat Santi tersipu malu menjawab pertanyaan dariku, sementara rok Santi tersingkap sewaktududuknya bergeser sehingga pahanya yang putih mulus terlihat oleh mataku yang membuatku langsung terangsang. Kusuruh Santi duduk dipangkuanku. “San, sini kamu duduk di pangkuan Bapak.” Ketika dia berdiri menujuku, aku membuka resleting celanaku dan kuturunkan celana dalamku lalu aku keluarkan batang kemaluanku yang sudah menegang, sebelum Santi duduk di pangkuanku, celana dalamnya yang putih kuturunkan sehingga vagina mungil putih bersih milikgadis 13 tahun ini ada di hadapanku, menyerbakan aroma wangi dari vaginanya yang ditutupi bulu-bulu halus dan langsung kujilat dengan lembutnya. Santi memegang kepalaku dan tubuhnya menggeliat.<br /><br />“Aahh.. sshh.. enak.. Pak.. enak.. sekali.”<br />Vagina Santi yang masih muda itu terus kujilati karena rasanya manis-manis asin. Santi punmakin menggelinjang, kira-kira 15 menit kemudian Santi mulai kejang-kejang dan basahlah vagina itu oleh cairan putih kental yang mengalir dari dalamnya, cairan itu kutelan habis.<br />“Arghh.. arghh.. Pak.. ada yang keluar nih dari tempat pipis Santi.. eugh.. eugh..”<br />Tubuh Santi langsung lemas tak berdaya, cepat-cepat kupangku. Batang kemaluanku yang mengeraskutempelkan pada vaginanya yang basah. Tubuhnya kuarahkan menghadapku, kemeja yang dikenakan Santi kulepas sehingga dia hanya mengenakan baju dalam yang tipis, payudara Santi yang baru tumbuh terbayang di balik baju dalamnya, segera kulepaskan sehingga di mukaku terpampangpayudara yang baru mekar ditutupi kulit yang putih bersih dengan dihiasi puting agak kemerahan, langsung kulahap dengan mulutku, kujilat, kugigit dan kuhisap membuat payudara itu makin mekar dan putingnya mengeras. Sementara Santi masih tertidur lemas, batang kemaluanku yang sudahmenempel di vagina Santi yang masih sempit kusodok-sodokkan agar masuk, karena vagina itu masih sempit. kumasukkan dua jariku untuk membuka vagina itu, kuputar kedua jariku sehingga vagina itu agak melebar dan basah.<br /><br />Setelah itu kucoba lagi dengan batang kemaluanku, kusodok masuk batanganku ke vagina Santi yang memang masih sempit juga walau sudah dibantu dengan jariku. Akhirnya setelah 20 kali kutekan, masuklah helm batanganku ke vagina Santi. Santi mulai tersadar ketika batanganku menyodokvaginanya, dia pun menjerit kesakitan.<br />“Aawww.. aawww.. sshh.. sshh.. aawww.. sakit.. Pak.. tempat pipis Santi.. sakit awww.. aawww..”<br />“Sabar sayang nanti juga enak.. sayang.. tahan ya.. sakitnya.. sebentar lagi..”<br />Kupeluk tubuh Santi dan menenangkannya dari rasa sakit pada vaginanya yang robek oleh batangkemaluan milikku yang memang super besar.<br /><br />Sodokkanku pada vagina Santi kupelankan untuk mencegah rasa sakitnya dan 10 menit kemudian Santi merasakan kenikmatan.<br />“Ahh.. ahh.. arghh.. arghh.. Pak.. sekarang tidak sakit lagi.. sekarang jadi enak.. aahh.. aahh..”<br />Hampir setengah jam kemudian tiba-tiba Santi mengeluarkan cairan dari dalam vaginanya berikuttetesan darah dan langsung tubuh Santi lemas lagi dan pingsan. Aku menyadari bahwa aku telah membobol keperawanan Santi.<br /><br />“Arrgghh.. Pak.. Santi.. lemmaass..”<br />Aku agak kaget juga melihat keadaan Santi yang secara tidak sengaja kubobol keperawanannya tapi karena sudah tanggung terus kugenjot batanganku ke vagina Santi yang sudah berdarah dan 10 menit kemudian keluarlah cairan dari dalam kemaluanku dengan derasnya memasuki liang vagina Santi hingga meluber ke pahaku.<br />“Crroot.. crroott..”<br />“Ssshh.. sshh.. aahh.. nikmatnya.. vagina.. gadis ini..”<br />Langsung kucabut batang kemaluanku dari vagina Santi dan kubaringkan Santi yang pingsan di Sofa. Sisa cairan yang masih melekat di vagina Santi kulap dengan bajuku hingga bersih, sesudah itu kurapihkan baju Santi dan kubiarkan Santi yang masih pingsan tidur di Sofa, aku lalu membersihkan badanku sendiri.<br /><br />Sepuluh menit kemudian Nursyifa, datang dari pasar sedangkan aku sudah memakai baju lagi. Sejaksaat itu aku bermain dengan istriku jika dia di rumah, dengan Nur jika istriku pergi dan Santi sekolah, dengan Santi jika istriku dan Nur pergi. Aku lakukan sudah hampir 3 bulan lamanya merasakan kenikmatan dari tiga perempuan di dalam rumahku, tapi sekarang aku sedang bingung sebab 2 bulan yang lalu akhirnya istriku mendapat berkah bahwa dia hamil 1 bulan, 1 bulan yang lalu giliran Nur yang kuketahui bahwa dia hamil 1 bulan juga, sekarang 2 minggu yang lalu setelah kuajak Santi periksa ke dokter dia sudah hamil 1 bulan juga. Duuhh.. pusingnya aku!<br /><br />Demikianlah temen temen, <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">cerita panas</a> ku antara aku dan anak pembantuku yang masih 13 tahun alias gadis 13 tahun.Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-66081084776238598762011-02-08T21:24:00.000-08:002011-02-08T21:32:46.510-08:00Cerita PemerkosaanIni adalah cerita pemerkosaan, silahkan disimak dan ambil pelajran dari cerita ini . Novy adalah seorang mahasiswi berusia 22 tahun di sebuah perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Dia mempunyai tubuh yang sangat sempurna dan terawat. Tingginya 165 cm, dengan berat 55 kg. Rambutnya hitam sebahu dan dia mempunyai payudara yang sangat indah, bulat dan kencang berukuran 34B. Kulitnya putih dan wajahnya pun sangat cantik. Novy termasuk mahasiswi yang berprestasi di kampusnya. Tidak heran banyak sekali teman prianya yang tertarik kepadanya, namun sampai saat ini Novy masih belum punya pacar.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://30.media.tumblr.com/eqZbVL4ev33tt090m7BBcx08_400.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 600px;" src="http://30.media.tumblr.com/eqZbVL4ev33tt090m7BBcx08_400.jpg" border="0" alt="" /></a><br />Pada suatu hari Novy terpaksa harus pulang sendiri agak malam dari kampusnya, karena ia harusmenyelesaikan tugasnya di laboratorium. Ketika dia sedang menunggu lift dari lantai 8, tiba-tiba Anto temannya datang.<br />"Hai, Novy.. mau pulang nih..?"<br />"Iya.."<br />"Bareng yuk turunnya..!" ajak Anto.<br />"Boleh.." tanpa rasa curiga Novy mengiyakan.<br /><br />Nampaknya malam itu benar-benar sepi di kampusnya, hanya tinggal beberapa orang saja terlihat di tempat parkir di bawah. Ketika pintu lift terbuka, mereka berdua pun masuk. Saat berada di dalam lift, tiba-tiba sebuah benda keras menghantam tengkuk Novy dari belakang, membuatnya langsung tidak sadarkan diri.<br /><br />"Dukk..," Novy terbangun ketika kepalanya terantuk meja.<br />Dengan mata masih berkunang-kunang, dia melihat bahwa dia sedang berada di ruang kuliah di lantai 4 kampusnya. Tidak ada orang di situ. Dan ketika dia melihat jam di dinding, ternyata sudah pukul 10 malam. Ketika Novy mencoba bergerak, dia baru menyadari bahwa tangan dan kakinya terikat. Dia mencoba melepaskan diri namun tidak berhasil. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, dan muncullah tiga orang dari pintu itu. Dua pria dan satu wanita. Mereka semua temannya, Anto, Angga dan Shanty.<br /><br />"Shanty.. tolong gue Shan.., lepasin gue.. apa-apaan sih ini..? Kalian kalo bercanda jangan keterlaluan dong..!" dengan sedikit kesal Novy bicara dengan Shanty.<br />"Elo mau apa sih Nov..? Ini bukan bercanda tau..!" teriak Shanty.<br />"Apa maksud elo..?" Novy mulai panik.<br />"Kita mau buat perhitungan sama elo, Nov..! Selama ini elo selalu jadi pusat perhatian, tapi elo terlalu sombong untuk memperhatikan temen elo sendiri. Elo tau nggak kalo temen-temen tuh banyak yang nggak suka sama elo..! Sekarang saatnya elo untuk ngasih sesuatu sama mereka..!" Shanty mendekati dan kemudian menampar pipi kiri Novy.<br />"Elo mau apa sih..!" jerit Novy.<br />"Gue mau liat elo menderita malam ini, Nov. Karena selama ini elo selalu mendapat segala yang elo inginkan..." kata Shanty.<br /><br />Selesai Shanty berbicara, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka kembali dan masuklah 15 orang lagi, 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Mereka semua temannya. Tetapi kelihatannya mereka semua senang melihat Novy terikat tidak berdaya seperti itu.<br />Tiba-tiba Shanty berteriak, "Teman-teman, inilah saatnya yang kita tunggu-tunggu. Malam ini kita boleh ngerjain si Novy sepuas kita."<br />Semua berteriak kegirangan mendengar perkataan Shanty, kecuali Novy. Bulu kuduk Novy merinding mendengar itu, dia tidak dapat membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadap dirinya, ketika Anto mendekati dirinya dan melepaskan ikatannya. Walaupun ikatannya sudah dilepas, namun Novy tidak dapat berdiri, karena kakinya lemas semua. Dia hanya dapat berlutut.<br />Shanty mendekati dirinya dan kemudian berteriak di telinga Novy, "Sekarang elo harus buka baju elo satu persatu sampai telanjang di depan kita semua..! Awas kalo berani melawan..! Gue tusuk perut elo..!" ancam Shanty sambil memegang gunting di tangannya.<br /><br />Tidak percaya rasanya Novy mendengar itu, namun dia tidak berani menolak perintah Shanty, apalagi diancam dengan gunting tajam seperti itu. Akhirnya dengan tubuh gemetar, Novy mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan melepaskannya ke lantai. Selanjutnya dia mulai membuka kancing celana jeansnya dan menariknya ke bawah hingga sekarang Novy hanya mengenakan BH dan celana dalam yang berwarna hitam. Rupanya hari itu Novy memakai BH dan celana dalam yang sangat seksi. Novy memakai BH tanpa tali yang bagian depannya hanya menutupi setengah dari payudaranya. Dan celana dalam yang dipakai Novy lebih mirip dengan sebuah tali yang hanya menutupi belahan vaginanya, sedangkan pantatnya sama sekali tidak tertutup. Semua laki-laki yang berada di ruangan itu benar-benar terpesona melihat pemandangan indah di depan mereka itu. Novy gadis tercantik di kampus itu hampir telanjang bulat, sehingga penis mereka langsung menegang semua.<br /><br />Melihat itu Shanty merasa senang dan kembali memerintahkan Novy untuk membuka BH dan celanadalamnya. Dengan tangan gemetar, Novy meraih kait BH di belakang punggungnya dan melepaskannya, sehingga BH Novy dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Ketika BH-ya sudah terlepas, payudara Novy yang bulat langsung mengacung tegak, mengundang decak kagum semua pria di ruangan itu. Puting payudara Novy berwarna coklat dengan lingkaran di sekitar putingnya berwarna coklat muda. Dan saat celana dalamnya juga sudah dilepas, terlihatlah bulu-bulu kemaluan tipis yang tumbuh rapih di sekitar vagina Novy. Novy memang selalu mencukur bulu-bulu kemaluannya dan merawat vaginanya sendiri. Baru pertama kali ini Novy telanjang bulat di depan orang lain dan saat ini dia berdiri dengan tubuh yang gemetar.<br /><br />Shanty mendekatinya sambil mengacungkan gunting ke arahnya, dan mendorong Novy hingga jatuh terduduk.<br />"Sekarang elo harus buat seneng kita semua. Elo sekarang harus masturbasi disini. Cepat, kalo nolak gue potong nanti pentil susu elo..! Sekalian olesin nih badan elo pake minyak ini..!" kata Shanty sambil memberikan baby oil kepada Novy untuk dioleskan ke seluruh tubuhnya.<br />Dengan ketakutan Novy menerima botol tersebut dan menuangkannya ke atas payudara, perut dan juga ke atas vaginanya. Kemudian Novy mulai meraba-raba tubuhnya sendiri dan meratakan baby oil tersebut ke seluruh tubuhnya sambil tidur telentang di lantai. Sambil menangis karena takut dan malu, tangan kirinya memijat-mijat payudaranya sendiri dan memilin-milin puting susunya, sedangkan tangan kanannya meraba-raba vaginanya yang ditumbuhi oleh rambut tipis.<br /><br />Lama kelamaan Novy mulai terangsang dan mengeluarkan suara erangan halus yang tidak dapat diatahan. Sementara itu, semua laki-laki di ruangan itu membuka bajunya hingga bugil dan mulai mengocok penis mereka sendiri sampai tegang. Sedangkan yang perempuan, kecuali Shanty meninggalkan ruangan itu. Shanty malah membawa kamera video untuk merekam kejadian itu dan dia mengancam Novy kalau dia berani melapor, Shanty akan menyebarkan rekaman itu ke seluruh kampus, dan bahkan ke luar kampusnya.<br /><br />Tubuh Novy kini mengkilat karena minyak yang dioleskan ke tubuhnya tadi, membuat Novy kelihatan sangat seksi, dan ini menjadi pemandangan yang sangat menggairahkan untuk semua laki-laki di ruangan itu. Saat Novy semakin terangsang, Angga mendekatinya. Dengan dibantu empat orang lainnya yang memegang dan menarik kedua tangan dan kaki Novy sehingga tubuh Novy menyerupai huruf X, Angga berlutut di selangkangan Novy, dan mulai mengelus-elus vagina Novy dengan tangannya. Sesekali jari tangan Angga mencoba menusuk masuk ke dalam vagina Novy, membuat Novy merinding karena rasa geli yang timbul.<br /><br />Kemudian Angga mulai menjilati vagina Novy dengan lidahnya. Aroma khas dari vagina Novy membuat Angga semakin bernafsu menjilati vagina Novy. Sementara itu kedua orang pria yang memegangi tangan Novy juga ikut menikmati sebagian tubuh Novy. Laki-laki yang memegang tangan kanan Novy menjilati dan mengisap puting susu Novy yang sebelah kanan, sementara laki-laki yang memegang tangan Novy yang sebelah kiri melakukan hal yang sama dengan payudara Novy yang satunya. Sambil meremas payudara Novy dengan keras, sesekali mereka juga menggigit dan menarik puting susu Novy dengan giginya, sehingga Novy merasa kesakitan. Kedua orang itu juga bergantian menciumi bibir Novy dengan kasar dan memainkan lidahnya di dalam mulut Novy.<br /><br />Setelah puas menjilati vagina Novy, Angga kembali berlutut di selangkangan Novy dan mulaimenggosok-gosokkan penisnya di bibir vagina Novy. Sadar bahwa dirinya akan segera kehilangan keperawanannya, Novy berusaha melepaskan diri sekuat tenaga, namun dia tidak dapat melawan tenaga keempat orang yang memeganginya. Melihat Novy yang meronta-ronta, Angga semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Novy yang masih perawan. Walaupun vagina Novy sudah basah oleh air liur Angga dan cairan vagina Novy yang keluar, namun Angga masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Novy yang perawan masih sangat sempit. Novy hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini direnggut dengan paksa seperti itu oleh temannya sendiri.<br /><br />Sementara itu Angga terus memompa vagina Novy dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Novy yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Novy. Novy hanya dapat diam telentang tidak berdaya di lantai, walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Novy dan sebagian sperma Angga mengalir keluar dari vaginanya.<br /><br />Setelah itu Anto maju untuk mengambil giliran. Kali ini Anto mengangkat kedua kaki Novy ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Novy. Anto tidak mengalami kesulitan lagi saat memasukkan penisnya, karena vagina Novy kini sudah licin oleh sperma Angga dan juga cairan vagina Novy, walaupun vagina Novy masih sangat sempit. Kembali vagina Novy diperkosa secara brutal oleh Anto, dan Novy lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan. Namun kali ini Novy tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat teman-temannya semakin bernafsu saja.<br /><br />Tiba-tiba Anto mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Novy. Anto mendempetkan kedua buah payudara Novy dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Novy, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Novy. Novy gelagapan karena sperma Anto mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Anto masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Novy. Kemudian Anto menampar payudara Novy yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Novy berwarna kemerahan dan membuat Novy merasa kesakitan.<br /><br />Selanjutnya dua orang, Leo dan Reza maju. Mereka kini menyuruh Novy untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Leo berlutut di belakang pantat Novy dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Novy yang sangat sempit. Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Novy mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Reza yang segera mendorong wajah Novy ke arah penisnya. Kini Novy dipaksa mengulum dan menjilat penis Reza. Penis Reza yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Novy.<br /><br />Sementara itu, Leo masih berusaha membesarkan lubang anus Novy dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Novy. Sesekali Leo menampar pantat Novy dengan keras, sehingga Novy merasakan pantatnya panas. Kemudian Leo juga berusaha melicinkan lubang anus Novy dengan cara menjilatinya. Novy merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Leo menjilati lubang anusnya. Tidak lama kemudian Novy kembali menjerit kesakitan. Rupanya pertahanan anusnya sudah jebol oleh penis Leo yang berhasil masuk dengan paksa.<br /><br />Kini Leo memperkosa anus Novy perlahan-lahan, karena lubang anus Novy masih sangat sempit dan kering. Leo merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Novy. Saat Novy berteriak, kembali Reza mendorong penisnya ke dalam mulut Novy, sehingga kini Novy hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Reza. Tubuh Novy terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.<br /><br />Kedua payudara Novy yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya. Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Leo dan Reza mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Leo menyemburkan spermanya di dalam anus Novy, dan Reza menyemburkan spermanya di dalam mulut Novy. Novy terpaksa menelan semua sperma Reza agar dia dapat tetap bernafas. Novy hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Reza masih berada di dalam mulutnya. Novy membiarkan saja penis Reza berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Reza menarik keluar penisnya dari mulut Novy.<br /><br />Kemudian Reza memaksa Novy untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Leo juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Novy dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Novy, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Novy dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya.<br /><br />Setelah Leo mencabut penisnya dari anus Novy, temannya yang lain, Irvan, mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Novy mendekat dan menyuruh Novy untuk mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Irvan kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Novy, dan kemudian memaksa Novy untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Irvan langsung masuk ke dalam vagina Novy. Setelah itu, Novy dipaksa bergerak naik turun, sementara Irvan meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Novy. Sesekali Irvan menyuruh Novy untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Irvan dapat merasakan vagina Novy berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Novy yang sudah basah. Irvan tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Novy diperkosa oleh teman-temannya yang lain, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Novy. Novy kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.<br /><br />Selanjutnya, Iwan yang mengambil giliran untuk memperkosa Novy. Dia menarik Novy dari pangkuan Irvan, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Novy disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Iwan. Kemudian secara kasar Iwan menarik pantat Novy turun, sehingga vagina Novy langsung terhunjam oleh penis Iwan yang sudah berdiri keras. Penis Iwan, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya yang memasuki vagina Novy, masuk semuanya ke dalamvagina Novy, membuat Novy kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Novy merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Iwan. Iwan memaksa Novy untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Iwan dapat bergerak keluar masuk vagina Novy dengan leluasa.<br />Kemudian Iwan menjepit kedua puting susu Novy dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Novy berhimpit dengan dada Iwan. Iwan benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Novy yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Shanty melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung Novy beberapa kali. Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Novy tetap merasakan perih di punggungnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Novy terhenti, Iwan marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Novy dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Novy menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks.<br /><br />Ketika Iwan hampir mencapai klimaks, dia memeluk Novy dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Novy tidur di bawah dan Iwan di atasnya. Sambil mencium bibir Novy dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Novy, Iwan terus menggenjot vagina Novy. Tidak lama kemudian gerakan Iwan terhenti. Iwan mencabut penisnya keluar dari vagina Novy dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Novy. Kemudian dia menarik tangan kanan Novy dan memaksa Novyuntuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.<br /><br />Setelah itu, seorang temannya yang lain, Eka, kembali maju mengambil giliran memperkosa vagina Novy. Hampir sepuluh menit Eka memompa vagina Novy dengan kasar, membuat vagina Novy semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Eka mencabut penisnya dari vagina Novy dan memaksa Novy untuk menadahkan kedua telapak tangannya untuk menampung spermanya. Setelahitu, Eka memaksa Novy untuk mengusap sperma yang ada di telapak tangannya ke wajahnya dan meratakannya seperti orang mencuci muka. Semua temannya tertawa senang melihat itu, sementara Novy menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Novy sudah rata oleh sperma milik Eka.<br /><br />Kemudian lima orang lainnya secara bergantian memperkosa Novy di vagina, anus maupun mulut Novy. Mereka juga meremas-remas payudara Novy dan mencubit serta menggigit puting susu Novy keras-keras. Kini wajah, payudara, perut, punggung, vagina dan pantat Novy sudah penuh oleh sperma. Bahkan kedua buah payudara Novy kini berwarna kemerahan karena digigit dan diremas secara kasar oleh teman-temannya. Di punggung Novy juga tercetak jalur-jalur merah akibat dicambuk Shanty tadi.<br /><br />Walaupun telah diperkosa berkali-kali, namun rupanya Novy tidak mencapai orgasme sama sekali, karena dia berusaha menahannya. Melihat itu Shanty merasa kesal dan memaksa Novy untuk mencapai orgasme dengan cara bermasturbasi sendiri.<br />"Gila elo.., lagi diperkosa aja masih sombong nggak mau orgasme. Sekarang elo harus orgasme.., cepat masturbasi lagi sambil nyukur bulu elo tuh sampai bersih..!" perintah Shanty.<br />Shanty memberikan pisau cukur kepada Novy dan menyuruhnya untuk mencukur bulu kemaluannya sendiri sambil bermasturbasi. Novy tidak berani berbuat apa-apa kecuali menurut. Sambil menutup matanya, tangan kiri Novy mulai meremas-remas payudaranya sendiri sambil meratakan sperma yang ada di payudara dan perutnya. Sementara tangan kanannya mulai mencukur bulu kemaluannya pelan-pelan sampai habis. Novy tidak memerlukan shaving cream lagi, karena vaginanya sudah licin oleh sperma dan juga cairan vaginanya.<br /><br />Setelah selesai mencukur bulu kemaluannya sampai habis, Novy mulai memasukkan gagang pisau cukur itu ke dalam vaginanya dan menggerak-gerakkannya keluar masuk perlahan-lahan. Vagina Novy terasa panas dan perih saat Novy menyentuhnya. Rupanya dengan bermasturbasi sendiri, Novy lebih terangsang, dan akhirnya lima menit kemudian tubuhnya tiba-tiba mengejang, kakinya menekuk dan dadanya membusung memperlihatkan kedua payudaranya mengacung tegak dengan puting susu yang mencuat keluar, menandakan bahwa Novy sudah sangat terangsang. Novy mengeluarkan erangan yang tertahan sambil tangan kanannya terus menggosok vaginannya, dan tangan kirinya menjepit puting susunya sendiri. Akhirnya Novy mengalami orgasme yang luar biasa. Tubuh Novy kaku merasakan kenikmatan luar biasa yang menjalar di seluruh tubuhnya, dan cairan vagina Novy mengalir keluar dengan derasnya. Novy tidak dapat menutupi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, sehingga dia pun mengeluarkan suara mendesah yang keras. Bahkan dia lupa bahwa dia kini sedang diperhatikan oleh banyak orang dan untuk saat itu dia juga lupa akan kesakitan yang diderita tubuhnya.<br /><br />Belum pernah sebelumnya Novy mengalami orgasme sehebat itu, walaupun dia sering bermasturbasi di rumahnya. Ini karena sebelumnya dia belum pernah berhubungan badan, dan saat ini dia baru diperkosa beramai-ramai. Dan selama diperkosa itu, walaupun sebenarnya Novy merasa terangsang, Novy menahan orgasmenya sekuat tenaga dan akhirnya semua ditumpahkan saat dia bermasturbasi.<br /><br />Setelah mengalami orgasme, Novy hanya terdiam kecapaian. Kesadarannya perlahan mulai kembali lagi dan rasa sakit kembali terasa di seluruh tubuhnya. Kedua kakinya tertekuk dan mengangkang lebar memperlihatkan vaginanya yang sudah licin mengkilat tanpa ada bulu kemaluannya sehelai pun sehabis dicukur. Di sekitar vagina Novy terlihat bercak-bercak merah darah perawan Novy dan juga sperma. Tangan kanannya menjulur ke samping dan tangan kirinya terlipat menutupi sebagian payudaranya. Tubuhnya licin dan mengkilat karena keringat yang membanjiri dan juga karena sperma yang diratakan ke seluruh tubuhnya. Novy masih menangis pelan karena sakit dan juga karena rasa malu yang menyerang dirinya. Namun Novy juga tidak dapat menutupi kenikmatan luar biasa yang baru saja dirasakannya. Novy tidak mampu bergerak lagi.<br /><br />Namun melihat itu, nafsu teman-temannya kembali muncul dan mereka kembali maju bersamaan untuk memperkosa Novy lagi. Kali ini Novy tidak mampu berontak sama sekali, karena dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi. Dia hanya terdiam dan tubuhnya mengikuti saja gerakan pemerkosanya. Novy seperti boneka yang sedang dipermainkan beramai-ramai. Kedua belas temannya kembali memperkosa vagina dan anus Novy yang sudah terasa lebih longgar setelah dimasuki banyak penis berkali-kali. Mereka juga memaksa Novy untuk mengulum dan menjilati penis mereka, dan menelan semua sperma yang disemburkan ke dalam mulutnya. Bahkan Novy diperkosa oleh tiga orang sekaligus yang memasukkan penisnya ke mulut, vagina dan anus Novy secara bersamaan, sementara dua orang lainnya mempermainkan payudara Novy.<br /><br />Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh teman-teman Novy terhadap tubuh Novy. Kali ini Novy tidak kuat lagi menahan orgasmenya, dan dia mengalami orgasme beberapa kali, namun tidak sehebat yang pertama. Setelah kedua belas orang temannya selesai memperkosa dirinya untuk kedua kalinya, Novy akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Novy telah diperkosa secara habis-habisan selama tiga jam lebih oleh dua belas orang temannya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Shanty.<br /><br />Ketika Novy terbangun, dia menyadari bahwa dirinya terikat ke tiang listrik dalam keadaan berdiri di tempat parkir kampusnya yang terbuka. Saat itu keadaan masih gelap dan masih belum ada satupun orang maupun mobil yang datang. Kedua tangan Novy terikat ke belakang dan kedua kakinya juga terikat ke tiang listrik. Tubuhnya masih telanjang bulat tanpa selembar benang pun dan dia tidak dapat bergerak sama sekali. Ketika Novy mencoba berteriak, dia baru sadar bahwa mulutnya ditutupi oleh lakban, sehingga dia tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali. Vagina dan kedua puting susu Novy juga ditempeli oleh lakban. Di dadanya tergantung kertas yang bertuliskan Silakan Nikmati Tubuh Saya. GRATIS. Ttd : NOVY.<br /><br />Novy membayangkan bagaimana malunya dirinya kalau nanti orang-orang datang dan melihat keadaan dirinya yang telanjang bulat dan belepotan darah serta sperma kering. Dia bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana kalau nanti orang yang datang membaca dan menuruti tulisan di kertas itu, kemudian memperkosa dirinya.<br /><br />Tidak lama kemudian, dia melihat tujuh orang datang. Rupanya mereka satpam dan tukang parkir kampusnya. Novy berusaha minta tolong dan mereka akhirnya datang menghampirinya. Novy sedikit merasa lega, karena dia berpikir pasti mereka akan menolongnya. Namun ketakutan Novy menjadi kenyataan, karena bukannya bantuan yang diberikan, ketujuh orang itu malah ingin menikmati tubuh Novy di tempat parkir itu. Sebelumnya seorang satpam menarik lepas dengan paksa lakban di vagina, puting susu dan mulut Novy, membuat Novy kembali merasakan kesakitan. Kini vagina dan puting susu Novy kembali terbuka dan dapat dilihat oleh orang.<br /><br />"Wah, inikan si Novy, cewek paling cantik di kampus. Ngapain dia telanjang-telanjang begini di tempat parkir..?" kata salah satu dari mereka.<br />Dan orang lainnya menyahut, "Gile.., bodinya seksi banget. Gimana kalo kita cicipin aja bodinya sekalian. Liat tuh.., memeknya bersih nggak ada bulunya."<br />"Iya nih, kita perkosa aja yuk sekalian.. lagian dia yang minta diperkosa, liat aja tulisan di kertas itu."<br />"Ayo cepet kita perkosa aja... Gue belum pernah ngerasain punyanya cewek kuliahan nih..!"<br />Novy hanya dapat menangis dan memohon, "Tolong Pak, lepaskan saya... jangan perkosa saya lagi, sudah cukup penderitaan saya..."<br />Namun mereka tidak peduli dengan rintihan Novy dan tetap melancarkan aksinya.<br /><br />Mereka tertawa bahagia dan mulai membuka baju dan celananya masing-masing. Melihat itu Novy hanya dapat pasrah dan berharap mereka tidak menyakiti dirinya lagi. Tidak mungkin baginya untuk berteriak minta tolong, karena tidak ada orang sama sekali di sekitar situ. Kemudian mereka mengambil selang air dan menyemprot tubuh Novy dengan air dingin sambil menggosok-gosoknya untuk membersihkan tubuh dan wajah Novy dari darah dan sperma kering yang menempel di tubuhnya. Disemprot air dingin seperti itu, Novy terkejut dan menggigil kedinginan. Namun itu tidak lama, karena kemudian dua orang laki-laki segera melepaskan ikatan Novy, mengangkat tubuh Novy dan mendekapnya dari depan dan belakang. Novy kini terjepit di antara tubuh dua orang laki-laki. Mereka mulai memasukkan penis mereka ke dalam vagina dan anus Novy secara bersamaan. Novy diperkosa di vagina dan anusnya dalam posisi berdiri.<br /><br />Sementara itu orang yang berada di depan Novy menciumi bibir Novy dengan paksa, dan orang yang berada di belakang Novy meremas-remas kedua payudara Novy dari belakang. Beberapa menit kemudian kedua orang itu mencapai klimaks dan menyemburkan spermanya di dalam vagina dan anus Novy. Orang yang memperkosa vagina Novy menyemburkan spermanya berkali-kali di dalam vagina Novy, sehingga Novy dapat merasakan bahwa kini vaginanya dibanjiri oleh sperma orang itu yang sangat banyak dan tidak dapat tertampung lagi di dalam vaginanya.<br /><br />Setelah itu, Novy dipaksa berlutut dan harus berkeliling menjilati semua penis laki-laki yang berdiri mengelilinginya secara bergantian. Novy juga terpaksa menelan sperma semua laki-laki itu satu-persatu. Setelah menjilati semua penis laki-laki yang ada di situ, Novy kemudian diperkosa lagi di vagina dan juga anusnya. Salah seorang diantaranya memiliki penis yang sangat besar dan panjang, sehingga ketika dia memperkosa anus Novy, penisnya hanya dapat masuk setengahnya. Namun orang itu terus mendorong penisnya masuk ke dalam lubang anus Novy dengan paksa, membuat Novy meronta-ronta kesakitan.<br /><br />Selain menyemburkan spermanya di dalam vagina dan anus Novy, mereka juga menyemburkan spermanya di tubuh Novy dan memaksa Novy untuk meratakannya dengan tangannya sendiri. Novy tidak pernah membayangkan bahkan dalam mimpi terburuknya, bahwa dirinya benar-benar dinikmati oleh banyak orang dalam semalam. Dan kali ini Novy tidak dapat lagi menahan orgasmenya. Dia mencapai orgasme sampai berkali-kali, mungkin karena satpam-satpam ini lebih berpengalaman dibandingkan teman-temannya yang memperkosanya sebelumnya.<br /><br />Setelah ketujuh orang itu kebagian mencicipi vagina, anus dan juga mulut Novy, Novy kembali diikat di tiang listrik dalam posisi semula, dan kembali ditinggalkan seorang diri dalam keadaan telanjang bulat. Tubuh Novy kembali belepotan oleh sperma dan kulit tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Sperma dan cairan vagina Novy yang tercampur menjadi satu menetes keluar perlahan-lahan dari vagina dan lubang anus Novy. Dari mulut Novy juga mengalir keluar sperma yang tidak dapat ditelan lagi oleh Novy.<br /><br />Novy hanya dapat menggigil kedinginan. Namun penderitaannya belum berakhir sampai di situ. Novykembali diperkosa secara bergantian oleh orang-orang yang lewat, satpam, tukang parkir, temannya, dan bahkan dua orang dosennya ikut memperkosanya. Vagina, anus dan mulutnya dimasuki oleh penis-penis lain, dan dia dipaksa menelan sperma mereka semua. Sebagian meratakan spermanya di seluruh tubuh Novy. Ada yang iseng mencoret-coret tubuh Novy dengan spidol permanen dengan gambar-gambar dan kata-kata jorok. Bahkan orang terakhir yang memperkosa Novy memasukkan ranting pohon sepanjang 25 cm ke dalam vagina dan anus Novy sampai berdarah-darah dan meninggalkannya di situ.<br /><br />Novy tergeletak di tanah dengan tubuh dan wajah yang kembali berlumuran oleh darah serta sperma, dan ranting pohon yang menancap di anus dan vaginanya. Payudara dan vagina Novy terlihat memar dan berwarna kemerahan. Bulatan pantatnya juga terlihat memar dan kemerahan. Novy sudah tidak dapat merasakan lagi vagina dan lubang anusnya. Akhirnya Novy kembali pingsan karena kesakitan dan kecapaian.<br /><br />Total Novy telah diperkosa oleh lebih dari 30 orang dalam semalam, sampai akhirnya dia ditolong pada jam 05:30 pagi oleh seorang dosen wanita yang melihat keadaan Novy yang menyedihkan. Saat ditanya siapa yang memperkosa dirinya, Novy tidak berani menjawab, karena teringat ancaman Shanty yang akan menyebarluaskan rekaman video Novy yang telanjang bulat sedang bermasturbasi dan diperkosa oleh banyak orang. Novy lebih memilih bungkam. Dan setelah kejadian itu, Novy tidak dapat bergerak sama sekali sampai berhari-hari, dan dia merasa bahwa penderitaannya masih akan terulang lagi di kemudian hari. <br /><br />Demikian <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita Panas</a> Kami, sampai Cerita berikutnyaUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-88348166586011535152011-02-08T21:11:00.000-08:002011-02-08T21:19:52.059-08:00Seks Pertama Kali<a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita Panas</a> - ini adalah pengalaman pertamaku melakukan hubungan seks, yang uniknya juga dengan pacar pertamaku. Namaku Panji dan pacarku bernama Keke. Kami satu sekolah di Jakarta dan kami resmi menjadi pacar di kelas 3 setelah sekitar setahun sering pulang bareng karena rumah kami searah.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_4hm5To-_kjE/TQqHRHZoieI/AAAAAAAAAdo/dOpEZU3X_RM/s320/cewe%2Bsma%2Babg%2Bbugil%2Bmemek%2Btelanjang%2Bngentot.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 318px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_4hm5To-_kjE/TQqHRHZoieI/AAAAAAAAAdo/dOpEZU3X_RM/s320/cewe%2Bsma%2Babg%2Bbugil%2Bmemek%2Btelanjang%2Bngentot.jpg" border="0" alt="" /></a><br />Keke sendiri adalah seorang gadis yang bertubuh mungil, tingginya mungkin tidak lebih dari 155 cm dan bertubuh kurus, namun memiliki ukuran payudara yang besar, mungkin seukuran dengan payudara Febby Febiola. Sampai-sampai teman-temanku sering berkata kalau nafsu seksnya pun pasti besar. Tapi bukan itu yang jadi penyebab aku mencintainya, sikap manja dan tawanya yang lepas membuatku senang bersama dan bercanda dengannya.<br /><br />Hubungan pacaran kami layaknya gaya pacaran remaja era 90-an, tidak lebih dari nonton bioskop atau makan di restoran cepat saji. Tapi memang setelah pulang sekolah aku sering mampir ke rumahnya untuk ngobrol atau mengerjakan tugas bareng. Biasanya ada ibunya dan adik laki-lakinya yang masih smp.<br /><br />Sehari menjelang acara liburan perpisahan sekolah kami, seperti biasa aku mengantarnya pulang dan mampir ke rumahnya. Ternyata hari itu ibunya sedang ke Kota Malang bersama adiknya untuk menjenguk kakaknya yang kuliah dan sedang sakit di sana. Sedangkan bapaknya memang biasa pulang malam. Jadilah kami hanya berdua di rumah tersebut.<br /><br />“Mau nonton VCD ga? Aku punya VCD baru ni,” katanya seperti biasa dengan ceria. “Boleh,” sahutku. “Bentar ya, aku mo ganti baju dulu, bau,” katanya sambil beranjak ke kamarnya. Aku pun memasukkan keping VCD ke dalam VCD playernya sambil menunggunya ganti baju.<br /><br />Tidak lama dia pun kembali ke ruang tengah dengan celana pendek sekitar 20 cm di atas lutut dan kaos ketat. Kami pun menonton film dengan duduk bersebelahan di sofanya. Film yang kami tonton adalah film Armageddon.<br />Kugenggang tangannya dan menariknya menempelkan bahunya dengan bahuku, dia pun merapat dan lenganku pun kini berada di atas payudaranya yang kenyal. Dia sudah terbiasa dengan hal ini, toh biasanya pun seperti itu tiap kali nonton di bioskop atau di perjalanan.<br /><br />Semakin lama posisi duduknya makin bergeser dan kini dia tiduran dengan kepalanya berada di atas pahaku. “Cantiknya gadisku ini,” pikirku dalam hati. Tanganku pun kuletakkan di atas perutnya. Ketika adegan ada adegan panas di film, kurasakan nafasnya berubah. Terus terang aku pun merasa terangsang, pelan-pelan kugeser telapak tanganku ke atas payudaranya, tapi dia menolaknya.<br /><br />Karena terbawa suasana, kucium keningnya dan dia tersenyum kepadaku. Kulanjutkan dengan mengecup pipi dan bibirnya, lagi-lagi dia tersenyum. Itu adalah ciuman pertama kami. Ciuman yang awalnya hanya menempel kurang dari sedetik, kini sudah menjadi ciuman penuh nafsu. Lidah kami saling bermain dan tanganku pun sudah meremas-remas payudaranya.<br /><br />Tiba-tiba dia bangun dan duduk di sebelahku, “udah ya, nanti keterusan lagi”. “Sorry ya, abis kamu gemesin sih. Tau ngga, itu tadi ciuman pertamaku lho,” ujarku polos. “sammma,” jawabnya lagi sambil menampilkan senyumnya yang bikin makin cinta itu. Kami pun meneruskan menonton film dan hanya menonton.<br /><br />Setelah film selesai, dia bangkit dari duduknya, “Mau ke mana?” tanyaku. “Mau beresin baju dulu buat besok,” jawabnya. Memang besok kami akan pergi ke luar kota bersama seluruh teman satu sekolah.<br /><br />“Mau dibantuin?” tanyaku. “Ayo,” jawabnya sambil berjalan menuju kamarnya. Aku pun mengikutinya ke kamarnya dan inilah pertama kalinya aku masuk ke kamarnya. Kamarnya betul-betul menunjukkan kalau dia masih manja, dengan cat pink dan tumpukan boneka di atas ranjangnya.<br /><br />Dia mulai mengeluarkan baju-bajunya. “Yang ini jangan dibawa, terlalu seksi,” kataku ketika dia mengeluarkan bajunya yang memang tipis dan berbelahan dada besar. “Jangan protes doang, nih beresin sekalian,” jawabnya seolah protes dengan memasang wajah ngambek, tapi lagi-lagi tetap terlihat manja.<br /><br />Aku pun mengambil alih lemarinya dan kupilih-pilih baju yang kupikir cocok untuk dibawanya. Tiba-tiba muncul ide isengku untuk memilihkan juga pakaian dalamnya. Kuambil satu yang berwarna krim, “ih jangan pegang-pegang yang itu” jerit manjanya sambil berusaha merebut dari tanganku. Aku pun berlari menghindar, “Wah ini toh bungkusnya, gede juga,” candaku.<br /><br />Dia pun menarik tanganku dan memelukku untuk merebut bra dari tanganku yang lain. Segera saja kucium lagi bibirnya dan dia pun membalas ciumanku. “emmmh…emhhh,” suaranya mendesah sambil tangannya memegang tanganku.<br /><br />Kudorong tubuhnya ke ranjang sambil terus berciuman. Kini posisiku ada di atasnya dan menempel di tubuhnya. Terasa betul payudara kenyalnya di dadaku. Kugeser tubuhku ke sampingnya agar dapat meremas payudaranya. “emmmh…emhhhhh…emhhhh,” desahnya makin jelas dan kini tangannya sudah menyentuh penisku dari luar celanaku. “Sudah nafsu banget,” pikirku.<br /><br />Perlahan-lahan kumasukkan tanganku ke dalam kaosnya dan meremas payudaranya langsung. Kuangkat ke atas kaosnya sehingga kini terpampang payudaranya yang besar terbungkus bra krim. Segera kuciumi kedua payudaranya dan tidak lama dia pun melepas sendiri bra tersebut. Benar-benar payudara yang besar dan indah, warnanya kecoklatan dengan puting yang lebih gelap.<br /><br />Kumainkan kedua putingnya, kujilati bergantian. “emmmh….emhhhh…kamu juga buka dong,” pintanya sambil menahan desah. Segera kubuka baju seragam dan celana sekolahku hingga tinggal celana dalam, kulanjutkan dengan membuka celana pendeknya. “celana dalamnya jangan,” tolaknya ketika aku akan menarik lepas celana dalam coklatnya.<br /><br />Kulanjutkan jilatan-jilatanku di puting payudaranya, tangan kiriku memainkan puting yang satu lagi, sedangkan tangan kananku menggesek-gesek vaginanya dari luar celana dalam. “Enak?” tanyaku. Dia hanya mengangguk sambil meremas-remas penisku dari luar celana dalam. Tiba-tiba dia menarik keluar penisku. “dibuka aja ya?” tanyaku sambil kubuka celana dalamku.<br /><br />Tangannya makin kuat meremas-remas penisku, sementara tangan kananku mulai memasuki vaginanya dari samping celana dalamnya. Kugesekkan jari telunjukku ke bibir vaginanya yang sudah basah. Pelan-pelan kumasukkan jariku ke dalam vaginanya, kulihat kepalanya mendongak ke atas sambil terus mendesah.<br /><br />“Boleh dimasukin ga?” tanyaku sambil menatap wajahnya yang sekarang menjadi begitu seksi. “Pelan-pelan ya,” jawabnya dengan nafas terengah-engah. Mendapat persetujuan, aku pun berdiri di bawah ranjangnya dan di antara kedua kakinya. Kutarik lepas celana dalamnya sehingga kini untuk pertama kalinya aku melihat langsung vagina seorang gadis.<br /><br />Vaginanya berwarna coklat dan kedua bibir vaginanya begitu rapat seolah tidak ada lubang di sana. Bulu-bulu kemaluannya yang tipis sudah terkena lendir-lendir yang keluar dari vaginanya ketika kumasukkan jari telunjukku tadi. Kucium vagina tersebut, “iiiihh, apaan sih. Jangan dicium, jijik ah, “ tolaknya sambil kedua telapak tangannya menutup vaginanya.<br /><br />“Abis imut sih,” kataku sambil tersenyum kepadanya. Kulepaskan kedua tangan yang menutupinya dan langsung kugesek-gesekkan penisku ke vaginanya. Sesekali kujilat-jilat kedua putingnya. “ehmmm…ehhhhm….” lenguhnya makin tidak jelas. “Ji, masukin ji, masukin….emmmhhhh,” pintanya.<br /><br />Segera kudorong penisku memasuki lubang vaginanya, begitu sempit namun karena sudah dipenuhi cairan-cairan, akibat rangsangan tadi, perlahan-lahan penisku kun menembus vaginanya. “Oooooooh…ohhhhhhh,” kali ini aku pun ikut mendesah keenakan.<br /><br />Setelah penisku masuk seluruhnya, kurasakan denyutan-denyutan vaginanya menjepit kepala penisku, begitu nikmat. Kutatap wajahnya, mata kami pun berpandangan seolah membuat kesepakatan untuk mulai memompa.<br /><br />Kutarik pelan-pelan penisku lalu kumasukkan kembali pelan-pelan. “Ji, enak banget ji. Aduh enak banget….emmmmhh,” teriaknya makin meracau. Semakin lama kocokan penisku semakin kencang. Kedua tanganku pun terus memainkan kedua puting payudaranya, sambil sesekali meremasnya dan menjilatnya.<br /><br />Dia pun menarik tubuhku memeluknya. Kini tubuh kami serasa menempel, payudaranya menempel di dadaku yang telah berkeringat. Bibir kami berpagutan dan lidah kami saling membelit. Nikmat sekali. Hanya penisku yang masih bisa bergerak keluar masuk vaginanya.<br /><br />“Ji…..ohhhhh…ohhhh….jiii ,” tiba-tiba tubuhnya menegang kemudia lemas sebentar. “Kamu keluar ya?” tanyaku sambil menghentikan kocokan penisku namun masih terbenam di vaginanya.”Iya, enak banget, enak banget. Kamu belum ya?” jawabnya sambil kepalanya menggeleng-geleng pelan seolah baru merasakan sangat enak.<br /><br />Tidak kujawab pertanyaannya tapi kembali kukocok penisku. “Jangan cepet-cepet, masih geli,” pesannya. Karena memang sebetulnya aku pun hampir ejakulasi, tidak lama kemudian aku pun mengeluarkan maniku. “Ohhhhhh…ohhhhh…ke….keee ,” racauku sambil menyemprotkan maniku ke dalam vaginanya.<br /><br />Kucabut penisku dan tidur di sebelahnya. “Enak banget, makasih ya ke,” ucapku. Dia Cuma tersenyum dan memelukku dengan kepalanya bersandar di dadaku. Setelah itu kami pun mandi bersama.<br /><br />Besoknya di acara liburan perpisahan sekolah, kami menjadi semakin rapat seperti sepasang pengantin baru. Kami pun beberapa kali mengulangi aktivitas seks di rumahnya. Hingga akhirnya kami berpisah jarak karena harus kuliah di kota yang berbeda dan berujung dengan putus karena sulit mempertahankan pacaran jarak jauh.<br /><br />TAMATUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-77728605171623133402009-12-26T02:33:00.000-08:002009-12-26T02:57:00.351-08:00Linda anak Tante Maya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_zcmtnAuiZA0/SzXr3F46VtI/AAAAAAAAAAg/HWpcb56UHKk/s1600-h/cewek+manja.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 300px; height: 300px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_zcmtnAuiZA0/SzXr3F46VtI/AAAAAAAAAAg/HWpcb56UHKk/s320/cewek+manja.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5419497058316474066" border="0" /></a><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Cerita panas</span>. Aku memang terlahir dari keluarga yang cukup berada. Aku anak lelaki<br />satu-satuya. Dan juga anak bungsu. Dua kakakku perempuan semuanya.<br />Dan jarak usia antara kami cukup jauh juga. Antara lima dan enam<br />tahun. Karena anak bungsu dan juga satu-satunya lelaki, jelas sekali<br />kalau aku sangat dimanja. Apa saja yang aku inginkan, pasti<br />dikabulkan. Seluruh kasih sayang tertumpah padaku.tapi disinilah awal mula <a href="http://ceritaseks.ngocok.info/">cerita seks</a> ku terjadi.<br /><br />Sejak kecil aku selalu dimanja, sehingga sampai besarpun aku<br />terkadang masih suka minta dikeloni. Aku suka kalau tidur sambil<br />memeluk Ibu, Mbak Lisa atau Mbak Indri. Tapi aku tidak suka kalau<br />dikeloni Ayah. Entah kenapa, mungkin tubuh Ayah besar dan tangannya<br />ditumbuhi rambut-rambut halus yang cukup lebat. Padahal Ayah paling<br />sayang padaku. Karena apapun yang aku ingin minta, selalu saja<br />diberikan. Aku memang tumbuh menjadi anak yang manja. Dan sikapku<br />juga terus seperti anak balita, walau usiaku sudah cukup dewasa.<br /><br />Pernah aku menangis semalaman dan mengurung diri di dalam kamar<br />hanya karena Mbak Indri menikah. Aku tidak rela Mbak Indri jadi<br />milik orang lain. Aku benci dengan suaminya. Aku benci dengan semua<br />orang yang bahagia melihat Mbak Indri diambil orang lain. Setengah<br />mati Ayah dan Ibu membujuk serta menghiburku. Bahkan Mbak Indri<br />menjanjikan macam-macam agar aku tidak terus menangis. Memang<br />tingkahku tidak ubahnya seorang anak balita.<br /><br />Tangisanku baru berhenti setelah Ayah berjanji akan membelikanku<br />motor. Padahal aku sudab punya mobil. Tapi memang sudah lama aku<br />ingin dibelikan motor. Hanya saja Ayah belum bisa membelikannya.<br />Kalau mengingat kejadian itu memang menggelikan sekali. Bahkan aku<br />sampai tertawa sendiri. Habis lucu sih..., Soalnya waktu Mbak Indri<br />menikah, umurku sudab dua puluh satu tahun.<br /><br />Hampir lupa, Saat ini aku masih kuliah. Dan kebetulan sekali aku<br />kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang cukup keren. Di<br />kampus, sebenarnya ada seorang gadis yang perhatiannya padaku begitu<br />besar sekali. Tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Dan aku<br />selalu menganggapnya sebagai teman biasa saja. Padahal banyak<br />teman-temanku, terutama yang cowok bilang kalau gadis itu menaruh<br />hati padaku.<br /><br />Sebut saja namanya Linda. Punya wajab cantik, kulit yang putih<br />seperti kapas, tubuh yang ramping dan padat berisi serta dada yang<br />membusung dengan ukuran cukup besar. Sebenarnya banyak cowok yang<br />menaruh hati dan mengharapkan cintanya. Tapi Linda malah menaruh<br />hati padaku. Sedangkan aku sendiri sama sekali tidak peduli, tetap<br />menganggapnya hanya teman biasa saja. Tapi Linda tampaknya juga<br />tidak peduli. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar<br />saja. Bahkan dia sering main ke rumahku, Ayah dan Ibu juga senang<br />dan berharap Linda bisa jadi kekasihku.<br /><br />Begitu juga dengan Mbak Lisa, sangat cocok sekali dengan Linda Tapi<br />aku tetap tidak tertarik padanya. Apalagi sampai jatuh cinta.<br />Anehnya, hampir semua teman mengatakan kalau aku sudah pacaran<br />dengan Linda, Padahal aku merasa tidak pernah pacaran dengannya.<br />Hubunganku dengan Linda memang akrab sekali, walaupun tidak bisa<br />dikatakan berpacaran.<br /><br />Seperti biasanya, setiap hari Sabtu sore aku selalu mengajak Bobby,<br />****** pudel kesayanganku jalan-jalan mengelilingi Monas. Perlu<br />diketahui, aku memperoleh ****** itu dan Mas Herman, suaminya Mbak<br />Indri. Karena pemberiannya itu aku jadi menyukai Mas Herman. Padahal<br />tadinya aku benci sekali, karena menganggap Mas Herman telah merebut<br />Mbak Indri dan sisiku. Aku memang mudah sekali disogok. Apalagi oleh<br />sesuatu yang aku sukai. Karena sikap dan tingkah laku sehari-hariku<br />masih, dan aku belum bisa bersikap atau berpikir secara dewasa.<br /><br />Tanpa diduga sama sekali, aku bertemu dengan Linda. Tapi dia tidak<br />sendiri. Linda bersama Mamanya yang usianya mungkin sebaya dengan<br />Ibuku. Aku tidak canggung lagi, karena memang sudah saling mengenal.<br />Dan aku selalu memanggilnya Tante Maya.<br />"Bagus sekali ******nya..", piji Tante Maya.<br />"Iya, Tante. diberi sama Mas Herman", sahutku bangga.<br />"Siapa namanya?" tanya Tante Maya lagi.<br />"Bobby", sahutku tetap dengan nada bangga.<br /><br />Tante Maya meminjamnya sebentar untuk berjalan-jalan. Karena<br />terus-menerus memuji dan membuatku bangga, dengan hati dipenuhi<br />kebanggaan aku meminjaminya. Sementara Tante Maya pergi membawa<br />Bobby, aku dan Linda duduk di bangku taman dekat patung Pangeran<br />Diponegoro yang menunggang kuda dengan gagah. Tidak banyak yang kami<br />obrolkan, karena Tante Maya sudah kembali lagi dan memberikan Bobby<br />padaku sambil terus-menerus memuji. Membuat dadaku jadi berbunga dan<br />padat seperti mau meledak. Aku memang paling suka kalau dipuji.<br />Oh, ya..., Nanti malam kamu datang...", ujar Tante Maya sebelum<br />pergi.<br />"Ke rumah...?", tanyaku memastikan.<br />"Iya."<br />"Memangnya ada apa?" tanyaku lagi.<br />"Linda ulang tahun. Tapi nggak mau dirayakan. Katanya cuma mau<br />merayakannya sama kamu", kata Tante Maya Iangsung memberitahu.<br />"Kok Linda nggak bilang sih...?", aku mendengus sambil menatap Linda<br />yang jadi memerah wajahnya. Linda hanya diam saja.<br />"Jangan lupa jam tujuh malam, ya.." kata Tante Maya mengingatkan.<br />"Iya, Tante", sahutku.<br /><br />Dan memang tepat jam tujuh malam aku datang ke rumah Linda.<br />Suasananya sepi-sepi saja. Tidak terlihat ada pesta. Tapi aku<br />disambut Linda yang memakai baju seperti mau pergi ke pesta saja.<br />Tante Maya dan Oom Joko juga berpakaian seperti mau pesta. Tapi<br />tidak terlihat ada seorangpun tamu di rumah ini kecuali aku sendiri.<br />Dan memang benar, ternyata Linda berulang tahun malam ini. Dan hanya<br />kami berempat saja yang merayakannya.<br /><br />Perlu diketahui kalau Linda adalah anak tunggal di dalam keluarga<br />ini. Tapi Linda tidak manja dan bisa mandiri. Acara ulang tahunnya<br />biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Selesai makan malam,<br />Linda membawaku ke balkon rumahnya yang menghadap langsung ke<br />halaman belakang.<br /><br />Entah disengaja atau tidak, Linda membiarkan sebelah pahanya<br />tersingkap. Tapi aku tidak peduli dengan paha yang indah padat dan<br />putih terbuka cukup lebar itu. Bahkan aku tetap tidak peduli<br />meskipun Linda menggeser duduknya hingga hampir merapat denganku.<br />Keharuman yang tersebar dari tubuhnya tidak membuatku bergeming.<br /><br />Linda mengambil tanganku dan menggenggamnya. Bahkan dia<br />meremas-remas jari tanganku. Tapi aku diam saja, malah menatap<br />wajahnya yang cantik dan begitu dekat sekali dengan wajahku. Begitu<br />dekatnya sehingga aku bisa merasakan kehangatan hembusan napasnya<br />menerpa kulit wajahku. Tapi tetap saja aku tidak merasakan sesuatu.<br /><br />Dan tiba-tiba saja Linda mencium bibirku. Sesaat aku tersentak<br />kaget, tidak menyangka kalau Linda akan seberani itu. Aku menatapnya<br />dengan tajam. Tapi Linda malah membalasnya dengan sinar mata yang<br />saat itu sangat sulit ku artikan.<br />"Kenapa kau menciumku..?" tanyaku polos.<br />"Aku mencintaimu", sahut Linda agak ditekan nada suaranya.<br />"Cinta...?" aku mendesis tidak mengerti.<br /><br />Entah kenapa Linda tersenyum. Dia menarik tanganku dan menaruh di<br />atas pahanya yang tersingkap Cukup lebar. Meskipun malam itu Linda<br />mengenakan rok yang panjang, tapi belahannya hampir sampai ke<br />pinggul. Sehingga pahanya jadi terbuka cukup lebar. Aku merasakan<br />betapa halusnya kulit paha gadis ini. Tapi sama sekali aku tidak<br />merasakan apa-apa. Dan sikapku tetap dingin meskipun Linda sudah<br />melingkarkan tangannya ke leherku. Semakin dekat saja jarak wajah<br />kami. Bahkan tubuhku dengan tubuh Linda sudah hampir tidak ada jarak<br />lagi. Kembali Linda mencium bibirku. Kali ini bukan hanya mengecup,<br />tapi dia melumat dan mengulumnya dengan penuhl gairah. Sedangkan aku<br />tetap diam, tidak memberikan reaksi apa-apa. Linda melepaskan<br />pagutannya dan menatapku, Seakan tidak percaya kalau aku sama sekali<br />tidak bisa apa-apa.<br />"Kenapa diam saja...?" tanya Linda merasa kecewa atau menyesal<br />karena telah mencintai laki-laki sepertiku.<br /><br />Tapi tidak..., Linda tidak menampakkan kekecewaan atau penyesalan<br />Justru dia mengembangkan senyuman yang begitu indah dan manis<br />sekali. Dia masih melingkarkan tangannya ke leherku. Bahkan dia<br />menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku. Terasa padat dan<br />kenyal dadanya. Seperti ada denyutan yang hangat. Tapi aku tidak<br />tahu dan sama sekali tidak merasakan apa-apa meskipun Linda menekan<br />dadanya cukup kuat ke dadaku. Seakan Linda berusaha untuk<br />membangkitkan gairah kejantananku. Tapi sama Sekali aku tidak bisa<br />apa-apa. Bahkan dia menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku.<br />"Memangnya aku harus bagaimana?" aku malah balik bertanya.<br />"Ohh...", Linda mengeluh panjang.<br /><br />Dia seakan baru benar-benar menyadari kalau aku bukan hanya tidak<br />pernah pacaran, tapi masih sangat polos sekali. Linda kembali<br />mencium dan melumat bibirku. Tapi sebelumnya dia memberitahu kalau<br />aku harus membalasnya dengan cara-cara yang tidak pantas untuk<br />disebutkan. Aku coba untuk menuruti keinginannya tanpa ada perasaan<br />apa-apa.<br />"Ke kamarku, yuk...", bisik Linda mengajak.<br />"Mau apa ke kamar?", tanyaku tidak mengerti.<br />"Sudah jangan banyak tanya. Ayo..", ajak Linda setengah memaksa.<br />"Tapi apa nanti Mama dan Papa kamu tidak marah, Lin?", tanyaku masih<br />tetap tidak mengerti keinginannya.<br /><br />Linda tidak menyahuti, malah berdiri dan menarik tanganku. Memang<br />aku seperti anak kecil, menurut saja dibawa ke dalam kamar gadis<br />ini. Bahkan aku tidak protes ketika Linda mengunci pintu kamar dan<br />melepaskan bajuku. Bukan hanya itu saja, dia juga melepaskan<br />celanaku hingga yang tersisa tinggal sepotong celana dalam saja<br />Sedikitpun aku tidak merasa malu, karena sudah biasa aku hanya<br />memakai celana dalam saja kalau di rumah. Linda memandangi tubuhku<br />dan kepala sampai ke kaki. Dia tersenyum-senyum. Tapi aku tidak tahu<br />apa arti semuanya itu. Lalu dia menuntun dan membawanya ke<br />pembaringan. Linda mulai menciumi wajah dan leherku. Terasa begitu<br />hangat sekali hembusan napasnya.<br />"Linda.."<br /><br />Aku tersentak ketika Linda melucuti pakaiannya sendiri, hingga hanya<br />pakaian dalam saja yang tersisa melekat di tubuhnya. Kedua bola<br />mataku sampai membeliak lebar. Untuk pertama kalinya, aku melihat<br />sosok tubuh sempurna seorang wanita dalam keadaan tanpa busana.<br />Entah kenapa, tiba-tiba saja dadaku berdebar menggemuruh Dan ada<br />suatu perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyelinap di dalam hatiku.<br /><br />Sesuatu yang sama sekali aku tidak tahu apa namanya, Bahkan seumur<br />hidup, belum pernah merasakannya. Debaran di dalam dadaku semakin<br />keras dan menggemuruh saat Linda memeluk dan menciumi wajah serta<br />leherku. Kehangatan tubuhnya begitu terasa sekali. Dan aku menurut<br />saja saat dimintanya berbaring. Linda ikut berbaring di sampingku.<br />Jari-jari tangannya menjalar menjelajahi sekujur tubuhku. Dan dia<br />tidak berhenti menciumi bibir, wajah, leher serta dadaku yang bidang<br />dan sedikit berbulu.<br /><br />Tergesa-gesa Linda melepaskan penutup terakhir yang melekat di<br />tubuhnya. sehingga tidak ada selembar benangpun yang masih melekat<br />di sana. Saat itu pandangan mataku jadi nanar dan berkunang-kunang.<br />Bahkan kepalaku terasa pening dan berdenyut menatap tubuh yang polos<br />dan indah itu. Begitu rapat sekali tubuhnya ke tubuhku, sehingga aku<br />bisa merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Tapi aku masih<br />tetap diam, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Linda mengambil<br />tanganku dan menaruh di dadanya yang membusung padat dan kenyal.<br /><br />Dia membisikkan sesuatu, tapi aku tidak mengerti dengan<br />permintaannya. Sabar sekali dia menuntun jari-jari tanganku untuk<br />meremas dan memainkan bagian atas dadanya yang berwarna coklat<br />kemerahan. Tiba-tiba saja Linda. menjambak rambutku, dan membenamkan<br />Wajahku ke dadanya. Tentu saja aku jadi gelagapan karena tidak bisa<br />bernapas. Aku ingin mengangkatnya, tapi Linda malah menekan dan<br />terus membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Saat itu aku merasakan<br />sebelah tangan Linda menjalar ke bagian bawah perutku.<br />"Okh...?!".<br />Aku tersentak kaget setengah mati, ketika tiba-tiba merasakan<br />jari-jari tangan Limda menyusup masuk ke balik celana dalamku yang<br />tipis, dan..<br />"Linda, apa yang kau lakukan...?" tanyaku tidak mengerti, sambil<br />mengangkat wajahku dari dadanya.<br /><br />Linda tidak menjawab. Dia malah tersenyum. Sementara perasaan hatiku<br />semakin tidak menentu. Dan aku merasakan kalau bagian tubuhku yang<br />vital menjadi tegang, keras dan berdenyut serasa hendak meledak.<br />Sedangkan Linda malah menggenggam dan meremas-remas, membuatku<br />mendesis dan merintih dengan berbagai macam perasaan berkecamuk<br />menjadi satu. Tapi aku hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus<br />kulakukan. Linda kembali menghujani wajah, leher dan dadaku yang<br />sedikit berbulu dengan ciuman-ciumannya yang hangat dan penuh gairah<br />membara.<br /><br />Memang Linda begitu aktif sekali, berusaha membangkitkan gairahku<br />dengan berbagai macam cara. Berulang kali dia menuntun tanganku ke<br />dadanya yang kini sudan polos.<br />"Ayo dong, jangan diam saja...", bisik Linda disela-sela tarikan<br />napasnya yang memburu.<br />"Aku..., Apa yang harus kulakukan?" tanyaku tidak mengerti.<br />"Cium dan peluk aku...", bisik Linda.<br /><br />Aku berusaha untuk menuruti semua keinginannya. Tapi nampaknya Linda<br />masih belum puas. Dan dia semakin aktif merangsang gairahku.<br />Sementara bagian bawah tubuhku semakin menegang serta berdenyut.<br /><br />Entah berapa kali dia membisikkan kata di telingaku dengan suara<br />tertahan akibat hembusan napasnya yang memburu seperti lokomotif<br />tua. Tapi aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang d<br />ibisikkannya. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tidak tahu<br />apa-apa. Walau sudah berusaha melakukan apa saja yaang dimintanya.<br /><br />Sementara itu Linda sudah menjepit pinggangku dengan sepasang<br />pahanya yang putih mulus. Linda berada tepat di atas tubuhku,<br />sehingga aku bisa melihat seluruh lekuk tubuhnya dengan jelas sekali.<br /><br />Entah kenapa tiba-tiba sekujur tubuhku menggelelar ketika <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">kontol</a>ku<br />tiba-tiba menyentuh sesuatu yang lembab, hangat, dan agak basah.<br />Namun tiba-tiba saja Linda memekik, dan menatap bagian penisku.<br />Seakan-akan dia tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya.<br />Sedangkan aku sama sekali tidak mengerti. PadahaI waktu itu Linda<br />sudah dipengaruhi gejolak membara dengan tubuh polos tanpa sehelai<br />benangpun menempel di tubuhnya.<br />"Kau...", desis Linda terputus suaranya.<br />"Ada apa, Lin?" tanyaku polos.<br /><br />"Ohh...", Linda mengeluhh panjang sambil menggelimpangkan tubuhnya<br />ke samping. Bahkan dia langsung turun dari pembaringan, dan<br />menyambar pakaiannya yang berserakan di lantai. Sambil memandangiku<br />yang masih terbaring dalam keaadaan polos, Linda mengenakan lagi<br />pakaiannya. Waktu itu aku melihat ada kekecewaan tersirat di dalam<br />sorot matanya. Tapi aku tidak tahu apa yang membuatnya kecewa.<br />"Ada apa, Lin?", tanyaku tidak mengerti perubahan sikapnya yang<br />begitu tiba-tiba.<br />"Tidak..., tidak ada apa-apa, sahut Linda sambil merapihkan<br />pakaiannya.<br /><br />Aku bangkit dan duduk di sisi pembaringan. Memandangi Linda yang<br />sudah rapi berpakaian. Aku memang tidak mengerti dengan<br />kekecewannya. Linda memang pantas kecewa, karena alat kejantananku<br />mendadak saja layu. Padahal tadi Linda sudah hampir membawaku<br />mendaki ke puncak kenikmatan, sampai disini <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">cerita panas</a> ku,<br /><br />SelesaiUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-22134661945282765892009-12-21T01:53:00.000-08:002009-12-21T01:57:47.587-08:00Ibu Kost Yang Binal<span style="font-weight:bold;">Cerita panas</span>. aku adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang,sebut saja namaku jono.<br /><br />aku belum lama kuliah di sini, kira2 masih 1/2 tahun, trus aku bingung cari tempat kost.<br />selama berhari2 aku keliling daerah disekitar kampusku.<br />Rumah demi rumah aku masuki, hanya untuk mencari tempat kost.<br />Setalah lama aku mencarinya, aku berhenti sejenak, untuk melepas lelah sekaligus memulihkan energi. Aku beli minum di warung nasi Bu Marnie,<br />kuminum segelas es teh dan kunyalakan rokok yang tinggal 2 batang, lalu tiba2 mataku terperanjak saat aku melihat wanita sexy dengan memakai rok mini yang kalau dia duduk, celana dalamnya hampir kelihatan.<br />Mataku tak henti2nya melihatnya, tanpa berfikir panjang lalu aku hampiri saja.<br />Lalu aku bertanya<br /><br />"Permisi Mbak, Tau tempat kos yang murah ga disini?"<br />Lalu dia menjawab"O adek mau kost ya?"<br />aku menganggukan kepala, itu tanda iya<br />"Kost di tempat saya aja"pintanya<br />"di rumahku ga banyak kamar kok, lagian dulu rumahku juga tempat kost kok"<br />Tanpa berfikir panjang aku langsung menjawab"iya mbak kita lihat dulu tempatnya ya"<br />aku bayar minuman dan langsung meluncur ketempat mbak tersebut yang namanya Wina.<br /><br /><br />Dia berjalan di depanku, dan aku mengikutinya,sungguh indah sesuatu yang tertutupi oleh rok mini itu.<br />Ternyata rumahnya tidak jauh dari warung yang tadi.<br /><br />"Silahkan masuk dek, oh iya namanya siapa?"<br />"Jono mbak"jawabku dengan sopan dan lugu<br />"jangan panggil saya mbak, panggil saja wina"<br />"oooo............."<br />"saya nih masih muda kok,saya tinggal sendiri disini,ibuku telah meninggal sejak aku SMP" sambil menunjukan foto ibunya<br />"trus bapalnya dimana mbak?" tanyaku dengan serius<br />"bapaku menikah lagi"dengan nada rendah<br /><br />"ooo iya..... ini kamarmu dik jono"sambil membukakan pintu kamarnya<br />saat itu terlihat begitu besar dada wina, benar2 besar, kira2 36 lah ukurannya<br /><br />aku langsung setuju saja, tanpa melihat kamarnya lebih lama.<br />Tak terasa sudah sore, aku pun bergegas pulang ke tempat kost kakaku.<br /><br />Keesokan harinya, tepatnya hari minggu, aku langsung membawa perabotanku ketempat kosku yang baru. Mbak Wina menyambutku dengan ramah, sekarang dia mengenakan celana pendek yang sangat pendek.<br />Entah kenapa dia senang memakai pakaian yang mini.<br /><br />Tak kusadari saat aku sibuk dengan menata kamarku, ternya ta mbak Wina membuatkanku air minum.<br />Dalam hatiku bertanya"Keapa dia baik sekali ya?"<br /><br />Akhirnya aku selesai menata kamarku, Sedangkan Mbak Wina lagi asik nonton TV sambil tiduran di sofa.<br />Setelah itu aku mandi.Ternyata kamarmandinya jadi satu dengan kamarmandi Mbak Wina,.<br />Di kamarmandi aku melihat Beberapa Bra yang digantung, wah aku jadi berfikir yang tidak2.<br /><br />Ketika aku keluar dari kamarmandi, Mbak wina Sudah tertidur di depan TV.<br />Tak ku sia2kan kesempatan ini. Aku hampiri dia, lalu aku memandangi seluruh tubuh indah mbak Wina.<br />Aku masih mengenakan Handuk untuk menutupi Penisku. Jadi kelihatn menonjol kalau sedang menegang.<br /><br />Sungguh mulus kulit Wanita ini, Dadanya yang montok dan sintal, apa lagi bibirnya yang seksi, kecil tapi agak tebal membuat kejantananku bangkit.<br /><br />Tak begitu lama tiba2 mbak Wina Bangun dari tidurnya, Aku bingung sekali, aduh gimana nih......<br />Trus aku ngomong " Mbak Kalau tidur dikamar aja"<br /><br />"Iya dek Kamu dah selesai mandinya?"tanyanya dengan mata agak terpejam.<br />"udah mbak"<br />"wah badanmu kekarjuga yah"<br />"alah mbak nih bisa aja"sahutku dengan malu<br />"Dek kalau mau bikin kopi, ambil sendiri dapur ya"sambil berjalan menuju kamarnya.<br /><br />Pintu kamarnya tertutup rapat, akuga bisa ngintip.<br /><br />Saat malam tiba.<br />Aku sedang sibuk dengan komputerku, sedang mbak Wina Nonton TV di Sova seperti yang tadi.<br /><br />Tak begitu lama, dia masuk kekamarku.<br />"Dek lagi ngapain?"<br />"Nih lagi Buat animasi" Aku kuliah di fakultas Desain Grafis<br />"Wah bagus ya" Cletuknya<br /><br />Obrolan2 ringan kami lakukan<br />lalu yang bikin aku kaget adalah saat dia bertanya "Dek di komputermu ada Filem gituan ga?"<br />Aku langsung kaget<br />"ya jelas ada dong mbak, Kalau komputer ga ada Filem Gituannya namanya komputer ga sehat"Gurau ku<br />"HaHAHA, coba mana, lihat dunk"<br /><br />Langsung aja aku tunjukin filem barat.<br /><br />Aku agak degdegan juga sih,<br />setelah sekitar 5 menit kami nonton bersama, Mban Wina mulai ada gejala2 aneh.<br />mula2 dia bingung menata duduknya, trus lama kelamaan dia mulai menaruh tangannya di atas dadanya yang montok itu.<br />"Mak kenapa?" Tanyaku sedikit basa basi.<br />"Eh enggak, nih filem nya bagus ya" Jawabnya agak menutupi keterangsangannya<br />"Mbak dah sering nonton beginian ya?"tanyaku agak malu2<br />"Ga juga sih, paling2 kalau lagi pingin aja"jawabnya dengan tenang<br />"Mbak Ga pingin gituan?"tanyaku sambil tetap melihat adegan filem yang semakin panas itu<br /><br />Dia tak menjawab,kelihatannya dia masih keenakan dengan filem itu.<br /><br />Tak lama kemudian, Tak tau mengapa duduk kami menjadi semakin dekat, dan kemudian<br />tanggannya ternyata sudah ada di atas pangkuanku, tepat di aras pusakaku yang sudah menegak dari tadi.<br />Tanpa sempat berfikir, tangan Mbak Wina semakin menggila.Mula - mula dia hanya mengelus2 dengan pelan tapi leme kelamaan dia membuka resletingku.<br />Akupun tak mencegahnya.<br />Tak lama kemudian, celanaku sudah jauh berada di sudut kamarku, dan dia sidah mulai mengocok pusakaku, dan juga sesekali dia menghisap dan mengulumnya<br />Aku tak tahan merasa geli dan enak beracampur menjadi satu, sehingga aku tak sempat lagi menyaksikan filem itu.<br />aku pun mengimbanginya dengan meremas2 dengan mesra dada yang indah itu.<br />"oh enak mbak"<br />"kamu suka ga De'?"<br />"suka banget mbak"Dengan tanganku bergerila di sekitar dadanya, tak menunggu perintah aku langsung melucuti kaos ketat beserta Branya.<br /><br />Wah ternyata kulitnya bener2 mulus, dadanya juga montok apalagi dipucuknya terdapat puting yang indah dan siap untuk di permainkan.<br />Mulut dan lidahku mulai beraksi, kujilat, kukulum semua bagian dada Mbak Wina dengan nikmat, dan tanganku mulai mencoba masuk kedalam celana pendeknya yang super mini itu.<br />ternyata didalam celana itu ada sebuah gundukan daging yang sudah basah.<br />"Ah dek, enak dek" rintihnya perlahan<br /><br />Aku mulai membuka resletingnya, dan kubuka Celana dalamnya.<br />Wah benar2 indah sesuatu yang tersembunyi disini.<br />"Mbak ini bener2 menggairahkan"Rayuku, sambil aku menentuhnya dengan lembut di bagian lipatan paha itu<br />tak lama, aku langsung menciumi daerah sekitar paha itu, lalu aku menetap di daerah lipatan itu.<br />Benar - benar wangi, aroma khas wanita.<br /><br />"Aaaaaaaaaaaaaah dek, enak banget ahhhaahhh"rintihnya saat kujilati dan kuhisap2 mem*k yang sudah basah itu<br />"Iya dek lanjutkan dek, terus ahhh ought"<br /><br />"Masukin aja dek "<br />Mendengar kata itu, aku langsung bergegas.<a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">kontol</a>ku yang sudah siap untuk menghujangnya aku persiapkan.<br />dia terlentang dengan pasrah. aku masukan pusakaku yang ga terlalu besarsih, tapi lebih panjang jika dibandingkan dengan milik orang asli indonesia.<br /><br />"Kok seret ya mbak?"tanyaku<br />berkali2 aku coba memasukan, sangat sulit.<br />"iya nih jarang dipake kok"guraunya.<br /><br />akhirnya aku bisa memasukannya<br />"ahh ayo dek mainkan"desahnya membuatku semakin bernafsu.<br /><br />aku mulai melakukan gerakan kluar masuk.<br />Lama kelamaan terasa ritme yang tetap, dan dia mengimbangi irama yang aku mainkan.<br />Suara yang khas dari tepukan paha kami membuat irama yang sungguh indah.<br /><br />Semakin lama irama menjadi semakin cepat<br />"ooouuuuuhhh aaaahh iya dek itu enak dek"rintihnya lagi<br />"ahhhh dekkkkkkkkkkk aku hampir nih"<br />"iya mbak kluarkan aja"<br /><br /><br />"iya dek, nih"<br />"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHH"rintihnya seiring dengan kurasakannya cairan hangat di dalam mem*k itu.<br /><br />akhirnya kami ganti posisi dengan gaya DoGy<br />"ayo dek, maenkan lagi"<br />"Iya mbak"<br />aku sudah mulai panas, irama semakin keras dan dia jadi semakin sering mengeluarkan cairan hangat itu.<br /><br />"ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh enak dek, lagi dunk"Setiap dia mulai klimaks, selalu ngomong kayak gitu.<br /><br />Akhirnya aku merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari pusaka ini,seolah tak mau ditahan.<br />"aaaahhhh Mbak aku hampir kluar nih"<br />"Kluarin didalam aja dik, aku juga hampir nih ahhh"<br />"Kita bareng2 aja ya mbak"pintaku.<br /><br />"Iya ddiiieekk,ahhh"<br />"hampirmbak"<br /><br />"Ah ahhh UHHH aHHHHHHHHHHHHHAAAAAHHH"cairan yang panas keluar dari pusaka ku seiring dengan sesuatu yang panas juga kluar di dalam mem*k nikmat itu<br /><br />Kemidian kami terkulai tak berdaya di atas ranjangku, pusakaku masih menancap di mem*k indah itu.<br />Dan filem dikomputerku tetap menyala hingga pagi hari.<br /><br />Selanjutnya kami semakin sering melakukannya, kadang di sofa, di kamar mandi, bahkan di dapur juga pernah dan yang aneh lagi, di kebun belakang juga pernah.walau sudah banyak yang kost disini.<br />saat sepi kami manfaatkan waktu itu.<br /><br />TamatUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-53256029310642571872009-12-19T23:12:00.000-08:002009-12-19T23:18:53.855-08:00Istri Temen ku yang seksi<a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita panas</a> kali ini tentang godaan rumput tetangga memang terlihat lebih hijau, istri teman memang lebih terlihat seksi dan kitapun ingin mencobanya. Kenalkan nama saya Anis, usia 40 tahun, berat badan 57 kg, rambut hitam lurus dengan warna kulit antara kehitaman dan kemerahan. Sejak kecil saa tergolong pendiam, kurang pergaulan dan pengalaman. Saya berasal dari keluarga yang hidup sederhana di suatu desa agak terpencil kurang lebih 3 km dari ibu kota kecamatanku. Saya dibesarkan oleh kedua orangtuaku dengan 5 saudara perempuanku. Jujur saja saya adalah suku B, yang ingin mengungkapkan pengalaman hidupku yang tergolong aneh seperti halnya teman-teman lainnya melalui cerita porno di internet.<br /><br />Singkat cerita, setelah saya menikah dengan seorang perempuan pilihan orangtuaku, saya mencoba hidup mandiri bersama istri sebagai bentuk rasa tanggungjawab saya sebagai suami dan kepala rumah tangga, meskipun rasa cintaku pada istriku tersebut belum mendalam, namun tetap saya coba menerima kenyataan ini siapa tahu di kemudian hari saya kami bisa saling mencintai secara penuh, lagi pula memang saya belum pernah sama sekali jatuh cinta pada wanita manapun sebelumnya.<br /><br />Kami coba mengadu nasib di kota Kabupatenku dengan mengontrak rumah yang sangat sederhana. Beberapa bidang usaha saya coba tekuni agar dapat menanggulangi keperluan hidup kami sehari-hari, namun hingga kami mempunyai 3 orang anak, nasib kami tetap belum banyak berubah. Kami masih hidup pas-pasan dan bahkan harapanku semula untuk mempertebal kecintaanku terhadap istriku malah justru semakin merosot saja. Untung saja, saya orangnya pemalu dan sedikit mampu bersabar serta terbiasa dalam penderitaan, sehingga perasaanku itu tidak pernah diketahui oleh siapapun termasuk kedua orangtua dan saudara-saudaraku.<br /><br />Entah pengaruh setan dari mana, suatu waktu tepatnya Bulan Oktober 2003 aku sempatkan diri berkunjung ke rumah teman lamaku sewaktu kami sama-sama di SMA dulu. Sebut saja namanya Azis. Dia baru saja pulang dari Kalimantan bersama dengan istrinya, yang belakangan saya ketahui kalau istrinya itu adalah anak majikannya sewaktu dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di sana. Mereka juga melangsungkan perkawinan bukan atas dasar saling mencintai, melainkan atas dasar jasa dan balas budi.<br /><br />Sekitar pukul 17.00 sore, saya sudah tiba di rumah Azis dengan naik ojek yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah kontrakan kami. Merekapun masih tinggal di rumah kontrakan, namun agak besar dibanding rumah yang kami kontrak. Maklum mereka sedikit membawa modal dengan harapan membuka usaha baru di kota Kabupaten kami. Setelah mengamati tanda-tanda yang telah diberitahukan Azis ketika kami ketemu di pasar sentral kota kami, saya yakin tidak salah lagi, lalu saya masuk mendekati pintu rumah itu, ternyata dalam keadaan tertutup.<br /><br />"Dog.. Dog.. Dog.. Permisi ada orang di rumah" kalimat penghormatan yang saya ucapkan selama 3 kali berturut-turut sambil mengetuk-ngetuk pintunya, namun tetap tidak ada jawaban dari dalam. Saya lalu mencoba mendorong dari luar, ternyata pintunya terkunci dari dalam, sehingga saya yakin pasti ada orang di dalam rumah itu. Hanya saja saya masih ragu apakah rumah yang saya ketuk pintunya itu betul adalah rumah Azis atau bukan. Saya tetap berusaha untuk memastikannya. Setelah duduk sejenak di atas kursi yang ada di depan pintu, saya coba lagi ketuk-ketuk pintunya, namun tetap tidak ada tanda-tanda jawaban dari dalam. Akhirnya saya putuskan untuk mencoba mengintip dari samping rumah. Melalui sela-sela jendela di samping rumahnya itu, saya sekilas melihat ada kilatan cahaya dalam ruangan tamu, tapi saya belum mengetahui dari mana sumber kilatan cahaya itu. Saya lalu bergeser ke jendela yang satunya dan ternyata saya sempat menyaksikan sepotong tubuh tergeletak tanpa busana dari sebatas pinggul sampai ujung kaki. Entah potongan tubuh laki-laki atau wanita, tapi tampak putih mulus seperti kulit wanita.<br /><br />Dalam keadaan biji mataku tetap kujepitkan pada sela jendela itu untuk melihat lebih jelas lagi keadaan dalam rumah itu, dibenak saya muncul tanda tanya apa itu tubuh istrinya Azis atau Azis sendiri atau orang lain. Apa orang itu tertidur pula sehingga tersingkap busananya atau memang sengaja telanjang bulat. Apa ia sedang menyaksikan acara TV atau sedang memutar VCD porno, sebab sedikit terdengar ada suara TV seolah film yang diputar. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu mengganggu pikiranku sampai akhirnya aku kembali ke depan pintu semula dan mencoba mengetuknya kembali. Namun baru saja sekali saya ketuk, pintunya tiba-tiba terbuka lebar, sehingga aku sedikit kaget dan lebih kaget lagi setelah menyaksikan bahwa yang berdiri di depan pintu adalah seorang wanita muda dan cantik dengan pakaian sedikit terbuka karena tubuhnya hanya ditutupi kain sarung. Itupun hanya bagian bawahnya saja.<br /><br />"Selamat siang," kembali saya ulangi kalimat penghormatan itu.<br /><br />"Ya, siang," jawabnya sambil menatap wajah saya seolah malu, takut dan kaget.<br /><br />"Dari mana Pak dan cari siapa," tanya wanita itu.<br /><br />"Maaf dik, numpang tanya, apa betul ini rumah Azis," tanya saya.<br /><br />"Betul sekali pak, dari mana yah?" tanya wanita itu lemah lembut.<br /><br />"Saya tinggal tidak jauh dari sini dik, saya ingin ketemu Azis. Beliau adalah teman lama saya sewaktu kami sama-sama duduk di SMA dulu," lanjut saya sambil menyodorkan tangan saya untuk menyalaminya. Wanita itu mebalasnya dan tangannya terasa lembut sekali namun sedikit hangat.<br /><br />"Oh, yah, syukur kalau begitu. Ternyata ia punya teman lama di sini dan ia tak pernah ceritakan padaku," ucapannya sambil mempersilahkanku masuk. Sayapun langsung duduk di atas kursi plastik yang ada di ruang tamunya sambil memperhatikan keadaan dalam rumah itu, termasuk letak tempat tidur dan TVnya guna mencocokkan dugaanku sewaktu mengintip tadi<br /><br />Setelah saya duduk, saya berniat menanyakan hubungannya dengan Azis, tapi ia nampak buru-buru masuk ke dalam, entah ia mau berpakaian atau mengambil suatu hidangan. Hanya berselang beberapa saat, wanita itu sudah keluar kembali dalam keadaan berpakaian setelah tadinya tidak memakai baju, bahkan ia membawa secangkir kopi dan kue lalu diletakkan di atas meja lalu mempersilahkanku mencicipinya sambil tersenyum.<br /><br />"Maaf dik, kalau boleh saya tanya, apa adik ini saudara dengan Azis?" tanyaku penuh kekhawatiran kalau-kalau ia tersinggung, meskipun saya sejak tadi menduga kalau wanita itu adalah istri Azis.<br /><br />"Saya kebetulan istrinya pak. Sejak 3 tahun lalu saya melangsungkan pernikahan di Kalimantan, namun Tuhan belum mengaruniai seorang anak," jawabnya dengan jujur, bahkan sempat ia cerita panjang lebar mengenai latar belakang perkawinannya, asal usulnya dan tujuannya ke Kota ini.<br /><br />Setelah saya menyimak ulasannya mengenai dirinya dan kehidupannya bersama Azis, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa wanita itu adalah suku di Kalimantan yang asal usul keturunannya juga berasal dari suku di Sulawesi. Ia kawin dengan Azis atas dasar jasa-jasa dan budi baik mereka tanpa didasari rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam, seperti halnya yang menimpa keluarga saya. Ia tetap berusaha dan berjuang untuk menggali nilai-nilai cinta yang ada pada mereka berdua siapa tahu kelak bisa dibangun. Anehnya, meskipun kami baru ketemu, namun ia seolah ingin membeberkan segala keadaan hidup yang dialaminya bersama suami selama ini, bahkan terkesan kami akrab sekali, saling menukar pengalaman rahasia rumah tangga tanpa ada yang kami tutup-tupi. Lebih heran lagi, selaku orang pendiam dan kurang pergaulan, saya justru seolah menemukan diriku yang sebenarnya di rumah itu. Karena senang, bahagia dan asyiknya perbincangan kami berdua, sampai-sampai saya hampir lupa menanyakan ke mana suaminya saat ini. Setelah kami saling memahami kepribadian, maka akhirnya sayapun menanyakan Azis (suaminya itu).<br /><br />"Oh yah, hampir lupa, ke mana Azis sekarang ini, kok dari tadi tidak kelihatan?" tanyaku sambil menyelidiki semua sudut rumah itu.<br /><br />"Kebetulan ia pulang kampung untuk mengambil beras dari hasil panen orangtuanya tadi pagi, tapi katanya ia tidak bermalam kok, mungkin sebentar lagi ia datang. Tunggu saja sebentar," jawabnya seolah tidak menghendaki saya pulang dengan cepat hanya karena Azis tidak di rumah.<br /><br />"Kalau ke kampung biasanya jam berapa tiba di sini," tanyaku lebih lanjut.<br /><br />"Sekitar jam 8.00 atau 9.00 malam," jawabnya sambil menoleh ke jam dinding yang tergantung dalam ruangan itu. Padahal saat ini tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 7.00 malam.<br /><br />Tak lama setelah itu, ia nampaknya buru-buru masuk ke ruang dapur, mungkin ia mau menyiapkan makan malam, tapi saya teriak dari luar kalau saya baru saja makan di rumah dan melarangnya ia repot-repot menyiapkan makan malam. Tapi ia tetap menyalakan kompornya lalu memasak seolah tak menginginkan aku kembali dengan cepat. Tak lama sesudah itu, iapun kembali duduk di depan saya melanjutkan perbincangannya. Sayapun tak kehabisan bahan untuk menemaninya. Mulai dari soal-soal pengalaman kami di kampung sewaktu kecil hingga soal rumah tangga kami masing-masing.<br /><br />Karena nampaknya kami saling terbuka, maka sayapun berani menanyakan tentang apa yang dikerjakannya tadi, sampai lama sekali baru dibukakan pintu tanpa saya beritahu kalau saya mengintipnya tadi dari selah jendela. Kadang ia menatapku lalu tersenyum seolah ada sesuatu berita gembira yang ingin disampaikan padaku.<br /><br />"Jadi bapak ini lama mengetuk pintu dan menunggu di luar tadi?" tanyanya sambil tertawa.<br />"Sekitar 30 menit barangkali, bahkan hampir saya pulang, tapi untung saya coba kembali mengetuk pintunya dengan keras," jawabku terus terang.<br />"Ha.. Ha.. Ha.. Saya ketiduran sewaktu nonton acara TV tadi," katanya dengan jujur sambil tertawa terbahak-bahak.<br />"Tapi bapak tidak sampai mengintip di samping rumah kan? Maklum kalau saya tertidur biasanya terbuka pakaianku tanpa terasa," tanyanya seolah mencurigaiku tadi. Dalam hati saya jangan-jangan ia sempat melihat dan merasa diintip tadi, tapi saya tidak boleh bertingkah yang mencurigakan.<br /><br />"Ti.. Ti.. Dak mungkin saya lakukan itu dik, tapi emangnya kalau saya ngintip kenapa?" kataku terbata-bata, maklum saya tidak biasa bohong.<br /><br />"Tidak masalah, cuma itu tadi, saya kalau tidur jarang pakai busana, terasa panas. Tapi perasaan saya mengatakan kalau ada orang tadi yang mengintipku lewat jendela sewaktu aku tidur. Makanya saya terbangun bersamaan dengan ketukan pintu bapak tadi," ulasnya curiga namun tetap ia ketawa-ketawa sambil memandangiku.<br /><br />"M.. Mmaaf dik, sejujurnya saya sempat mengintip lewat sela jendela tadi berhubung saya terlalu lama mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Jadi saya mengintip hanya untuk memastikan apa ada atau tidak ada orang di dalam tadi. Saya tidak punya maksud apa-apa," kataku dengan jujur, siapa tahu ia betul melihatku tadi, aku bisa dikatakan pembohong.<br /><br />"Jadi apa yang bapak lihat tadi sewaktu mengintip ke dalam? Apa bapak sempat melihatku di atas tempat tidur dengan telanjang bulat?" tanyanya penuh selidik, meskipun ia masih tetap senyum-senyum.<br /><br />"Saya tidak sempat melihat apa-apa di dalam kecuali hanya kilatan cahaya TV dan sepotong kaki," tegasku sekali lagi dengan terus terang.<br /><br />"Tidak apa-apa, saya percaya ucapan bapak saja. Lagi pula sekiranya bapak melihatku dalam keadaan tanpa busana, bapak pasti tidak heran, dan bukan soal baru bagi bapak, karena apa yang ada dalam tubuh saya tentu sama dengan milik istri bapak, yah khan?" ulasnya penuh canda. Lalu ia berlari kecil masuk ke ruang dapur untuk memastikan apa nasi yang dimasaknya sudah matang atau belum.<br /><br />Waktu di jam dinding menunjukkan sudah pukul 8.00, namun Azis belum juga datang. Dalam hati kecilku, Jangan-jangan Azis mau bermalam di kampungnya, aku tidak mungkin bermalam berdua dengan istrinya di rumah ini. Saya lalu teriak minta pamit saja dengan alasan nanti besok saja ketemunya, tapi istri Azis berteriak melarangku dan katanya,<br /><br />"Tunggu dulu pak, nasi yang saya masak buat bapak sudah matang. Kita makan bersama saja dulu, siapa tahu setelah makan Azis datang, khan belum juga larut malam, apalagi kita baru saja ketemu," katanya penuh harap agar aku tetap menunggu dan mau makan malam bersama di rumahnya.<br /><br />Tak lama kemudian, iapun keluar memanggilku masuk ke ruang dapur untuk menikmati hidangan malamnya. Sambil makan, kamipun terlibat pembicaraan yang santai dan penuh canda, sehingga tanpa terasa saya sempat menghabiskan dua piring nasi tanpa saya ingat lagi kalau tadi saya bilang sudah kenyang dan baru saja makan di rumah. Malu sendiri rasanya.<br /><br />"Bapak ini nampaknya masih muda. Mungkin tidak tepat jika aku panggil bapak khan? Sebaiknya aku panggil kak, abang atau Mas saja," ucapnya secara tiba-tiba ketika aku meneguk air minum, sehingga aku tidak sempat menghabiskan satu gelas karena terasa kenyang sekali. Apalagi saya mulai terayu atau tersanjung oleh seorang wanita muda yang baru saja kulihat sepotong tubuhnya yang mulus dan putih? Tidak, saya tidak boleh berpikir ke sana, apalagi wanita ini adalah istri teman lamaku, bahkan rasanya aku belum pernah berpikir macam-macam terhadap wanita lain sebelum ini. Aku kendalikan cepat pikiranku yang mulai miring. Siapa tahu ada setan yang memanfaatkannya.<br /><br />"Bolehlah, apa saja panggilannya terhadapku saya terima semua, asalkan tidak mengejekku. Hitung-hitung sebagai panggilan adik sendiri," jawabku memberikan kebebasan.<br />"Terima kasih Kak atau Mas atas kesediaan dan keterbukaannya" balasnya.<br /><br />Setelah selesai makan, aku lalu berjalan keluar sambil memandangi sudut-sudut ruangannya dan aku sempat mengalihkan perhatianku ke dalam kamar tidurnya di mana aku melihat tubuh terbaring tanpa busana tadi. Ternyata betul, wanita itulah tadi yang berbaring di atas tempat tidur itu, yang di depannya ada sebuah TV color kira-kira 21 inc. Jantungku tiba-tiba berdebar ketika aku melihat sebuah celana color tergeletak di sudut tempat tidur itu, sehingga aku sejenak membayangkan kalau wanita yang baru saja saya temani bicara dan makan bersama itu kemungkinan besar tidak pakai celana, apalagi yang saya lihat tadi mulai dari pinggul hingga ujung kaki tanpa busana. Namun pikiran itu saya coba buang jauh-jauh biar tidak mengganggu konsentrasiku.<br /><br />Setelah aku duduk kembali di kursi tamu semula, tiba-tiba aku mendengar suara TV dari dalam, apalagi acaranya kedengaran sekali kalau itu yang main adalah film Angling Dharma yaitu film kegemaranku. Aku tidak berani masuk nonton di kamar itu tanpa dipanggil, meskipun aku ingin sekali nonton film itu. Bersamaan dengan puncak keinginanku, tiba-tiba,<br /><br />"Kak, suka nggak nonton filmnya Angling Dharma?" teriaknya dari dalam kamar tidurnya.<br />"Wah, itu film kesukaanku, tapi sayangnya TV-nya dalam kamar," jawabku dengan cepat dan suara agak lantang.<br />"Masuk saja di sini kak, tidak apa-apa kok, lagi pula kita ini khan sudah seperti saudara dan sudah saling terbuka" katanya penuh harap.<br /><br />Lalu saya bangkit dan masuk ke dalam kamar. Iapun persilahkan aku duduk di pinggir tempat tidur berdampingan dengannya. Aku agak malu dan takut rasanya, tapi juga mau sekali nonton film itu.<br />Awalnya kami biasa-biasa saja, hening dan serius nontonnya, tapi baru sekitar setengah jam acara itu berjalan, tiba-tiba ia menawarkan untuk nonton film dari VCD yang katanya lebih bagus dan lebih seru dari pada filmnya Angling Dharma, sehingga aku tidak menolaknya dan ingin juga menyaksikannya. Aku cemas dan khawatir kalau-kalau VCD yang ditawarkan itu bukan kesukaanku atau bukan yang kuharapkan.<br /><br />Setelah ia masukkan kasetnya, iapun mundur dan kembali duduk tidak jauh dari tempat dudukku bahkan terkesan sedikit lebih rapat daripada sebelumnya. Gambarpun muncul dan terjadi perbincangan yang serius antara seorang pria dan seorang wanita Barat, sehingga aku tidak tahu maksud pembicaraan dalam film itu. Baru saja aku bermaksud meminta mengganti filmnya dengan film Angling Dharma tadi, tiba-tiba kedua insan dalam layar itu berpelukan dan berciuman, saling mengisap lidah, bercumbu rayu, menjilat mulai dari atas ke bawah, bahkan secara perlahan-lahan saling menelanjangi dan meraba, sampai akhirnya saya menatapnya dengan tajam sekali secara bergantian menjilati kemaluannya, yang membuat jantungku berdebar, tongkatku mulai tegang dan membesar, sekujur tubuhku gemetar dan berkeringat, lalu sedikit demi sedikit aku menoleh ke arah wanita disampingku yakni istri teman lamaku. Secara bersamaan iapun sempat menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke layar. Tentu aku tidak mampu lagi membendung birahiku sebagai pria normal, namun aku tetap takut dan malu mengutarakan isi hatiku.<br /><br />"Mas, pak, suka nggak filmnya? Kalau nggak suka, biar kumatikan saja," tanyanya seolah memancingku ketika aku asyik menikmatinya.<br />"Iiyah, bolehlah, suka juga, kalau adik, memang sering nonton film gituan yah?" jawabku sedikit malu tapi mau dan suka sekali.<br />"Saya dari dulu sejak awal perkawinan kami, memang selalu putar film seperti itu, karena kami sama-sama menyukainya, lagi pula bisa menambah gairah sex kami dikala sulit memunculkannya, bahkan dapat menambah pengalaman berhubungan, syukur-syukur jika sebagian bisa dipraktekkan.<br />"Sungguh kami ketinggalan. Saya kurang pengalaman dalam hal itu, bahkan baru kali ini saya betul-betul bisa menyaksikan dengan tenang dan jelas film seperti itu. Apalagi istriku tidak suka nonton dan praktekkan macam-macam seperti di film itu," keteranganku terus terang.<br />"Tapi kakak suka nonton dan permainan seperti itu khan?" tanyanya lagi.<br />"Suka sekali dan kelihatannya nikmat sekali yach," kataku secara tegas.<br />"Jika istri kakak tidak suka dan tidak mau melakukan permainan seperti itu, bagaimana kalau aku tawarkan kerjasama untuk memperaktekkan hal seperti itu?" tanya istri teman lamaku secara tegas dan berani padaku sambil ia mendempetkan tubuhnya di tubuhku sehingga bisikannya terasa hangat nafasnya dipipiku.<br /><br />Tanpa sempat lagi aku berfikir panjang, lalu aku mencoba merangkulnya sambil menganggukkan kepala pertanda setuju. Wanita itupun membalas pelukanku. Bahkan ia duluan mencium pipi dan bibirku, lalu ia masukkan lidahnya ke dalam mulutku sambil digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, akupun membalasnya dengan lahap sekali. Aku memulai memasukkan tangan ke dalam bajunya mencari kedua payudaranya karena aku sama sekali sudah tidak mampu lagi menahan birahiku, lagi pula kedua benda kenyal itu saya sudah hafal tempatnya dan sudah sering memegangnya. Tapi kali ini, rasanya lain daripada yang lain, sedikit lebih mulus dan lebih keras dibanding milik istriku. Entah siapa yang membuka baju yang dikenakannya, tiba-tiba terbuka dengan lebar sehingga nampak kedua benda kenyal itu tergantung dengan menantang. Akupun memperaktekkan apa yang barusan kulihat dalam layar tadi yakni menjilat dan mengisap putingnya berkali-kali seolah aku mau mengeluarkan air dari dalamnya. Kadang kugigit sedikit dan kukunyah, namun wanita itu sedikit mendorong kepalaku sebagai tanda adanya rasa sakit.<br /><br />Selama hidupku, baru kali ini aku melihat pemandangan yang indah sekali di antara kedua paha wanita itu. Karena tanpa kesulitan aku membuka sarung yang dikenakannya, langsung saja jatuh sendiri dan sesuai dugaanku semula ternyata memang tidak ada pelapis kemaluannya sama sekali sehingga aku sempat menatap sejenak kebersihan vagina wanita itu. Putih, mulus dan tanpa selembar bulupun tumbuh di atas gundukan itu membuat aku terpesona melihat dan merabanya, apalagi setelah aku memberanikan diri membuka kedua bibirnya dengan kedua tanganku, nampak benda kecil menonjol di antara kedua bibirnya dengan warna agak kemerahan. Ingin rasanya aku telan dan makan sekalian, untung bukan makanan, tapi sempat saya lahap dengan lidahku hingga sedalam-dalamnya sehingga wanita itu sedikit menjerit dan terengah-engah menahan rasa nikmatnya lidah saya, apalagi setelah aku menekannya dalam-dalam.<br /><br />"Kak, aku buka saja semua pakaiannya yah, biar aku lebih leluasa menikmati seluruh tubuhmu," pintanya sambil membuka satu persatu pakaian yang kukenakan hingga aku telanjang bulat. Bahkan ia nampaknya lebih tidak tahan lagi berlama-lama memandangnya. Ia langsung serobot saja dan menjilati sekujur tubuhku, namun jilatannya lebih lama pada biji pelerku, sehingga pinggulku bergerak-gerak dibuatnya sebagai tanda kegelian. Lalu disusul dengan memasukkan penisku ke mulutnya dan menggocoknya dengan cepat dan berulang-ulang, sampai-sampai terasa spermaku mau muncrat. Untung saya tarik keluar cepat, lalu membaringkan ke atas tempat tidurnya dengan kaki tetap menjulang ke lantai biar aku lebih mudah melihat, dan menjamahnya. Setelah ia terkulai lemas di atas tempat tidur, akupun mengangkanginya sambil berdiri di depan gundukkan itu dan perlahan aku masukkan ujung penisku ke dalam vaginanya lalu menggerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan maju dan mundur, akhirnya dapat masuk tanpa terlalu kesulitan.<br /><br />"Dik, model yang bagaimana kita terapkan sekarang? Apa kita ikuti semua posisi yang ada di layar TV tadi," tanyaku berbisik.<br /><br />"Terserah kak, aku serahkan sepenuhnya tubuhku ini pada kakak, mana yang kakak anggap lebih nikmat dan lebih berkesan sepanjang hayat serta lebih memuaskan kakak," katanya pasrah. Akupun meneruskan posisi tidur telentang tadi sambil aku berdiri menggocok terus, sehingga menimbulkan bunyi yang agak menambah gairah sexku.<br /><br />"Ahh.. Uhh.. Ssstt.. Hmm.. Teeruus kak, enak sekali, gocok terus kakak, aku sangat menikmatinya," demikian pintanya sambil terengah dan berdesis seperti bunyi jangkrik di dalam kamarnya itu.<br /><br />"Dik, gimana kalau saya berbaring dan adik mengangkangiku, biar adik lebih leluasa goyangannya," pintaku padanya.<br /><br />"Aku ini sudah hampir memuncak dan sudah mulai lemas, tapi kalau itu permintaan kakak, bolehlah, aku masih bisa bertahan beberapa menit lagi," jawabnya seolah ingin memuaskanku malam itu.<br /><br />Tanpa kami rasakan dan pikirkan lagi suaminya kembali malam itu, apalagi setelah jam menunjukkan pukul 9.30 malam itu, aku terus berusaha menumpahkan segalanya dan betul-betul ingin menikmati pengalaman bersejarah ini bersama dengan istri teman lamaku itu. Namun sayangnya, karena keasyikan dan keseriusan kami dalam bersetubuh malam itu, sehingga baru sekitar 3 menit berjalan dengan posisi saya di bawah dan dia di atas memompa serta menggoyang kiri kanan pinggulnya, akhirnya spermakupun tumpah dalam rahimnya dan diapun kurasakan bergetar seluruh tubuhnya pertanda juga memuncak gairah sexnya. Setelah sama-sama puas, kami saling berciuman, berangkulan, berjilatan tubuh dan tidur terlentang hingga pagi.<br /><br />Setelah kami terbangun hampir bersamaan di pagi hari, saya langsung lompat dari tempat tidur, tiba-tiba muncul rasa takut yang mengecam dan pikiranku sangat kalut tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Saya menyesal tapi ada keinginan untuk mengulanginya bersama dengan wanita itu. Untung malam itu suaminya tidak kembali dan kamipun berusaha masuk kamar mandi membersihkan diri. Walaupun terasa ada gairah baru lagi ingin mengulangi di dalam kamar mandi, namun rasa takutku lebih mengalahkan gairahku sehingga aku mengurungkan niatku itu dan langsung pamit dan sama-sama berjanji akan mengulanginya jika ada kesempatan. Saya keluar dari rumah tanpa ada orang lain yang melihatku sehingga saya yakin tidak ada yang mencurigaiku. Soal istriku di rumah, saya bisa buat alasan kalau saya ketemu dan bermalam bersama dengan sahabat lamaku, demikian <a href="http://ceritaseks17thn.blogspot.com/">cerita seks</a> kami.Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-76569376707536809972009-12-07T09:10:00.000-08:002009-12-07T09:14:56.201-08:00Seks Di Kolam RenangCerita Panas - Universitas swasta ternama sedang dalam masa liburan akhir semester genap. Kebanyakan mahasiswa yang ngekost di daerah sekitar kampus kembali ke daerah asalnya. Saat itu adalah jam enam lebih di kolam renang milik kampus terletak di seberang gedung itu. Semakin waktu berjalan semakin sedikit orang yang berenang di sana hingga akhirnya hanya tersisa dua orang gadis yang adalah mahasiswi universitas itu. Mereka pun sepertinya sudah hendak pulang juga karena disana sudah tidak ada siapapun lagi selain mereka.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_-QzHaHjalQY/SMaG1Nha6PI/AAAAAAAAAz0/q_yKBXKbkMU/s400/6.+kentut.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 348px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_-QzHaHjalQY/SMaG1Nha6PI/AAAAAAAAAz0/q_yKBXKbkMU/s400/6.+kentut.jpg" border="0" alt="" /></a><br />“Jo, kita udahan aja yuk, tinggal duaan nih !” kata gadis yang berambut panjang dikuncir ekor kuda itu pada temannya yang sedang duduk di tepi kolam sambil menepuk-nepuk kakinya ke air. Dia juga lalu naik ke atas dan duduk di sebelah temannya itu.<br />“Iya bentar yah Vi, gua bales ini dulu” balas temannya.<br />“Serem juga yah udah gelap gini di sini” kata Devi sambil melihat sekeliling yang telah sepi, melalui kubah kaca di atas terlihat langit sudah gelap dan lampu-lampu dipinggiran kolam mulai dinyalakan.<br />“Eh tunggu bentar dong !” Joane memegangi lengan temannya itu ketika hendak berdiri dan membereskan barangnya.<br />“Aaahh…tenang aja gua baru mau beresin barang dulu kok, lu selesaiin aja SMSnya sana !” kata Devi.<br />“Iya, iya gua udah beres kok Vi, gua cuma mau ngajak lu main game dikit kok” kata Joane lagi, “gini nih Vi, mumpung sekarang udah sepi gimana kalau kita adu nyali berenang ke seberang sana terus balik sini lagi, tapi ga pake apa-apa” senyum nakal mengembang di wajah cantiknya.<br />“Ai gila lu Jo, emang ini vila si Cindy apa ? kalau ada yang ngeliatin gimana” Devi agak kaget dengan tantangan temannya itu.<br />“Tenang gua jagain, pintu masuk orang luar kan cuma dari sana, ntar kalo ada yang masuk gua alihin dulu perhatiannya biar lu sempat make baju renanglu dulu”<br />“Ngga ah-ngga ah…kalau ada yang liat mau taro dimana nih muka !” kata Devi malu-malu.<br />“Yah lu, kok jadi kaya anak mami gitu, ga seru ah !” ujar Joane menyikut lengan Devi “Gini aja, kan gua yang kasih tantangan, jadi gua mulai dulu yah, ntar kalau lu ngga mau berarti lu penakut gimana ?” tantangnya.<br />Akhirnya Joane dengan cuek menurunkan baju renang one piecenya mulai dari bahu dipelorotinya hingga bugil.<br />“Jo…edan lu yah, nekad amat” kata Devi dengan wajah cemas dan celingak-celinguk memastikan tidak ada siapa-siapa.<br />“Nih, titip dulu yah !” Joane menyerahkan baju renangnya pada Devi.<br />‘Byur !’ Joane langsung menceburkan diri ke air setelah menitipkan pakaian renangnya. Suara kecipak air terdengar jelas sekali di ruang yang sudah sepi itu. Dia berenang dengan gaya bebas ke seberang sana dan kembali dengan gaya punggung, di tengah dia berganti menjadi gaya dada hingga akhirnya tiba ke tempat semula. Joane mengusap rambut basahnya ke belakang lalu naik ke tepi kolam. Penampilannya saat itu dengan tubuh mulus yang basah itu sungguh menggiurkan, setiap pria normal yang melihatnya akan menelan ludah dan ereksi.<br />“Oke deh, your turn now !” ujarnya santai seraya mengambil baju renangnya dan memakainya lagi “ayo dong Vi, lu kan dah sering pose seksi di depan kamera, masa yang ginian sebentar aja takut sih ?”<br />Merasa tertantang dan gengsi, Devi pun melepaskan pakaian renang backless yang memamerkan punggungnya itu hingga tubuhnya polos. Tubuh dengan tinggi/berat 165cm/46kg itu tidak kalah menawan dari Joane walaupun payudaranya lebih kecil sedikit (34A), perutnya yang rata dan pantat yang sekal memperindah bentuk tubuhnya yang pernah menghiasi halaman sebuah majalah pria dewasa dalam balutan lingerie seksi. Selain sebagai foto model, Devi juga pernah membintangi beberapa iklan produk kosmetik dan minuman ringan serta mendapat peran kecil dalam sebuah sinetron. Dengan usia yang masih muda (20 tahun) dan modal fisiknya, prospek untuk menapak jenjang karir yang lebih tinggi terbentang luas di depannya, namun karena masih kuliah semester tiga di fakultas ilmu administrasi dia masih harus membagi waktu dengan kegiatan kuliahnya yang sedang dalam masa-masa sibuk sehingga belum bisa berkonsentrasi penuh dalam modeling dan acting. Meskipun namanya masih belum apa-apa dibandingkan model Catherine Wilson dan Davina Veronica, Devi menjadi salah satu selebritis di kampus, banyak mahasiswa dan dosen yang mengenal wajahnya melalui pose-posenya dan iklan yang pernah dibintanginya. Pria yang mencoba merebut hatinya pun tidak sedikit, tapi Devi terlalu pemilih dan agak materialistis, beberapa kali dia berpacaran dengan mahasiswa kaya tapi tidak ada yang bertahan lama, hingga kini dia belum menemukan pria yang cocok lagi.<br />“Jagain yang bener yah Jo, kalau ada orang masuk kasih tanda lho !” Devi sepertinya masih agak canggung bugil di tempat umum seperti ini.<br />“Iyah…tenang aja makannya lu cepetan nyebur supaya cepet beresnya dah gitu kita cabut” jawab Joane.<br />Devi melompat ke dalam air dan buru-buru memacu tubuhnya berenang ke seberang dengan gaya bebas. Begitu sampai dia melihat ke seberang dan sekeliling memastikan situasi masih aman.<br />“Ayo Vi, jia you…tinggal balik sini !” terdengar Joane berseru dari seberang sana memberinya semangat.<br />Rasa deg-degan Devi mulai berkurang karena yakin sebentar lagi akan selesai, dia menolakkan kakinya ke tembok kolam dan kembali memakai gaya bebas meluncur ke seberang. Akhirnya sampai juga dia ke garis finish yang ditentukan, namun betapa terkejutnya dia ketika timbul yang ditemukannya di pinggir kolam bukan lagi temannya, Joane melainkan dua orang pria dengan tampang mesum menyeringai melihat tubuh polosnya di air. Kontan Devi pun menjerit sambil menutupi dadanya, dalam kepanikannya dia memanggil-manggil nama Joane dan menyuruh pergi kedua pria itu yang justru semakin tertawa-tawa melihat tingkahnya.<br />“Udahlah Non mau teriak sampe serak juga ga ada siapa-siapa yang denger lagi disini” kata satu dari mereka yang tak lain adalah Imron, si penjaga kampus bejat.<br />“Tul itu, lagian pintu juga udah dikunci kok !” timpal pria satunya yang berkepala botak dan bertubuh kurus tinggi itu, usianya sekitar 40-an, wajahnya jauh dari tampan, di pipi kirinya ada tompel sebesar biji lengkeng dengan hidung pesek dan kumis jarang. Orang ini bernama Abdul, salah satu penjaga kolam renang kampus.<br />“Non nyari ini kan ?” Imron menunjukkan pakaian renang yang dipegangnya “tadi temen Non udah pulang dulu, katanya ada perlu jadi dia nitipin ini ke kita”<br />“Heh Non, tau gak sih disini tuh dilarang berenang bugil kaya gini, ini kampus loh lingkungan pendidikan, gak boleh sembarangan gitu Non !” kata Abdul dengan memasang tampang galak.<br />“Apalagi saya denger Non ini juga model kan, calon selebritis, kok ngasih contoh kaya gini sih” Imron geleng-geleng kepala sok menasehati “sepertinya beberapa hari lagi bakal ada berita di infotainment, model Devi Oktaviana ketangkep basah berenang bugil di kampusnya hehehe !” keduanya terkekeh-kekeh.<br />“Sialan lu Jo !” omelnya dalam hati, tubuhnya mulai gemetar karena takut dan kedinginan, walaupun telah ditutupi tangan dan merendam tubuh hingga sebatas leher tetap saja tubuh mulusnya terlihat oleh mereka.<br />“Maaf Pak, tadi kita cuma main-main aja kok, tolong dong Pak baju renang saya kembaliin, kita bisa bicarakan baik-baik kan ?” Devi mencoba bernegosiasi.<br />Mereka saling pandang dan tersenyum, senyum yang jahat, Devi pun merasakan hal itu karena sejak tadi mereka terus menatap tubuh telanjangnya dengan pandangan mesum.<br />“Ohh…tentu, tentu bisa kita selesaikan ini baik-baik” jawab Imron, “ayo Non naik sini dulu biar kita bicara gak jauh-jauhan gitu, yuk sini !” dia mengulurkan tangan meminta gadis itu naik ke darat.<br />Di darat sebisa mungkin Devi menutupi tubuh telanjangnya, dengan lengan kanan dia menutupi payudaranya dan telapak tangan kiri menutupi kemaluannya, namun itu semua tidak cukup menutupi tubuhnya, kemolekan tubuhnya tetap terlihat oleh kedua orang yang telah mengerubunginya itu. Devi merasa bulu kuduknya merinding semua karena tatapan mereka, namun di sisi lain dia juga merasa ada kegairahan aneh seperti ketika sesi pemotretan dimana dia merasa tersanjung karena sanggup membuat pria-pria yang memotret dirinya menelan ludah melihat tubuhnya yang dibalut pakaian seksi, tapi kali ini lain, kali ini dia harus bugil di depan dua pria bertampang sangar.<br />“Udah ga usah ditutup-tutupin gitu, tetap aja keliatan kok sama kita !” Imron menarik lengan kanan Devi sehingga <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">payudara</a>nya yang berputing coklat muda itu terekspos jelas.<br />“Eehh…jangan kurang ajar yah !” pekiknya seraya menarik lagi lengannya.<br />Namun dengan cekatan Abdul meraih lengannya disusul lengan satunya yang menutupi kemaluan lalu ditelikung ke belakang sehingga kedua lengan gadis itu terkunci.<br />“Aduh…sakit, lepasin…lepasin saya !” jeritnya, semakin meronta dia semakin merasa lengannya makin tertekuk dan sakit sehingga sebentar saja dia memilih mengendurkan perlawanannya.<br />“Hehehe…kurang ajar gimana Non, gini baru kurang ajar nih !” Imron meraih dan meremasi payudara kanan gadis itu.<br />“Atau gini nih hehe !” sahut Abdul dari belakang sambil menepuk dan meremas pantatnya yang bulat indah.<br />“Kita cuma minta kerjasama Non buat nutup mulut…Non mending nurut aja daripada kita laporin ke rektorat” ujar Imron sambil mengelus pipi Devi.<br />Devi terdiam dengan ekspresi bingung, sejujurnya dia merasa enggan harus melayani kedua pria menjijikkan ini, namun bagaimana kalau sampai rahasia ini terbongkar, bukan saja malu yang didapatnya, tapi masa depan karirnya pun pasti suram. Dia pun berpikir daripada mendapat kesulitan seperti itu lebih baik pasrah saja dan menuruti kemauan mereka, toh dirinya juga sudah tidak perawan lagi, pria yang pernah menikmati tubuhnya pun hingga kini sudah tiga orang yaitu bekas pacar-pacarnya, jadi apa salahnya bersama mereka yang beda hanya perbedaan status, penampilan fisik dan rasnya. Sebelumnya dia memang pernah mendengar dari Joane bahwa temannya itu pernah merasakan ML dengan si penjaga kampus di hadapannya ini, Joane menceritakan padanya bagaimana dia menggoda pria itu di kelas hingga akhirnya terlibat persetubuhan (baca eps. 7) namun Joane tidak menceritakan lebih lanjut bahwa dia telah menjadi budak seks pria itu. Ketika itu Devi merasa risih sekaligus agak terangsang membayangkan digerayangi dan disetubuhi orang seperti itu, namun untuk mencobanya terus terang dia tidak seberani temannya itu. Tidak pernah terbayangkan hari ini dia harus mengalami seperti yang diceritakan Joane dulu.<br />“Iya, iya saya menyerah, tapi tangannya lepasin dong Pak, sakit nih, aduh !” pintanya dengan meringis kesakitan.<br />Imron menggerakkan kepala menyuruh Abdul melepaskan Devi. Kedua pria itu lalu memeluk tubuh Devi yang sudah pasrah. Abdul mendekapnya dari belakang sambil meremasi payudaranya dan menciumi lehernya. Dari depan Imron meremas payudara satunya sambil melumat bibir gadis itu, dijilatinya bibir tipis gadis itu memaksanya membalas ciumannya. Sentuhan-sentuhan pada bagian sensitif tubuhnya menyebabkan gairah dalam dirinya bangkit dengan cepatnya sehingga mulutnya mulai membuka menyambut ciuman Imron, lidah mereka bertemu dan saling membelit. Sebenarnya Devi merasa tak nyaman dengan nafas Imron yang tidak sedap, namun perasaan itu makin berkurang seiring birahinya yang makin naik.<br />“Eenggghh !” desahnya tertahan ketika dirasa jari-jari mengelusi bibir vaginanya.<br />Dia merapatkan paha menahan rasa geli, namun pemilik tangan itu, si Abdul malah semakin gemas dibuatnya, dia makin gencar menggerakkan tangannya diantara jepitan kedua paha mulus itu sambil menggesek-gesekkan penisnya dari balik celana pada pantat Devi. Jarinya kini mulai membelah bibir vaginanya dan menggosok-gosok dinding bagian dalamnya. Devi juga merasakan kedua putingnya makin mengeras karena dimain-mainkan sejak tadi. Darahnya berdesir dan nafasnya makin memburu sehingga percumbuannya dengan Imron semakin panas saja, suara decak ludah mereka terdengar disertai desahan tertahan gadis itu.<br />Devi semakin terbawa arus, kedua lengannya memeluk tubuh Imron seakan memintanya melakukan lebih dan lebih. Himpitan kedua pria ini memberi kehangatan bagi tubuhnya yang tadi sempat kedinginan. Tangan Imron merambat ke bawah ke vaginanya dimana tangan Abdul juga sedang bercokol. Vagina Devi kini diobok-obok dua tangan kasar, jari-jari mereka dengan liar mengelus atau keluar masuk liang vaginanya. Daerah itu makin becek dibuatnya. Imron tidak menyangka dapat menaklukkan gadis model ini demikian mudah, bahkan lebih mudah daripada korban-korbannya yang cewek bispak seperti Joane dan Fanny. Jawabannya adalah karena dari dalam hati kecilnya memang Devi menginginkan diperlakukan seperti ini, waktu dulu Joane bercerita pernah ML dengan Imron pun dia terangsang sehingga vaginanya becek. Namun demikian, statusnya sebagai calon public figure menyebabkannya harus menjaga image dan tidak bisa sebebas Joane yang memang dikenal sebagai mahasiswi bispak. Kini, walaupun awalnya dia terpaksa tapi keinginan terpendamnya itu terpenuhi dan gairahnya pun menyala-nyala. Kini pertama kalinya dia melakukan threesome juga pertama kalinya melakukan dengan orang-orang kasar kelas bawah seperti mereka, seolah-olah ada sensasi berbeda dari yang pernah dia rasakan bersama mantan pacar-pacarnya dulu. Ledakan dari keinginan terpendamnya itu membawanya pada penyerahan diri total tanpa memikirkan lagi status yang disandangnya, tidak ada lagi perbedaan antara kelas atas maupun bawah, top model maupun orang-orang pekerja kasar, cantik dan jelek, yang ada hanyalah dua jenis manusia yang terlibat dalam aktivitas seks.<br />Puas dengan Frech kiss, ciuman Imron mulai merambat turun, lehernya dia cium dan jilati dengan gerakan menurun hingga ke payudaranya. Imron membungkuk sedikit agar bisa melumat payudara gadis itu. Mulutnya menyedot dengan keras payudara itu, putingnya digigit-gigit serta dimain-mainkan dengan lidahnya.<br />“Aahhh…aahh…!” desah Devi dengan tubuh menggelinjang.<br />“Wow, ini memek cepet banget beceknya, udah keenakan yah Non ?” sahut Abdul.<br />“Berlutut Non !” perintah Imron padanya.<br />Devi berlutut di depan mereka tanpa banyak cingcong seolah pasrah mau diapakan saja oleh mereka. Imron di sebelah kanannya sedangkan Abdul di sebelah kiri, mereka mulai membuka celana masing-masing. Sebentar saja kedua penis mereka telah mengacung terarah ke wajahnya. Mata Devi terbelakak menyaksikan batang penis yang begitu besar, hitam dan berurat, milik kedua mantan pacaranya dulu tidak ada apa-apanya di banding dua ini, apalagi milik Imron yang perkasa itu. Dengan tangan bergetar tangan kanannya meraih penis Imron dan tangan kirinya penis Abdul.<br />“Ayo Non, disepong yang enak, saya mau ngerasain servisnya foto model nih hehehe !” kata Abdul sudah tak sabar.<br />Entah setan apa yang sedang merasuki Devi sehingga dia begitu pasrahnya menuruti mereka. Selama ini dia merasa semua orang menyanjungnya dan menganggapnya gadis yang sulit disentuh karena statusnya sebagai calon bintang, namun baru kali ini dia merasakan diperbudak dan direndahkan sehingga seperti ada sensasi yang lain dari biasanya yang secara tak sadar mulai dinikmatinya.<br />Mula-mula dia mulai dengan menyapukan lidahnya pada permukaan batang penis Abdul hingga ke kepala penisnya, lalu berpindah ke Imron dengan teknik yang sama. Kedua pria itu mendesah karena nikmatnya. Dia mengoral dan mengocok penis itu secara bergantian, sementara penis yang satu dioral, yang lain dikocok demikian bergantian.<br />“Eeenngghh…sebentar Non terusin dulu yang saya !” sahut Imron sambil menahan kepala Devi ketika hendak pindah mengulum penis Abdul.<br />Imron masih merasa keenakan dengan kuluman dan jilatan gadis itu sehingga ingin merasakannya lebih lama. Abdul nampaknya mengalah saja karena dia hanya ikutan kalau bukan tanpa Imron belum tentu dia mendapat kesempatan ini. Devi mengulum penis itu dalam mulutnya, lidahnya bergerak liar menyapu batang dan kepala penisnya yang mirip jamur, dia mulai terbiasa dengan penis Imron yang agak bau itu.<br />“Uuhh…enak…asyik Non terus !” desah Imron sambil menggoyang pinggulnya seolah sedang menyetubuhi mulutnya.<br />Sepuluh menit kemudian ketika spermanya mau muncrat barulah Imron melepaskan penisnya karena tidak ingin buru-buru orgasme. Ini bukan berarti tugas Devi selesai, penis Abdul sudah menunggu pelayanannya. Abdul yang dari tadi penisnya cuma merasakan pijatan dan kocokan tangan gadis itu langsung menjejali mulut Devi dengan penisnya.<br />Beberapa detik pertama Devi membenamkan penis itu dalam mulutnya, di dalamnya lidahnya bergerak mengitari penis itu dan ujungnya, diameter penis Abdul tidak sebesar Imron jadi kali ini tugasnya agak ringan. Abdul sendiri mengerang-ngerang merasakan sensasi pada penisnya. Kepala Devi kini mulai maju-mundur sambil menyedoti penis itu, terasa asin dan aromanya tidak sedap, tapi Devi sudah tidak peduli lagi. Ketika sedang larut melayani penis Abdul, dia merasakan ada sepasang tangan mendekapnya dari belakang. Sebuah telapak tangannya meraih payudara kirinya, dan telapak tangan lain menggerayangi kemaluannya.<br />“Eemmm…mmm…!” demikian suara yang keluar dari mulut Devi yang sedang mengulum penis Abdul.<br />Dia nampak menikmati sekali mengoral penis si penjaga kolam itu sambil tubuhnya digerayangi serta dijilati si penjaga kampus. Devi merasa vaginanya makin berair karena terus dikorek-korek Imron sehingga otomatis dia semakin bergairah mengulum penis Abdul. Abdul sendiri juga sangat menikmati penisnya dikulum gadis secantik ini.<br />“Enak yah Non, tuh buktinya basah gini, ngedesah terus lagi” ujar Imron dekat telinga Devi.<br />“Iya nih Ron, kayanya si Non ini udah keenakan, sepongannya nih asoy banget, sepongan foto model hehehe !” kata Abdul disambul tawa mereka terkekeh-kekeh.<br />Sakit sekali hati Devi mendengar komentar tak senonoh terhadap dirinya itu, tapi dia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya juga terangsang oleh perlakuan mereka. Jari-jari Imron bergerak nakal mempermainkan payudara Devi berpindah-pindah antara kiri dan kanan menyebabkan kedua putingnya mengeras.<br />“Kocok terus memeknya Ron, tuh dia udah mau keluar keliatannya !” ujar Abdul yang melihat Devi semakin mendesah dan menggeliat.<br />Devi semakin dekat ke puncak, wajahnya merah padam. Jari-jari Imron yang menggesek dinding vagina dan memainkan klitorisnya membuatnya tidak tahan dan akhirnya menyerah. Dia mengejang dahsyat dan hendak mendesah panjang, namun kepalanya ditahan oleh Abdul yang terus saja menyodok-nyodokkan penisnya ke mulutnya. Mereka bahkan menyeringai senang melihat Devi bereaksi yang justru menambah nafsu mereka. Cairan orgasme Devi mengalir di daerah selangkangannya membasahi jari-jari Imron. Baru setelah tubuh Devi melemas kedua pria bejat itu melepaskannya sementara. Dia hanya bisa berlutut di lantai sambil terbatuk-batuk dan mengambil nafas dengan terengah-engah, kakinya terasa lemas setelah terpaan gelombang orgasme sehingga belum sanggup untuk berdiri.<br />“Liat nih Dul, pejunya banyak gini, peju foto model nih !” sahut Imron menunjukkan jarinya yang belepotan cairan orgasme gadis itu pada temannya.<br />“Huehehe…pasti enak tuh, ntar juga gua mau nyoba ah !” kata Abdul “Sip kan Non ? gimana rasanya kontol-kontol wong cilik kaya kita hehehe !” ejek Abdul.<br />“Biar kita wong cilik, tapi kan kontol kita gede dan bisa muasin Non” Imron menimpali dan mereka berdua kembali tertawa-tawa.<br />Kemudian Imron mendekati Devi dan meraih lengannya hendak mengangkatnya berdiri.<br />“Ntar Pak, saya istirahat dulu !” gadis itu menggeleng dengan wajah memelas.<br />“Alla…baru pemanasan aja masak lemes, ya udah kalau gitu kita masuk air aja biar seger !” Imron menggiring tubuh telanjang Devi ke kolam tanpa mempedulikan protesnya.<br />“Aduh…sabar dong, jangan…aaww !” Devi menjerit ketika punggungnya didorong pria itu hingga tercebur ke air, “Jbuurr !”<br />Kedua pria bejat itu menyusul masuk ke air setelah membuka pakaian atas mereka hingga telanjang bulat. Mereka berada di daerah kedalaman 1,2 meter yang merendam sebatas dada. Kedua pria bertampang sangar itu kembali mengerubuti tubuh gadis cantik itu dan tangan-tangan mereka bergerilya menjamahi tubuh mulusnya. Devi hanya meronta pelan dan mendesah merespon sentuhan-sentuhan erotis di sekujur tubuhnya.<br />Abdul langsung mengambil posisi di depan Devi, kedua kaki gadis itu dia naikkan ke bahunya dan wajahnya mendekati vaginanya. Tubuh Devi kini setengah mengambang di permukaan air dengan didekap Imron dari belakang dan kedua kakinya dipegangi Abdul.<br />“Aaahh !” desah Devi sambil menggeliatkan tubuh begitu lidah Abdul menyapu bibir kemaluannya.<br />Lidah Abdul yang bergerak liar pada vaginanya membuat gadis itu tak sanggup menahan desahannya, belum lagi serangan dari Imron berupa jilatan dan cupangan pada leher jenjangnya. Rambutnya yang terikat ke belakang memudahkan Imron untuk mengerjai bagian leher, tenguk dan telinga. Abdul makin membenamkan wajahnya pada kemaluan Devi yang bulunya dicukur rapi sehingga berbentuk memanjang dengan lebar sekitar dua centi. Lidah pria botak itu masuk semakin dalam menjelajahi vagina gadis itu. Sementara Imron meremasi payudara kirinya sambil menyedoti yang kiri, tangannya yang kekar itu tetap menopang tubuh gadis itu.<br />“Ohhh…aakhh…pelan-pelan Pak jangan kasar !” erangnya ketika Imron menggigiti putingnya dengan gemas.<br />Selain dengan lidah, Abdul juga memain-mainkan jarinya di vagina Devi. Kombinasi antara lidah dan jari itu sungguh membuat gadis itu berkelejotan tak karuan. Baru kali ini dia merasakan hubungan seks yang begitu dahsyat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kedua pria ini begitu bernafsu seolah hendak menelan dirinya, lain dengan bekas pacarnya yang memperlakukannya dengan lembut.<br />Tak lama kemudian Abdul menyudahi aksinya menjilati vagina Devi, kaki Devi diturunkannya dan dia mempersiapkan penisnya hendak menusuk vagina gadis itu.<br />“Gua dulu yah Dul, udah ga tahan dari tadi nih !” sahut Imron sambil membalikkan tubuh Devi menghadap ke arahnya.<br />Meskipun agak protes, tapi akhirnya Abdul mengalah juga karena Imron yang menciptakan kesempatan ini hingga dia bisa ikut serta. Imron mendekap tubuh Devi sambil tangan satunya mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu.<br />“Oohh…!!” desah Devi saat kepala penis pria itu mulai melesak ke dalam vaginanya di bawah air sana, “pelan-pelan Pak !”<br />Imron menghentak pinggulnya pelan sehingga penis itu makin terdorong masuk diiringi erangan gadis itu. Kemudian sekali lagi dihentakkan dengan lebih bertenaga sehingga Devi pun mendesah lebih panjang dengan tubuh mengejang. Penis itu kini telah menancap pada vaginanya. Tubuh keduanya telah bersatu dalam posisi berdiri di air.<br />“Legit Ron ?” tanya si Abdul penasaran.<br />“Lumayan, masih enak biar udah jebol” jawab Imron.<br />Sebentar saja Imron sudah menggenjot tubuh Devi dengan posisi berdiri memegangi kedua kakinya, kalau di darat gaya seperti ini cukup menguras tenaga karena menopang berat badan si wanita, tapi di air tidak begitu melelahkan.<br />Imron memulainya dengan gerakan lambat agar Devi terbiasa dan menikmatinya. Lama-lama Devi yang lebih aktif menggerakkan tubuhnya, dengan kedua tangan melingkar pada leher Imron, dia menggenjot-genjotkan tubuhnya seolah ingin penis itu menancap lebih dalam. Air di sekitar mereka semakin beriak akibat goyangan tubuhnya yang semakin liar. Abdul mendekati mendekatinya dari samping kiri, pria itu melepaskan lengan kiri Devi dari leher Imron dan meletakkannya di lehernya untuk bertumpu. Tubuh gadis itu dia condongkan sedikit ke arahnya sehingga dapat mengenyoti payudaranya. Lidah penjaga kolam itu menari-nari menggelitik puting Devi yang sudah mengeras sejak tadi. Tangan Abdul di bawah air sana aktif bekerja mengelusi paha dan pantatnya. Devi tidak berdaya menghadapi serbuan kedua pria ini, terlebih ini threesome pertamanya, mulutnya mendesah sejadi-jadinya. Hal ini membuat Imron semakin bernafsu, frekuensi genjotannya makin meningkat beradu dengan goyangan tubuh gadis itu. Ketika hentakan mereka yang berlawanan arah itu bertumbukkan itulah kenikmatan terbesar yang didapat. Devi merasakan vaginanya penuh sesak hingga menyentuh G-spotnya sedangkan Imron merasa penisnya diremas-remas oleh dinding vagina Devi yang bergerinjal-gerinjal.<br />Devi merasakan gelombang orgasme mulai datang lagi. Rasa nikmat dari bawah menjalar ke seluruh tubuh menyebabkan tubuhnya mengejang. Devi melepaskan perasaan itu dengan erangan panjang. Melihat korbannya telah orgasme, kedua pria itu semakin mempergencar serangannya. Abdul makin gemas mengenyot payudaranya sampai meninggalkan bekas-bekas cupangan pada kulit payudaranya yang putih. Imron semakin cepat menghujam-hujamkan penisnya hingga dia sendiri klimaks.<br />“Aarrggh…nngghhh…enak tenan !” erang Imron sambil menekan dalam-dalam penisnya yang menyemburkan orgasme dalam liang vagina Devi.<br />Setelah orgasmenya reda, Imron melepaskan tubuh Devi, di bawah sana nampak spermanya yang kental melayang-layang di air. Abdul memeluk tubuh Devi yang lemas, nafasnya naik-turun sehingga buah dadanya juga ikut bergerak seirama nafasnya. Belum lagi tenaganya pulih, Devi sudah merasakan benda tumpul menyentuh bibir vaginanya dari belakang.<br />“Nanti Pak, saya masih capek…oohh…nanti !” rintih Devi sambil meronta.<br />Abdul yang nafsunya sudah di ubun-ubun sepertinya tidak peduli kondisi Devi, dia terus memaksa Devi untuk melayaninya saat itu juga.<br />“Heh…diem, lu harus muasin gua sekarang juga, salah sendiri punya body bahenol jadi bikin saya konak !” bentaknya.<br />Karena tidak cukup kuat untuk melawan, Devi akhirnya memilih pasrah saja menuruti nafsu setan pria itu.<br />Abdul berhasil melakukan penetrasi pada vagina Devi, tubuh mereka kini bersatu dalam posisi 99 atau berdiri memunggungi pasangan. Gaya permainan Abdul lebih primitif daripada Imron, baru saja penisnya berhasil masuk dia sudah memompa gadis itu dengan sangat brutal, bisa dimaklumi sebab dia jarang menikmati dara secantik ini, baginya Devi adalah mahasiswi kedua yang dia nikmati setelah tiga hari sebelumnya menikmati Joane yang ditawarkan Imron padanya sebagai imbalan untuk bekerjasama menjebak Devi sekarang ini. Penis Abdul yang sudah ereksi maksimal menghujami vagina gadis itu tanpa ampun sementara kedua tangannya menggerayangi dan meremasi kedua payudaranya. Abdul juga terus mencumbui bagian tubuh Devi yang terjangkau oleh mulutnya.Devi perlahan-lahan mulai membiasakan diri dengan permainannya yang kasar dan menikmatinya. Imron menghampiri mereka dan menghimpit tubuhnya dari depan, penis pria itu sudah berdiri lagi. Dia menjulurkan lidahnya menjilati pipi mulus Devi dengan satu sapuan.<br />“Gimana rasanya Non ? enak nggak ngentot sama kita-kita ?” tanya Imron sambil memegang payudara kirinya.<br />“Enakhh…enak…ahh…ahh !” jawab Devi di sela erangan nikmatnya.<br />“Non punya pacar ?” tanyanya lagi.<br />“Ngga…aahhh…lagi ngga !”<br />“Ngga punya pacar kok udah nggak perawan, siapa yang merawanin hah ?”<br />“Aahh…pacar pertama…ooohh !” jawab Devi sambil menjerit karena saat itu Abdul memberikan sentakan kasarnya.<br />“Pertama ? emang udah berapa kali pacaran lu ?” Abdul bertanya dari belakang.<br />“Tiga…tiga…eenggh…kali !”<br />“Wah-wah, terus tiga-tiganya udah pernah ngentot sama Non ?” tanya Imron<br />“Iyah, iya ahh…aahh…ughh !”<br />“Dasar, ternyata artis sama perek ga ada bedanya yah, cuma beda status doang” sahut Abdul mengejeknya.<br />“Berarti kita ngentot sama Non juga boleh-boleh aja dong, kan Non udah biasa dientot, kalau saya minta lagi besok-besok Non mau kan ?” tanya Imron lagi yang diiyakan Devi sambil terus mendesah.<br />“Jadi mulai sekarang Non ini budak seks saya, perek saya, ngerti ?” Imron sepertinya tak puas hanya menelanjangi tubuh Devi, ia masih ingin menelanjangi harga diri sang calon bintang itu.<br />“Iyah Pak…saya…ahh…ahh…perek Bapak !” Devi yang sudah tidak bisa berpikir jernih lagi menerima begitu saja dirinya direndahkan demikian rupa.<br />Selama duapuluh menitan Abdul menyetubuhi Devi dalam posisi demikian hingga akhirnya mencapai orgasme hampir berbarengan dengan gadis itu. Tubuh keduanya menggelinjang dan mulut mereka mengeluarkan erangan orgasme yang nikmat. Devi merasa seluruh tubuhnya lemas sekali, dia hanya bisa bersandar pada tubuh Abdul yang masih mendekapnya dan penisnya masih tertancap di vaginanya.<br />“Huihh…asoy banget kan Non ? enak nggak ?” tanya Abdul meresapi sisa-sisa orgasmenya sambil memilin-milin puting susu Devi.<br />Devi hanya mengangguk lemah, baru pertama kalinya dia merasakan disetubuhi habis-habisan sampai luluh lantak seperti ini, tidak bisa disangkal dia merasakan kepuasan total bersetubuh dengan orang-orang kasar seperti mereka. Merekapun membawa tubuh Devi ke daerah dangkal untuk duduk selonjoran beristirahat disana. Imron naik ke darat dan mengambil botol aqua milik Devi dan meminumnya, lalu dia kembali turun ke air mendekati Devi yang sedang didekap si penjaga kolam itu.<br />“Nih Non minum dulu, biar seger, udah gitu kita bisa main lagi !” tawarnya menyodorkan botol aqua itu.<br />Devi langsung meraih botol yang isinya tinggal setengah kurang dan meminumnya sampai habis. Air itu sangat membantu menghilangkan dahaga pada tenggorokannya yang terasa kering karena terus mengerang sejak tadi, air itu juga mengembalikan sedikit kekuatannya.<br />Di areal kolam renang indoor itu sepi, hanya ada ada cahaya lampu dan sinar bulan keperakan yang memancar dari atas kubah kaca dan jatuh di air kolam itu. Suara desiran air dan dengusan nafas mereka terdengar karena sepinya.<br />“Hehehe…seumur-umur gua ga pernah ngebayangin bisa ngentot sama artis, akhirnya kesampean juga” kata Abdul dengan senyum puas di wajahnya.<br />“Non tenang aja, kita kalau di depan umum ga bakal nyolot ke Non, Non boleh kuliah seperti biasa, punya pacar juga boleh, tapi kalau saya panggil Non harus nurut dan jangan pernah ngomong tentang ini ke siapa-siapa, kecuali kalau Non mau nanggung malu seumur hidup !” Imron berkata dengan kalem namun mengancam.<br />Devi diam saja tidak bersuara apapun, matanya menatap ke arah Imron dengan tajam. Ia tidak tahu apakah harus marah karena dijebak seperti ini ataukah harus berterimakasih karena pria ini telah memenuhi hasrat liarnya. Dia menurut saja ketika mereka mengajaknya bermain penetrasi ganda, dalam hatinya sudah lama ingin merasakan cara ini, namun ragu-ragu untuk mencobanya. Abdul kini duduk selonjoran sambil bersandar di tembok kolam dan Devi menurunkan tubuhnya hingga penis pria itu masuk ke vaginanya.<br />“Pelan-pelan yah Pak, saya belum pernah main disitu” pesannya ketika Imron hendak memasukkan penisnya ke pantatnya.<br />“Tahan dikit Non, ntar kesananya dijamin uenak kok” kata Imron.<br />Centi demi centi penis Imron yang hitam berurat itu memasuki anus Devi. Gadis itu mengerang menahan sakit karena anusnya yang masih perawan itu dijejali penis yang demikian besar. Wajahnya meringis sambil tangannya mencengkram kuat lengan Abdul. Si penjaga kolam yang melihat reaksi wanita itu sedang asyik menyusu dari payudaranya sambil menunggu semuanya siap dan bergoyang. Setelah kedua penis itu menusuk kedua lubangnya, mulailah kedua pria itu menggenjot tubuh Devi secara berbarengan. Penis mereka keluar masuk dengan cepat di vagina dan pantatnya. Devi sendiri tampaknya mulai menikmatinya dan gerakannya semakin liar mengimbangi kedua pejantannya. Suara erangan nikmat dan kecipak air bercampur baur di ruangan itu. Bulan di langit yang mengintip melalui kubah kaca menjadi saksi bisu atas tindakan asusila kedua pria bejat itu terhadap gadis model ini. Tangan-tangan kasar mereka tidak pernah absen menjamah tubuh gadis itu selama menggarapnya. Abdul menyusupkan wajahnya ke ketiak Devi yang mulus tanpa bulu. Dicumi dan dijilatinya ketiak itu dengan penuh nafsu inci demi inci tanpa ada yang terlewat. Devi hanya bisa mengerang-ngerang dengan mata membeliak-beliak, sesekali dia menggigit bibir, matanya sampai berair karena menahan rasa nyeri yang mendera kedua liang senggamanya, rasa nyeri yang bercampur dengan kenikmatan.<br />Setelah setengah jam berpacu dalam posisi demikian dengan irama cepat dicampur irama lambat, tubuh Devi mengejang, mulutnya membuka lebar dan menjerit kuat-kuat melepaskan rasa nikmat yang sudah memuncak. Setengah menit kemudian Imron menekan dalam-dalam penisnya pada pantat Devi dan melenguh panjang, spermanya menyembur dalam lubang pantatnya. Keduanya mengalami orgasme yang cukup panjang, genjotan Imron mulai berhenti dan akhirnya dia mencabut penisnya dari pantat gadis itu, dirasakan penisnya panas sekali akibat sempitnya liang itu sehingga Imron menciduk air kolam untuk membasuh penisnya agar lebih adem. Abdul yang juga segera akan orgasme melepas genjotannya dan bangkit berdiri.<br />“Buka mulutnya Non, saya pengen ngecrot di mulutnya Non sih !” perintahnya sambil menjenggut rambut gadis itu.<br />Devi pasrah saja membiarkan penis itu memasuki mulutnya dan bergerak maju-mundur seolah menyetubuhinya. Hal itu tidak berlangsung lama, tidak sampai tiga menit pria botak itu akhirnya ejakulasi dan menumpahkan isi penisnya di mulut gadis itu. Dengan sisa-sisa tenaganya Devi berusaha menyedot dan menelan sperma itu agar aromanya yang tajam itu tidak terlalu lama menyiksa. Cairan kental itu meleleh sebagian di pinggir bibir tipisnya. Penis pria itu berangsur-angsur menyusut dalam mulut gadis itu dan semprotannya semakin lemah. Abdul pun akhirnya menjatuhkan diri di kolam dangkal itu dengan nafas ngos-ngosan. Puas sekali dia akhirnya bisa menyetubuhi model cantik itu.<br />Keesokan harinya di kampus Joane dua kali menghindar saat melihat Devi, yang pertama saat menunggu lift dan yang kedua saat di kantin, Joane langung berpamitan pada teman-temannya yang makan bareng dengan alasan ada urusan penting, padahal makannya belum habis. Jam tiga sore setelah kuliah terakhir, dia tidak bisa menghindar lagi. Ketika itu dia baru keluar dari toilet dan bertemu dengan Devi yang memang sudah tahu dia disana dan sengaja menunggunya. Joane terdiam seribu bahasa dan kepalanya menunduk tidak berani menatap wajah temannya itu.<br />“Tunggu, gua mau bicara” kata Devi memegangi lengan Joane saat gadis itu hendak berlalu darinya, “Kenapa Jo…kenapa lu lakukan itu ?” tanya Devi dengan suara bergetar memegangi kedua lengan Joane.<br />Joane tetap menunduk, matanya mengucurkan air mata, dia terisak lalu jatuh berlutut di depan temannya itu.<br />“Maafin gua Vi, gua juga ga bisa apa-apa” isaknya “gua dipaksa”<br />Joane menceritakan dengan detil bagaimana dia sampai menjadi budak seks si penjaga kampus laknat itu dan bagaimana dilemanya disuruh menjadi alat untuk menjebaknya kemarin.<br />“Gua siap mau lu apain juga Vi, mau tamper, pukul, atau dibunuh pun gua udah siap, ini emang salah gua” suara Joane makin bergetar dan tersedu-sedu.<br />Devi juga ikut berlutut di depan temannya, dia tidak bisa berkata-kata selain memeluk Joane, dibelainya rambut temannya itu, diapun ikut meneteskan air mata.<br />“Jo, lu tau, bagaimanapun kita ini tetap teman, ini bukan salah lu tapi bajingan itu” kata Devi sambil terisak, “kalau kita rusak biarlah kita sama-sama rusak”. Mereka saling berpelukan dan bertangisan. Keduanya tetap bersahabat dan makin dekat karena senasib sepenanggungan sebagai budak seks Imron.<br /><br />TamaTUnknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-65511998334961351882009-12-02T15:47:00.000-08:002009-12-02T15:57:01.864-08:00Akibat Melihat Foto Telanjang<p>Kutipan dari cerita dewasa yang banyak beredar,<br /></p><p>Foto telanjang bisa menjadi modal untuk menekan orang, baik dengan cara yang halus sampai ancaman keras agar bisa menikmati tubuhnya, dalam cerita ini sebenarnya mirip sinetron, tapi sangat menarik, karena foto telanjang si om genit dapat <a href="http://cerita.modelperawan.com/cewek-perawan/">perawan</a> lagi, Langsung saja ceritanya berikut ini.</p> <p><img title="Cewek perawan" src="http://4.bp.blogspot.com/_1UrbneHn90I/SYgXhlHrMzI/AAAAAAAAAS0/dcmuUx7FuPg/s400/BlogShinchiCoCc.JPG" alt="Foto Cewek perawan, perawan, gadis perawan" height="250" width="210" /><br />kejadian ini terjadi kira2 2 bulan yang lalu, saat itu rumah saya kedatangan seorang teman dari pembantu saya sebut saja namanya bunga. bunga ini dtg ke jakarta untuk mencari pekerjaan, umur dia sekitar 19-21 tahun. pembantu saya meminta<span id="more-229"></span> ijin kepada saya klo bunga akan menginap di rumah saya sampai dia mendapat pekerjaan.<br />saya tinggal di rumah bersama istri dah satu orang anak saya. istri saya bekerja di salon temannya, sementara saya wirausaha menjual berbagai tanaman hias sehingga waktu saya banyak saya habiskan di rumah mengurusi tanaman. sedangkan pembantu saya etiap harinya menemani anak saya yg masih SD dari pagi hingga sore.<br />Kadang-kadang saya merasa kesepian di rumah karena hanya ada saya sendiri. suatu hari saya merasa kesepian dan saya melihat bunga sedang mencuci pakaian, dan saat itulah saya berpikir bagaimana klo saya dapat ML dengan bunga agar rasa kesepian ini hilang. sebenarnya saya takut sekali untuk melakukan hal ini secara paksa atau to the point mengajak bunga untuk ML karena takut klo dia mengadu kepada pembantu ato istri saya sehingga nama baik saya jadi usak.<br />berbagai cara saya pikirkan bagaimana agar saya dapat ML dengan bunga. setelah saya pikir2, saya mendapat ide untuk menjebak dia agar dia mau ML dengan saya tanpa paksaan sama sekali yaitu dengan memberi obat tidur pada makanannya dan saat dia tertidur saya akan menelanjanginya dan memfotonya.<br />Ide ini saya jalankan keesokan harinya, seperti biasa istri saya bekerja di salon, pembantu mengantarkan anak saya sekolah. kira2 jam 11an saya menaburkan obat tidur pada semua makanan yang ada di atas meja, pada saat itu saya sengaja hanya makan mie instan saja.<br />Saat siang hari saya melihat dia mengambil makanan untuk makan siang, setelah beberapa menit selesai makan saya liat dia pergi ke kamar tidurnya, 30 menit kemudian sayapun pergi kekamarnya dan kebetulan sekali kamar dia tidak dikunci padahal saya sudah membawa obeng dan kunci cadangan serta kamera untuk mem foto .<br />Setelah saya buka kamarnya saya pun langsung membuka baju dan celananya tapi tidak sampai lepas, setelah itu saya memfoto semua tubuhnya yg tidak tertutup pakaian. saat saya melihat bagian tubuhnya, ingin rasanya saat itu juga saya ML dengan dia. Tapi saya berusaha untuk sabar hingga waktunya tiba, karena saya ingin ML dengan keadaan sama2<br />sadar dan tanpa kekerasan. Setelah mengambil foto saya pun membereskan pakaiannya seperti semula, walau masih acak2an.<br />saat itu hari ke-4 bunga menginap, keadaannya sama seperti biasa, hanya ada saya dan bunga dirumah dari pagi hingga siang. Di hari inilah rencana saya ML dengannya, saat itu saya ingin memperlihatkannya foto telanjangnya, sayapun pergi kekamarnya dan ternyata dia tidak ada di kamarnya, saya langsung pergi ke kamar mandi karena menurut saya dia<br />edang mandi. Dan ternyata dia memang sedang mandi, kebetulan dia sudah mandi karena biasanya saya dan istri saya mandi terlebih dahulu seblm ML karena saya senang yg bersih. pikiran jahat sayapun kembali bereaksi, bagaimana klo aya tiba2 memfoto dia, saat dia mandi. pintu kamar mandi saya terbuat dari plastik yg banyak sekali ditemukan di oko bangunan . saya pun langsung menendang pintu tsb, dia sangat kaget sekali waktu pintu kamar mandinya terbuka, aat pintu terbuka itu lah saya langsung mengambil foto dia. saat dia melihat saya sedang memfotonya dia dengan sigap mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya.<br />setelah selesai menutupi tubuhnya, dia pun membentak saya “apa2an sih bapak, pake acara dobrak pintu dan memfoto saya, nanti saya bilangi istri bapak dan melati(pembantu saya)” saya pun hanya tertawa dan menjawab “maaf, tidak sengaja” akhirnya dia menutup pintu dan kemdian langsung keluar dari kamar mandi.<br />Saat dia keluar kamar mandi, saya memanggil dia, awalnya dia tidak mau menoleh ke arah saya saat saya panggil dan terus berjalan ke arah kamarnya. tapi kemudian saya ngomong ke dia “mau foto telanjang kamu saya kirim ke keluargamu yg ada di desa” diapun langsung diam dan berhenti melangkah.<br />saya langsung menghampirinya dan memperlihatkan foto2 <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">telanjang</a> saat dia mandi dan tidur. dia sangat heran kenapa bisa foto saat dia tidur bisa saya ambil, saya pun menceritakan kepadanya kenapa saya bisa mengambil foto dia.<br />Akhirnya sayapun bilang kepadanya klo kamu tidak mau foto2 ini saya sebarkan maka kamu harus ML dengan saya. dia terus berpikir dan akhirnya dia setuju dan mau ML dengan saya. Setelah bertahun-tahun akhirnya saya dapat menikmati keperawanan untuk kedua kalinya. dengan keadaan tubuh dan payudara yg masih kenceng apa lagi vagina nya seperti bukan wanita <a href="http://cerita.modelperawan.com/">dewasa</a>, masih rapet banget.<br />Itulah awal kejadian saya ML dengan bunga, dan akhirnya bunga saya pekerjakan di rumah saya dengan alasan untuk membantu saya mengurusi tanaman saya. dan mulai saat itulah saya tidak merasakan kesepian di rumah, karena pagi hingga sore ada bunga dan sore hingga pagi ada istri saya.</p> <p>Demikian cerita seks yang berawal dari keisengan mengambil foto cewek perawan dengan cara curang, dan menjadi alat ancaman untuk mendapatkan seks.</p><p>Sekian cerita panas kali ini, nantikan cerita yang laind ari kami.<br /></p>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-77922976630209500212009-12-01T08:13:00.000-08:002009-12-01T08:14:57.766-08:00Memek Anak Kelas 6 SD<a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita Panas</a> - Ini pengalamanku dengan anak kelas 6 SD. Aku tuh paling suka sama anak sekitar kelas 6 SD sampai 2 SMP. Kalau aku sendiri adalah mahasiswa tingkat satu di Bandung. Ceritanya pada waktu itu aku sedang jalan-jalan ke toko buku. Aku sedang ingin cari buku komik. Pas sedang cari itu, aku melihat anak yang manis, yah.. pokoknya cute banget deh! Putih, dan karena bajuyang dipakainya agak ketat, buah dadanya yang agak baru tumbuh itu sedikit menjiplak di bajunya, jadi kelihatan runcing begitu.<br /><br />Aku ajak kenalan saja dia, siapa tahu bisa dapat. Tidak usah aku kasih tahu proses kenalannya ya, soalnya.. ya gitu deh.. pokoknya akhirnya aku tahu itu anak kelas 6 SD dan aku tahu nomor teleponnya. Oh iya, namanya adalah Ima, aku jadi lumayan sering menelepon dia. Habis ternyata anaknya asyik juga. Kami sering ngobrol tentang Boys Band yang dia suka, (bukanberarti aku suka Boys Band, kebetulan adikku banyak tahu, jadi aku ikut-ikutan tahu).Aku sudah beberapa kali ajak dia jalan-jalan ke Mall, tapi jarang mau. Sepertinya tidak dibolehi sama ibunya. Tapi akhirnya bisa juga. Sepertinya aku memang sedang falling in love sama si Ima. Setiap pulang sekolah, dia sering aku jemput, lucu deh, jadi seperti jemput adik sendiri, nanti aku dikira pembantu pribadinya sama temennya. Biarin deh, yang penting aku sayang sama Ima.<br /><br />Nah, pada suatu hari waktu dia pulang sekolah, aku ajak saja ke rumahku. Ternyata dianya mau.Asyik, pikirku. Habis dia tidak pernah mau aku ajak ke rumahku. Dan pas ketika kuajak ke kamarku, dianya mau saja dan untung tidak ada yang melihatku bawa-bawa anak SD, kan malu juga kalau ketahuan punya cewek anak SD. Setelah beberapa kali aku ajak ke rumah, baru kali inidia mau dan mau lagi ke kamar. Kan kalau di kamar suasananya jadi lebih romance dan tenang karena berdua saja. Di kamar kustel kaset West Life, khan lumayan lembut tuh musiknya. Dia suka banget sama itu Boys Band. Pertama-tama kami ngobrol biasa tentang sekolahnya, guru-gurunya, temen-temennya, biasalah anak SD. Eh, kami akhirnya ngobrol tentang pacaran, aku tanya saja.<br /><br />“Pacar kamu siapa sih..?” sambil senyum.<br />“Bukannya kamu..” jawabnya.<br />Waduh, nih anak SD polos amat.. tapi aku seneng sih, dia ngakuin aku.<br />“Iya nih Ma, aku sayang banget ama kamu,” rayuku.<br />Dianya diam sambil menatapku malu. Waduh wajahnya itu lho, masih Fresh dan dia manis sekali. Tiba-tiba, gara-gara meliat parasnya yang cute itu, aku jadi ingin mencium bibirnya, tapi dia mau tidak ya?<br /><br />“Sayang, kamu pernah ciuman belum?” tanyaku.<br />“Belum, tapi suka deh ngeliat orang ciuman di film-film,” katanya.<br />“Mau nyobain tidak?” tanyaku, to the point saja.<br />Dia diam saja.<br />“Sama kamu? nggak ah, takut.. malu..” kata Ima.<br />“Nggak apa-apa lagi..” jawabku.<br />“Coba ya.. enak kok,” kataku lagi.<br />“Coba deh merem!” kataku.<br />Dia mencoba merem, tapi melek lagi, takut katanya. Jantungnya terasa deg-degan, katanya.<br />“Santai saja, tidak usah tegang,” kataku.<br /><br />Dia mulai merem, perlahan aku dekati wajahnya, mulai terasa hembusan nafasnya. Lalu perlahan kusentuh bibirku dengan bibirnya. Ketika bibir kami mulai bersentuhan, bibirku mulai bermain di bibirnya, dia belum merespon. Dia hanya membiarkan bibirku memainkan bibirnya, terasa sekali hembusan nafasnya, bibirnya yang begitu lembut tapi akhirnya dia juga mulai memainkan bibirnya. Sekitar lima menit kami berciuman. Nafas dia terengah-engah ketika selesai berciuman. “Gimana enak tidak?” tanyaku. Dia cuma tersenyum malu-malu, “Mau lagi tidak? tapi sekarang lebih seru lagi, kumasukkan lidah ke mulut kamu, terus kamu nanti isep lidahku di dalem mulut kamu ya.. dan nanti gantian kamu yang masukin lidah ke mulutku, nanti kuisep,” kata aku.<br /><br />Dia merem lagi, aku dekati bibirku. Begitu kena bibirnya, langsung aku masukkan lidahku, dia langsung menghisap, ah enak, geli dan nikmat, terasa di mulut. Setelah itu dia masukkan lidahnya ke mulutku, kuhisap lidahnya lengkap beserta ludah yang ada di mulutnya. Ketika sedang asyik berciuman itu, timbul ide nakal, aku mencoba meraba dadanya yang masih baru tumbuh. Ternyata dia tidak menolak, dia masih terus menikmati berciuman dengan aku. Aku masih terus meraba-meraba dadanya yang kalau dibilang sih masih kecil untuk ukuran buah dada, tapi aku suka sekali sama buah dada yang semacam itu, runcing dengan puting yang baru tumbuh. Aku mulai nekat, kucoba masukkan ke dalam balik bajunya, di balik kaus singletnya (dia belum pakai BH, tapi karena tidak pakai BH, putingnya yang baru tumbuh itu jadi menonjol keluar, jadi kelihatan agak runcing dadanya) terdapat gundukan kecil imut nan segar. Eh, ternyata dia mulai sadar dan menghentikan ciumannya.<br /><br />“Jangan dimasukkin dong tangannya,” kata dia.<br />Wah, tampaknya dia belum berani.<br />“Maaf deh.. aku terlalu nafsu,” kataku.<br />“Eh, udah sore nih, kamu aku anter pulang dulu ya,” kataku.<br />Anak SD, kalau belum pulang sampai sore nanti dicariin, kan gawat kalau ibunya sampai tahu dia di kamarku. Akhirnya hari pertama dia di rumahku diakhiri dengan belajar ciuman.<br /><br />Besok-besoknya dia tidak pernah bisa main ke rumahku. Soalnya ibunya menjemput terus. Nah, seminggu setelah dia main ke rumahku, akhirnya dia mau lagi diajak ke rumahku. Pas pulang sekolah aku ajak masuk lagi ke kamarku.<br />“Gimana sayang? masih mau terusin pelajaran ciuman kita minggu kemaren?” tanyaku.<br />Dia tersenyum.<br />“Mau dong.. yang pakai masukin lidah ya..” kata Ima.<br />“OK deh..” jawabku.<br /><br />Dan mulailah kami ber-French kissing. Kami berciuman sampai beberapa menit. Tapi aku kepikiran lagi sama dada dia. Karena saking nafsunya aku ingin sekali merasakan dada cewekku ini. Aku mencoba minta ke Ima. “Ma.. aku pengen liat.. liat dada kamu boleh nggak..? Entar enak deh, bisa lebih enak dari pada ciuman,” kataku. Dia diam saja sambil menatap ke arahku. Akhirnya dia mau juga setelah kubujuk. Dia aku suruh duduk di tempat tidurku. “Kamu tenang aja ya..” dia mengangguk. Aku perlahan-lahan membuka baju kemeja sekolahnya, satu per satu kancingnya kubuka. Dia menatapku dengan perasaan yang tegang. “Rilex aja lagi.. jangan tegang gitu.. tidak sakit kok,” kataku. Akhirnya dia agak tenang.<br /><br />Begitu kebuka semua, wah, ternyata masih ada kaus singletnya yang menghalangi buah dada mininya itu. “Aku buka semua ya..” kataku. Dia mengangkat tangannya ke atas, lalu kubuka singletnya.Wow.. ternyata indah sekali man..! Kulitnya yang putih mulus, masih halus sekali, buah dadanya yang baru muncul itu menampakkan suatu kesan yang amat indah, putingnya berwarna pink itu, membuat lidahku ingin mengulumnya. Dengan perlahan kusentuhkan lidahku ke putingnyayang berwarna pink itu. (PS: Kalau mau mencoba sama anak yang baru tumbuh buah dadanya, hati-hati, soalnya daerah itu masih sensitif sekali. Kalau kesentuh keras sedikit saja, terasa sakit sekali sama dia. Bener tidak?).<br /><br />Lalu mulai kujilati dan tanganku mencoba menyentuh puting yang satu laginya. Dia merem ketika aku menjilati putingnya, dia tinggal memakai rok merah, seragamnya. Dia merem ketika aku menjilat, menghisap, menyentuh, meraba buah dada imutnya itu, dan dia mulai mendesah kenikmatan, “Ssshhssh.. mm..” desahnya, aku makin horny saja mendengarnya dan aku makin lancar mengerjai dadanya itu. Aku jilati bergantian kanan dan kiri, dan aku juga menjilati perutnya dan pusarnya. Sedang menjilati tubuhnya itu, eh, timbul lagi benak nakal. Bentuk vaginanya gimana ya? aku jadi penasaran gitu. Aku masukkan tanganku ke dalam roknya. Kuusap-usap CD-nya yang melapisi vagina imut-imut milik seorang anak kelas 6 SD yang manis itu.<br /><br />“Ima.. kamu mau tidak membuka rok kamu..?” tanyaku.<br />“Mau kan sayang..?” tanyaku lagi.<br />“Tapi tidak apa-apa kan?” tanya Ima.<br />“Nggak kok..” kataku.<br />Dia kusuruh tiduran. Aku membuka roknya, aku peloroti roknya, dia tinggal memakai celana dalamnya yang berwarna pink (lucu deh, ada gambar Hello Kitty-nya), dan akhirnya aku peloroti CD-nya. Terlihatlah sekujur tubuh telanjang seorang anak SD yang membuatku ingin menidurinya. Terlihat vagina yang masih mulus, belum ada bulunya dan bibir vaginanya yang mulus juga, dan aku nafsu sekali. Aku jilati vaginanya, dianya kegelian, sehingga badannya bergoyang ketika aku jilati bagian dalam vaginanya.<br /><br />Tapi lama-lama kupikir, aku jahat sekali, nih anak kan cewekku, masa aku tega sih. Ya sudah, aku selesai saja. Kalau aku sampai ML, berarti aku menghancurkan masa depan seorang anak. Aku terus menjilati vaginanya, dan aku terus menjilati bagian klitorisnya sampai dia bergoyang-goyang. Akhirnya dia mengalami orgasme, “Aahh.. aku lemes..” Akhirnya aku sudahi jilati vaginanya dan kucium pipinya.<br /><br />“Gimana enak kan..?” tanyaku.<br />“Iya..”<br />“Tidak apa-apa khan?” kataku.<br />“Udah sore tuh kamu mau pulang..?” tanya aku.<br />“Iya deh, tapi kapan-kapan lagi ya..” katanya.<br />“Iya deh sayangku,” kataku sambil kucium keningnya.<br /><br />Yah begitulah ceritanya, aku tidak tega untuk merenggut keperawanan nya. Aku sama Ima jalan sampai dua bulan saja, karena bosan. Aku tidak pernah ML sama dia dan aku sudah berjanji tidak mau ML sama dia. Nantikan cerita kami berikutnya.Unknownnoreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-67307563090574924282009-12-01T08:02:00.000-08:002009-12-01T08:04:33.836-08:00Ketagihan Kontol Gede<span style="font-weight:bold;">Cerita Panas</span> - Hallo, nama saya Lilian. Saya mau bercerita tentang pengalaman saya beberapa waktu yang lalu. Saya adalah wanita yang memiliki hyperseksual yang dalam hal ini kecanduan akan kebiasaan sepongan (melakukan oral seks terhadap kemaluan pria). Sudah lama sekali saya waktu pertama kali menghisap kemaluan pria. Waktu itu umur saya 16 tahun. Dan setelah kejadian itu, saya sudah mendapatkan 2 kejantanan pria lagi untuk saya sepong. Saya benar-benar tidak puas dengan tidak terpenuhinya keinginan saya untuk menghisap kemaluan pria. Masalahnya saya sering dipingit orang tua, apalagi ditambah dengan lingkungan sekolah saya yang merupakan sekolahan khusus cewek. Jadi saya sering sakaw (menagih) kemaluan pria. Suatu malam, saya sudah benar-benar tidak tahan lagi. Buku dan VCD porno pun tidak bisa memuaskan saya. Bahkan waktu saya melakukan masturbasi pun saya tetap merasa kurang puas.<br /><br />Saya yang sehabis masturbasi, membuka jendela kamar saya yang berada di lantai 2 rumah saya. Waktu itu jam 23:30. Saya melihat jalanan di depan rumah sudah sepi sekali. Tiba-tiba ide gila saya mulai lagi. Saya dengan nekat, diam-diam keluar rumah sambil bertelanjang tanpa sepengetahuan siapa pun yang ada di rumah karena semua sudah pada tidur. Saya sampai nekat melompat pagar dengan harapan ada cowok atau pria yang melihat dan memperkosa saya. Apapun asal saya bisa menghisap kemaluannya.<br /><br />Di komplek saya memang sepi sekali pada jam-jam segitu. Saya sedikit menyesal juga, kenapa saya tidak keluar agak lebih sore. Agak dingin juga malam itu atau mungkin juga karena saya tidak memakai selembar pakaian pun. Di ujung jalan, saya melihat masih ada mas Agus, tukang nasi goreng langganan saya yang masih berjualan. Langsung saya sapa dia.<br />“Mas Agus, nasi gorengnya dong…” pinta saya.<br />“Lho, mbak Lili..? Ngapain malam-malam begini masih di luar? Ngga pake apa-apa lagi…” sahutnya sambil terheran-heran melihat saya yang tanpa sehelai benang pun di tubuh.<br />“Abis panas sih, Mas. Kok tumben masih jualan..?”<br />Mas Agus tidak menjawab. Tetapi saya tahu matanya tidak bisa lepas dari payudaraku yang putih polos ini.<br />“Ngeliatin apa mas..?” kutanya.<br />“Ah ngga…” katanya gugup.<br />Lalu mas Agus menyiapkan penggorengannya untuk memasak nasi goreng pesananku. Saya lihat ke arah celananya, saya tahu batang kemaluannya sudah berubah jadi bertambah besar dan tegang. Karena saya sudah tidak tahan lagi untuk segera menghisap kemaluannya, saya nekat juga. Saya jongkok sambil membuka ritsletingnya dan mengeluarkan batang kejantanannya dari dalam CD-nya. Tidak pakai basa-basi, saya masukkan alat vitalnya mas Agus ke dalam mulut saya. Saya jilat-jilat sebentar lalu saya hisap dengan bibir. Saya yakin mas Agus merasakan senang yang tiada tara, seperti mendapatkan rejeki nomplok. Tidak hanya itu, saya juga menjilati dua telor mas Agus. Memang agak bau sih, tetapi saya benar-benar menikmati kejantanan mas Agus yang sekarang dia mulai bersuara, “Mmmh… mmmh… uhhh…”<br /><br />Kira-kira 15 menit saya menikmati kemaluannya mas Agus, tiba-tiba mas Agus menyuruh saya untuk berdiri. Dia memelorotkan celana dan CD-nya sendiri sampai bawah dan menyuruh saya berbalik. Sekarang saya membelakangi mas Agus. Mas Agus jongkok dan menjilati kemaluan saya. Saya langsung merasakan kenikmatan yang hebat sekali. Hanya sebentar dia melakukan itu. Selanjutnya dia berdiri lagi dan memasukkan batang kejantanannya ke liang senggama saya. Kami berdua melakukan senggama sambil berdiri. Saya melakukannya sambil pegangan di gerobak nasi gorengnya. Saya sudah benar-benar merasa keenakan.<br /><br />“Uuuh… akkhh… akkh… akhhh…” saya menjerit-jerit kegilaan, untung tidak ada yang mendengar.<br />“Mas, kalo udah mau keluar, bilang ya…” pinta saya.<br />“Udah mau keluar nih…” jawabnya.<br />Langsung saja saya melepaskan batang kejantanannya dari liang vagina saya dan jongkok di hadapan kemaluannya yang mengacung tegak. Tetapi setelah saya tunggu beberapa detik, ternyata air maninya tidak keluar-keluar. Terpaksa saya kocok dan hisap lagi batang kejantanannya, saya jilati, dan saya gigit-gigit kecil. Setelah itu tibalah saatnya saya menerima upah yang dari tadi saya sudah tunggu-tunggu, yaitu air maninya yang memang lezat.<br />“Crot.. crot.. crot…” semuanya saya minum seperti orang yang kehausan.<br />Langsung saja saya telan dan saya bersihkan kejantanannya dari air mani yang tersisa.<br /><br />Bertepatan dengan itu, 2 laki-laki lewat di depan kami. Ternyata mereka adalah bapak-bapak yang tinggal di komplek ini yang sedang meronda.<br />“Lho, mas Agus lagi ngapain..?” kata seorang bapak di situ.<br />“Ah ngga pak… mmm… ini mbak Lily…” jawab mas Agus malu-malu.<br />“Ini Om, saya habis ‘gituan’ sama mas Agus…” saya jawab begitu nekat dengan harapan 2 bapak ini juga mau memperkosa saya seperti yang telah saya lakukan dengan si penjuali nasi goreng.<br />Mereka keheranan setengah mati mendengar pengakuan saya itu.<br />“Adik ini tinggal dimana?” tanya salah satu dari mereka.<br />“Di sana, di blok F.” jawab saya.<br />“Ayo pulang sudah malam..!”<br />Dan saya pun diseret pulang. Saya takut setengah mati karena jika sampai saya dibawa pulang, pasti ketahuan sama orang tua dan saya bakal digantung hidup-hidup.<br /><br />Di tengah jalan, saya beranikan diri berkata pada mereka, “Om, mau nyusu ngga..?”<br />“Jangan main-main kamu…”<br />“Ayolah Om…. saya tau kok, Om mau juga kan ngewe sama saya..?”<br />Mendengar itu, si Om langsung terangsang berat. Saya langsung mengambil kesempatan meraba-raba batang kejantanannya yang tegang.<br />“Ayo dong Om… saya pengen banget lho…” saya bilang lagi untuk menegasakan maksud saya.<br />Bapak yang satunya lagi langsung setuju dan berkata, “Ya udah, kita bawa ke pos ronda aja pak Karim…” dan pak Karim pun setuju.<br /><br />Setibanya di sana, ternyata masih ada 3 orang lagi yang menunggu di sana, termasuk bang Parli, hansip di komplek saya. Saya kegirangan sekali, bayangkan saya akan mendapatkan 6 batang kejantanan dalam semalam. Gila… beruntung sekali saya malam itu. Setelah kami berenam ngobrol-ngobrol sebentar tentang kejadian antara saya dan mas Agus, saya langsung memberanikan diri menawarkan kesempatan emas ini ke mereka, “Saya sebenernya pengen banget ngerasain barangnya bapak-bapak ini…”<br />Mereka langsung terlihat bernafsu dan terangsang mendengar perkataan saya, dan saya jeas mengetahuinya. Saya suruh mereka berlima melepas celana dan CD mereka sendiri dan duduk di bangku pos hansip itu. Mereka berbaris seperti menunggu dokter saja. Batang kemaluan mereka besar-besar juga. Saya langsung memulai dengan batang kejantanan yang paling kanan, yaitu senjata keperkasaannya bang Parli. Saya hisap, saya gigit-gigit kecil, saya kocok di dalam mulut saya, dan saya jilati keseluruhan batangnya dan termasuk juga telurnya. Begitu juga pada batang keperkasaan yang kedua, ketiga, keempat, dan yang terakhir miliknya pak Karim.<br /><br />Setelah selesai, saya masih belum puas kalau belum meminum air mani mereka. Lalu saya duduki batang kejantananmya bang Parli sampai masuk ke liang senggama saya. Saya kocok-kocok di dalam vagina saya. Sementara itu, pak Karim dan satu bapak lainnya menjilati dan menghisap puting susu saya, sedangkan yang dua bapak lainnya menunggu giliran. 10 menit setelah itu, saya sudah setengah tidak sadar, siapa yang menggenjot lubang senggama saya, siapa saja yang menghisap buah dada saya, batang kejantanan siapa saja yang sedang saya sepong, seberapa keras jeritan saya dan berapa kali saya sudah keluar karena orgasme. Ada pula saatnya ketika satu senjata kejantanan masuk ke lubang vagina saya, sedangkan satu senjata lagi masuk ke lubang anus saya sambil saya menghisap 3 batang kemaluan secara bergantian. Pokoknya saya sudah tidak sadar lagi. Karena merasakan kenikmatan yang benar-benar tiada tara.<br /><br />Untungnya mereka tidak mengeluarkan air maninya di dalam lubang kewanitaan saya, kalau tidak bisa hamil nanti saya… berabe dong..! Lagipula saya berniat meminum semua air mani mereka. Akhirnya saat yang saya tunggu-tunggu, yaitu saatnya saya berjongkok di depan mereka dan mereka mengelilingi wajah saya sambil mengocok-ngocokkan barang mereka masing-masing. Sesekali saya masih juga menghisap dan menyedot kelima batang kejantanan itu dengan lembut.<br />Akhirnya, “Crot… crot… crot… crot…. crot…” saya malam itu seperti mandi air mani. Saya merasa puas sekali.<br /><br />Waktu pulang, saya diantarkan bang Parli, si hansip. Ketika sudah sampai di depan rumah saya, sekali lagi bang parli membuka ritsletingnya dan menyodokkan batang kejantanannya ke dalam lubang senggama saya. Saya melakukannya sambil nungging berpegangan ke pagar depan rumah saya. Selama 10 menit saya dan bang parli melakukan senggama di depan pagar rumah saya. Air maninya sekarang terpaksa dikeluarkan di punggung saya. Saya tidak menyesal karena air maninya kali ini tidak terlalu banyak. Saya melompat pagar lagi, dan masuk ke kamar diam-diam. Sampai di kamar sudah jam 3 lebih. Badan saya seluruhnya malam itu bau sperma. Saya langsung tidur tanpa mandi dahulu karena besoknya saya harus ke sekolah. Saya yakin mereka semua akan tutup mulut sebab takut dengan istri mereka masing-masing.<br /><br />TamatUnknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-82886484121259896312009-11-20T09:49:00.000-08:002009-11-20T09:55:38.740-08:00Selingkuh Dengan Pegawai<a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita selingkuh</a> - Malam itu Dewi terlihat sedang menonton TV diruangan keluarga dengan hanya mengenakan daster warna putih berbahan satin, Dewi terlihat cantik dan sexy mengenakan daster itu, belahan payudaranya yang putih dan mulus terlihat jelas sekali karena daster satu talinya itu berbentuk V, sementara dibalik dasternya Dewi tidak mengenakan BH dan CD, kedua putingnya yang berwana merah mudapun terlihat menonjol di dasternya itu sementara bayangan hitam yang tipis diselangkangannya terbayang dengan jelas.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.elzan.com/wp-content/uploads/kost_naked_02.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 400px; height: 300px;" src="http://www.elzan.com/wp-content/uploads/kost_naked_02.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Dewi memang masih muda umurnya sekarang ini baru 30tahun, dia menikah dengan suaminya pada saat ia berumur 20, sementara suaminya seorang duda beranak satu berumur 40tahun. Anak tirinya Doni sekarang ini berumur 18tahun. Sampai saat ini Dewi belum dapat memberikan keturunan kepada suaminya, mungkin ini yang membuat tubuh Dewi tetap sexy terutama kedua buah payudaranya yang masih kencang.<br /><br />Hari ini suaminya memang pulang terlambat karena harus menjamu tamunya dan Doni sendiri menginap dirumah temannya, saat ini Dewi sendirian dirumah.<br /><br />Malam semakin larut, hawa dingin karena hujan dan kesepian tanpa ada yang menemani ngobrol membuat Dewi mulai mengantuk, tanpa terasa Dewi mulai tertidur diatas sofa.<br /><br />Jam didinding mulai menunjukkan tepat jam 1, sementara Dewi yang terlelap dalam tidurnya tidak menyadari daster yang menutupi tubuhnya sudah tidak menutupi tubuhnya secara sempurna, tali dasternya sudah tidak dipundaknya melainkan sudah berada ditangannya, ini membuat kedua payudaranya terlihat dengan jelas, sementara dibagian bawah sudah terangkat sehingga lembah kenikmatannya yang tertutupi oleh rambut hitampun terlihat dengan jelas.<br /><br />Saat itu diluar Nampak sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Dewi, dari dalam mobil turun seorang pemuda berbadan atletis, pemuda ini kemudian membuka pintu belakang mobil, si pemudapun terlihat memasukkan setengah badannya kedalam mobil, selang tak lama si pemuda dengan agak setengah menyeret membantu keluar seorang pria setengah baya dalam kondisi mabuk sekali, setelah pria setengah baya itu berada diluar mobil, pemuda itu mulai memapah pria tersebut kearah pintu rumah Dewi sambil tak lupa menutup pintu mobil dan menguncinya.<br /><br />Sampai didepan pintu, pemuda itu mengeluarkan kunci pintu dan membuka pintu itu sambil tetap memapah pria tersebut, sesampainya didalam pemuda itu tak lupa menutup pintu rumah dan menguncinya kembali, kemudian pemuda itu memapah pria tersebut menuju kamar tidur, saat berjalan menuju kamar tidur pemuda itu menghentikan langkahnya diruangan keluarga, matanya terbelalak melihat pemandangan yang membangkitkan birahi, dia melihat kedua payudara Dewi yang putih dan mulus juga lembah kenikmatannya yang tertutupi oleh rambut hitam, melihat itu semua sipemudapun menelan air liurnya berkali-kali sementara, bagian bawah tubuhnya perlahan-lahan mulai begrerak.<br /><br />Tanpa membuang waktu lagi pemuda itu dengan cepat memapah tubuh bossnya yang mabuk berat kearah kamar tidur, yang memang tidak terlalu berjauhan dengan ruang keluarga, setelah merabhkan tubuh bossnya dan membuka sepatunya, pemuda itu keluar dari ruang tidur dan menutup pintunya, kemudian dia kembali menuju keruangan keluarga dimana Dewi masih terlelap dalam tidurnya, sesampainya didepan Dewi tanpa membuang waktu lagi pemuda itu mulai melepaskan baju, sepatu, celana dan celana dalamnya, sehingga tubuh atletisnya tidak mengenakan sehelai benangpun. Tampak kon**l pemuda itu sudah berdiri dengan tegak sekali.<br /><br />Perlahan-lahan pemuda itu mulai duduk disamping Dewi, kedua tangannya mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, dengan penuh nafsu pemuda itu mulai menjilati putting susu Dewi dan kadang-kadang ditimpali dengan hisapan-hisapan, mulut bekerja tanganpun tidak mau ketinggalan, tangan yang satu meremas-remas payudara Dewi, dan yang satunya mulai mengelus-elus lembah kenikmatan Dewi, saat tangannya mulai menyentuh vagina Dewi, dia merasakan Vagina Dewi sudah basah, nampaknya Dewi sedang bermimpi dientot, kemudian pemuda itu mulai memasukkan jari tengahnya kedalam lubang Dewi yang sudah basah itu, dengan gerakan perlahan-lahan dikeluar masukkan jarinya itu dimemek Dewi. Seluruh aksinya itu membuat Dewi mulai mendesah keenakan, entah karena akibat aksi sipemuda atau karena dia sedang menikmati mimpinya.<br /><br />Setelah merasakan memek Dewi semakin basah pemuda itu kemudian mengeluarkan jari tangannya, lalu ia mulai mengangkangkan kedua kaki Dewi dan mengarahkan kon**lnya kememek Dewi, dengan perlahan-lahan sipemuda mulai mendesakkan kon**lnya kelubang memek Dewi, sipemuda tidak mau terburu-buru memasukkan kon**lnya dia takut Dewi terbangun, perlahan-lahan batang kon**l sipemuda mulai masuk kedalam lubang memek Dewi, ia merasakan memek Dewi sangat sempit sekali, nampaknya memek Dewi jarang dipakai atau kemaluan suaminya kecil sehingga lubang memek Dewi masih sempit, sedikit demi sedikit kon**lnya mulai terbenam dilubang memek Dewi, dengan gerakan perlahan sipemuda mulai menurunkan tubuhnya sehingga posisinya mulai menindih tubuh Dewi dan kedua tangannya mulai diselipkan ketubuh Dewi.<br /><br />Sambil memeluk tubuh Dewi dengan cukup erat dan bibirnya mulai mengulum bibir Dewi, sipemuda membenamkan kon**lnya dalam-dalam kedalam lubang memek Dewi, akibat gerakan itu Dewi tersentak dan terbangun dari tidurnya, matanya terbelalak saat melihat wajah sipemuda, tapi Dewi tidak bisa berteriak karena mulutnya sedang dilumat oleh sipemuda, Dewi merasakan bukan hanya mulutnya saja yand sedang dilumat tapi memeknya pun sedang disumpal oleh kon**l sipemuda ini, dan Dewi mulai merasakan sipemuda menggerakkan kon**lnya dilubang memeknya.<br /><br />Bless…sleep…bleess…sleppp…bleess….sleeeppp..<br /><br />Terlihat Mata Dewi yang tadinya terbelalak karena kaget perlahan-lahan mulai meredup sayu, nampaknya Dewi mulai merasakan kenikmatan dientot oleh sipemuda, Dewi mengenali sipemuda sebagai Andi salah seorang bawahan suaminya, yang dia tidak mengerti bagaimana Andi bisa masuk kedalam rumahnya dan bagaimana Andi bisa dengan bebasnya memasukkan kon**lnya kedalam lubang memeknya, tetapi Dewi tidak mau berpikir banyak tentang hal itu yang ada dalam benaknya sekarang ini adalah menikmati sodokan kon**l Andi.<br /><br />“hmmhh….hhhmmmhhh….hhmmmhhhh” terdengar desahan dari mulut Dewi yang masih dilumat oleh Andi, karena AndI takut kalau ia lepaskan lumatannya Dewi akan berteriak.<br /><br />Mata Dewi mulai merem melek menikmati sodokan-sodokan kon**l Andi yang besar kalau dibandingkan dengan suaminya, melihat Dewi mulai menikmati entotannya Andi mulai berani melepaskan lumatan dibibir Dewi dan mulai menjilati leher dan telinga Dewi, aksinya ini semakin membuat desahan-desahan Dewi semakin menjadi.<br /><br />“Ouuhhh……ssshhhhh…..aaahhhhh….Annddiiii…..kontoool llmuuuu…eenaakk sekali dan besar sshhhh…aaahhhh…” Dewi mendesah kenikmatan menikmati entotan Andi.<br /><br />“Hmmhhhh…..slrrppp…..hmmmm….memek ibu juga eenaaakkk…oohhhh….sslrrpppp….seempiitt sekali … ooohhhh….slllrrpppp…..” Andi melenguh keenakan merasakan memek Dewi yang masih sempit sambil tetap menghisap-hisap payudara Dewi.<br /><br />Dewi merasakan kenikmatan duniawi yang belum pernah ia alami sebelumnya, selama pernikahannya dengan suaminya belum pernah dia merasakan nikmatnya dientot, selama ini suaminya selalu mencapai kepuasan terlebih dahulu, sementara ia sendiri belum mencapai kepuasan, jangankan untuk mencapai klimaks, untuk merasakan keenakan saja Dewi belum pernah merasakannya, berbeda dengan saat ini saat memeknya disodok-sodok oleh kon**l Andi yang memang dalam ukuran saja lebih besar dan lebih panjang dari punya suaminya, apalagi Andi masih muda.<br /><br />Kedua insan ini sudah tidak ingat apa-apa lagi selain menikmati persetubuhan mereka yang semakin menggila, Andi semakin cepat mengeluar masukkan kon**lnya didalam lubang memek Dewi yang semakin basah, sementara Dewi sendiri dengan semangat 45 menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakan Andi, keringat sudah mengalir dari kedua tubuh mereka.<br /><br />“Ouughhh … Andi ….teruussss….ooughhh… enaaakkkk….sekaalliii….oughhhh….tekaaaann yang dalam, Oughhh….puaskaannn…akuuuu…..yaaahhh,…aaaahhhh”. Lenguhan Dewi semakin menjadi.<br /><br />Andi mengikuti kemauan Dewi dengan menekan lebih dalam kon**lnya dilubang memek Dewi, ia merasakan ujung kepala kon**lnya menyentuh bagian paling dalam memek Dewi.<br /><br />“Aaagghhh…akuuu..sudah tidak tahan laaagiiii…ouugghhhh…Anddiiiiii……aku mau keluar…ough enaaaaakkkk sekali kon**llmuuuu…..aaaagghhhhhh…..Andi ….akuuu…keluaaarrrrr……… aaaaghhhhhhh.” Dewi mengerang.<br /><br />Srrr…..cccreeet….ssssrrrrr…….. akhirnya Dewi mencapai puncak kenikmatannya, tubuhnya mengejang saat ia mencapai kepuasannya, vaginanya berdenyut-denyut saat mengeluarkan lahar kenikmatannya, Andi sendiri merasakan vagina Dewi seperti meremas-remas kon**lnya, Andipun lalu menekan lebih dalam kon**lnya dan membiarkan kon**lnya terbenam sebentar didalam lubang memek Dewi.<br /><br />Dewi memeluk erat-erat Andi, sementara kakinya ia kaitkan dengan erat dibelakang pinggul Andi, sehingga kon**lnya Andi semakin terbenam dimemeknya, beberapa saat kemudian Dewi melepaskan pelukan dan kaitan kakinya ditubuh Andi, sementara diwajahnya terpancar kepuasan.<br /><br />“Andi kamu betul-betul hebat, selama ini belum pernah saya mengalami nikmatnya menge***t,” Dewi berbisik ditelinga Andi.<br /><br />“Saya juga merasa enak nge***t ibu, memek ibu sangat sempit. “ Andi menimpali bisikan Dewi, sambil dengan perlahan-lahan mulai memaju mundurkan lagi kon**lnya.<br /><br />“Hmmm…aahh..kamu belum keluar.” Dewi bertanya, karena ia merasakan kon**l Andi masih keras. “Hmm..aku pikir kamu sudah selesai”.<br /><br />“Belum, ibu masih mau lagi?” tanya Andi.<br /><br />“Hmmm…memang kamu bisa buat aku puas lagi.” Dewi balik bertanya.<br /><br />“He..he..kita coba saja, apa saya bisa buat ibu puas lagi atau tidak.” Jawab Andi sambil mulai mempercepat gerakannya, sementara tangannya mulai meremas-remas kedua bukit payudara Dewi.<br /><br />“Kita tukar posisi, biar aku yang menggenjot kon**lmu, sekarang kamu duduk.” Dewi menimpalinya, karena ia sendiri tidak mau membuang kesempatan ini.<br /><br />Andi kemudian menarik tubuh Dewi tanpa melepaskan kon**lnya dari lubang memek Dewi, dengan sedikit berputar Andipun lalu duduk disofa, sementara posisi Dewi sekarang sudah dipangkuannya, dengan posisi ini Andi lebih leluasa untuk bermain di susunya Dewi, kedua tangannya dengan penuh nafsu meremas-remas kedua bukit kembar Dewi, mulutnyapun ikutan beraksi, kedua putting susu Dewi bergiliran dijilati dan dikulum serta dihisap-hisap oleh Dewi, aksi Andi ini perlahan-lahan mulai membangkitkan kembali birahi Dewi, dengan perlahan-lahan Dewi mulai menaikturunkan pinggulnya, gesekan-gesekan kon**l Andi didinding memeknya membuat birahinya kembali memuncak dengan cepat.<br /><br />“Ouuughhh….Andiiiii……hiisaaaapppp….tteeeteeekkku…. .ooughhhh…yyaaachhh….begitu… aaaghhhh… kon**lmu enak sekaaaliii…” Dewi mengerang sambil mempercepat gerakan naik turunnya.<br /><br />“Klo mau keluar kamuuuuu….kkassiih…tahuuu…yaachhhh…..” Dewi berbisik di telinga Andi.<br /><br />“Hmmhhh…ssslllrpppp…..hhmmmmhh….ok…..aaaagghhhhh., …….” Andi menjawab sambil tetap menghisap-hisap tetek Dewi.<br /><br />Sleeppp…..blesss…sleeppp….bleesss….slleeepppp….ble essss….. kon**l Andi terlihat keluar masuk dalam lubang memek Dewi dengan cepatnya, karena Dewi pinggul Dewi naik turun dengan cepat.<br /><br />Dewi betul-betul menikmati persetubuhannya ini, gerakkannya semakin cepat dan semakin tak beraturan, lenguhan-lenguhan kenikmatan mereka berduapun semakin kerap terdengar, menikmati persetubuhan ini mereka berdua lupa dengan status mereka, dalam pikiran mereka hanya satu bagaimana mencapai kepuasan persetubuhan ini.<br /><br />“Ouughhh…Andiiiiii……akkuuuu….mauuuuu,……keellluuaaa rrr…lagi…oooohhhhh….aaaagghhh enaaaakkkkk sssekkaaaaallliiii…..kon**lmuuuu…” Dewi mengerang saat ia merasa bahwa ia akan mencapai lagi puncak kenikmatannya.<br /><br />Sementara itu Andi juga merasa bahwa ia akan mencapai puncak kenikmatannya, Andipun membantu Dewi yang akan mencapai puncak kenikmatannya dengan memegang pinggul Dewi dan membantu menggerakkan pinggul Dewi naik turun dengan cepat.<br /><br />“Ouuughhhhh…Buuu….aaakkkuuuu jugaaa…mau kelluaaaarrr…..aaaagghhhhhh….. memek ibuuuu… enaaakkk sekaaalliiiii……ooougghhhh….buuuu…aku gak taaahhaaannn…laagi.” Andipun mengerang merasakan puncak orgasmenya yang sudah diujung kepala kon**lnya.<br /><br />Creeetttt….creeeettt….sssrrr…..ccreeettt……..<br /><br />kon**l Andi menyemprotkan airmaninya didalam lubang memek Dewi, berbarengan dengan memek Dewi menyemprotkan lahar kenikmatannya, Dewi merasakan hangatnya sperma Andi didinding lubang memeknya, sementara Andi merasakan hangat dibatang kon**lnya karena disiram oleh lahar kenikmatan Dewi.<br /><br />Keduanya berpelukan dengan erat menikmati saat-saat terakhir puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka, kedua bibir mereka berpagutan dengan mesra, Dewi sendiri dengan perlahan-lahan menggoyangkan pinggulnya menikmati sisa-sisa kenikmatan dari kon**l Andi.<br /><br />Tak lama berselang Dewi beranjak dari pangkuan Andi, dari lubang memeknya terlihat cairan putih mulai mengalir perlahan, sementara kon**l Andi yang mulai mengkerut tampak mengkilat karena cairan kenikmatan Dewi, keduanya kemudian beranjak menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri.<br /><br />Setelah membersihkan diri keduanya kembali keruangan keluarga dan mulai mengenakan pakaian mereka, lalu Andi berpamitan pulang, ditimpali oleh Dewi dengan kecupan mesra dibibirnya, dan bisikan mesra ditelinganya, “ Terimakasih yach, atas malam yang indah ini”<br /><br />Dibalas oleh Andi dengan senyuman dan kata-kata yang menggoda,” Kalau ibu ingin kenikmatan lagi, hubungi saya saja”<br /><br />Dewipun tersenyum atas godaan Andi ini,” Pasti, “<br /><br />Setelah Andi pulang, Dewi menuju kamar tidurnya, malam ini Dewi tidur dengan lelap dimulutnya terukir senyum kepuasan. Sekian <a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">cerita panas</a> kali ini, sampai nanti dalam cerita selanjutnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-41945907474197703.post-6221371147304998352009-11-14T10:23:00.000-08:002009-11-14T10:30:02.696-08:00Cerita Anal Dengan istri<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://sudhew.files.wordpress.com/2009/02/rahma.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 400px; height: 301px;" src="http://sudhew.files.wordpress.com/2009/02/rahma.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br /><a href="http://100ceritapanas.blogspot.com/">Cerita panas</a> - Aku dan istriku sudah menikah belasan tahun. Dalam waktu yang sudah cukup lama ini, otomatis kehidupan sex kami sudah mulai kehilangan gairahnya.<br /><br />Tapi istriku sebenarnya adalah seorang yang cukup hot dalam kehidupan sex. Cuma waktu yang membikin semuanya menjadi monoton.<br /><br />Suatu waktu aku menawarkan untuk mencari jalan keluar dari kemonotonan ini, yang ujung-ujungnya adalah mencari orang ketiga.<br />Istriku menolak dengan cepat solusi ini.<br /><br />Tapi dari waktu kewaktu kehidupan sex kami semakin mengalami penurunan dan sampai suatu saat aku dengan agak memaksa untuk menjalankan solusi yang pernah kami bicarakan, yaitu orang ketiga.<br /><br />Berbulan-bulan waktu berlalu dan suatu saat istriku setuju dengan hati yang berat dan penuh dengan berbagai syarat.<br /><br />Mulai dari aku tidak boleh cemburu, aku harus ikut, dia tidak mau oral sex dan mau melihat dulu kalau orang ketiganya dan macam-macam.<br /><br />Akhirnya dia menelepon seseorang yang kita dapatkan dari koran dan membuat janji di satu hotel.<br /><br />Pada hari yang telah ditentukan kami bertemu dengan orang tersebut, dalam service yang tertulis massage+++.<br /><br />Setelah bertemu kami semua berhalo ria dan mulai bercerita. Didalam kamar hotel itu, kami duduk di sofa dan istriku masih tetap saja kikuk dan aku juga tidak bisa menangkap reaksinya, apakah dia siap atau tidak, walaupun dia tetap ramah seperti biasanya.<br /><br />Setelah sekian lama aku memulai inisiatif untuk menuju kekamar mandi untuk menghilangkan kekikukan kami.<br /><br />Dikamar mandi orang tersebut yang sebelumnya mengenalkan diri dengan nama Ivan mulai membantu istriku untuk melepas bajunya, akupun mulai melepas bajuku dan sebelum aku selesai, aku sudah melihat istriku telanjang tanpa sehelai benangpunpun di badannya.<br /><br />Ivan membimbing istriku untuk masuk ke bawah pancuran air dan mulai melepas bajunya. Setelah Ivan sendiri selesai melepas bajunya, istriku mulai memandang kemaluan Ivan yang besar dan berisi.<br /><br />Harus kuakui bahwa untuk ukuran itu aku kalah. Mungkin istriku juga sudah mulai membayangkan, bagaimana selanjutnya.<br /><br />Ivan lalu mulai memandikan istriku yang sudah agak lebih rileks dan waktu tangan Ivan menyentuh buah dada atau kemaluannya. terlihat istriku memejamkan matanya tanda keenakan.<br /><br />Dan atas inisiatif istriku dia mengambil sabun dan mulai membersihkan kemaluan Ivan yang juga terlihat berubah mimik wajahnya keenakan.<br /><br />Setelah itu giliranku di service oleh istriku dengan sabun. Setelah itu kami langsung menuju ke bed hotel.<br /><br />Diatas ranjang aku mulai dengan menciumi bibir istriku dan Ivan dengan profinya mulai membuka kaki istriku yang sedang terlentang dan mulai menciumi kemaluannya.<br /><br />Tanpa diduga istriku merespon dengan erangan yang asalnya lemah dan menjadi semakin keras, tanda bahwa dia mulai menikmati permainan ini.<br /><br />Akupun mulai bangkit dan semakin hot menciumi istriku sampai ke buah dadanya.<br /><br />Kami melakukan pemanasan awal untuk istriku ini cukup lama, untuk memberikan waktu agar hilang semua perasaan aneh.<br /><br />Aku sempat melihat Ivan dalam menyervice bagian bawah istriku selain menciumi kemaluannya juga memasukan sekali-kali jarinya kedalam liang kenikmatan itu dan suatu waktu aku melihat dia menciumi dan menjilati anus istriku, yang tidak diduga memberikan kenikmatan bagi istriku.<br /><br />Dan setelah sekian lama aku melihat Ivan juga memasukkan jarinya kedalam anus istriku, aku sama sekali tidak menyangka hal itu dibiarkan oleh istriku, karena sebenarnya didalam persyaratannya, dia tidak mau ada permainan anal, apalagi doppel penetration seperti di film2x.<br /><br />Kami sebenarnya sekali waktu pernah mempraktekkan anal-sex, tapi untuk hal ini, sebenarnya istriku menolak dan meminta itu menjadi persyaratan, tapi apa yang aku lihat, dia menikmati sekali waktu Ivan memaju-mundurkan jarinya di lubang anus sambil terus menciumi klitoris istriku.<br /><br />Dengan fantasiku yang sudah menjadi-jadi, aku menyodorkan penisku kemulut istriku yang langsung di respon dengan menggebu-gebu.<br /><br />Sesekali aku melihat Ivan mengocok penisnya sendiri untuk menjaga supaya tetap tegang.<br /><br />Kemudian aku menarik badan istriku dengan kepala menuju pinggir ranjang supaya kepalanya agak tergelai dipinggir ranjang, setelah kepalanya tergelai aku masukkan penisku kemulutnya dan mulai kugoyang penisku.<br />Pandanganku jadi lebih jelas apa yang di lakukan Ivan dengan vagina dan anus istriku.<br /><br />Selang beberapa saat aku tanya istriku apa dia mau ganti posisi aku menservicenya dari bawah, dia setuju, mungkin karena istriku mulai ingin melihat penis Ivan.<br />Kami lalu bertukar posisi dan aku melihat bagaimana ternyata istriku tanpa sabar menarik penis Ivan dan mulai mengocoknya.<br /><br />Aku melihat bahwa jari istriku tidak cukup untuk melingkar di penis Ivan yang membuktikan bahwa penis Ivan jauh lebih gemuk dari punyaku, yang panjangnya juga sekarang nyata lebih panjang dari punyaku yang sebenarnya juga tidak kecil.<br /><br />Mungkin si Ivan juga sudah mulai terangsang yang mengakibatkan penisnya jadi lebih besar lagi dibanding sewaktu mandi.<br />Dan tanpa kusangka istriku memasukan penis Ivan kemulutnya dan membiarkan Ivan juga menggoyang penisnya didalam mulut istriku.<br /><br />Padahal tadinya istriku tidak mau oral sex sebagai syaratnya.<br />Akupun yang sibuk di bawah juga merasa heran waktu aku memasukkan jariku kedalam anus istriku setelah memainkan vaginanya yang juga sudah basah, aku merasa bahwa anus istriku sangat longgar dan lembut, dengan mudah aku bisa memasukkan tiga jariku tanpa ada protes dari istriku.<br /><br />Aku tidak tahu bagaimana cara Ivan mempersiapkan anus istriku sampai seperti itu. Padahal kalau kami mau melakukan anal-sex, aku harus lama mempersiapkan anus istriku supaya dia tidak merasa sakit, walaupun seringkali terjadi, anus istriku tetap tegang dan waktu memasukkan, dia tetap merasa sakit.<br />Hebat benar orang ini, pikirku.<br /><br />Aku juga melihat bagaimana istriku ternyata tidak hanya di service mulutnya, sekali-kali dia memegang penis Ivan dengan erat dan menciumi dengan penuh gairah.<br />Sampai pada waktunya istriku meminta aku mulai memasukkan penisku ke vaginanya, akupun merespon dengan senang hati dan mulai menggoyang vaginanya dengan penisku.<br /><br />Istriku mulai mendesah-desah dan semakin lama semakin keras.<br />Melihat hal itu, nafsuku mulai menjadi-jadi yang berakibatkan kepada ketahananku, sebelum aku melepas cairan maniku aku menarik penisku keluar, tiba-tiba istriku menjerit dan berteriak kepada Ivan, untuk segera memasukan penisnya menggantikan aku.<br /><br />Ivan segera melayani permintaan istriku dan menggoyangkan penisnya dengan kekuatan penuh.<br />Istriku semakin menjadi-jadi dengan desahannya, aku yang duduk ambil nafas di sebelah istriku bisa melihat bagaimana penis Ivan memang betul2x memenuhi vagina istriku sampai-sampai klitoris istriku ikut keluar masuk mengikuti irama goyangan Ivan.<br /><br />Yang menyebabkan istriku semakin mendesah-desah keenakan, mungkin karena penisku tidak sebesar dan sepanjang itu, penisku tidak sanggup memuaskan vagina sekaligus klitorisnya.<br /><br />Dulu aku memang sering membantunya dengan vibrator, dimana penisku menggoyang vagina istriku dan istriku menggunakan vibratornya untuk merangsang klitorisnya.<br /><br />Didalam desahannya, istriku mengatakan supaya aku bersiap-siap untuk menggantikan Ivan, bilamana Ivan sudah tidak tahan lagi.<br />Aku mengiyakan dan mulai memainkan buah dadanya dan menciumi juga mulut istriku.<br /><br />Tapi Ivan memang betul2x profi, belum lama dia menservice vagina istriku dengan penisnya, kaki istriku tiba2x gemetaran dan desahan panjang keluar dari mulut istriku, dia orgasme, tapi dasar profi, dia tahu, dia tetap mengoyangkan penisnya keluar masuk dan kulihat penisnya begitu basah oleh cairan dari vagina istriku, sudah lama sekali penisku tidak basah seperti penis Ivan sekarang.<br />Istriku betul2x orgasme dashyat.<br />Istriku pun meminta supaya Ivan tidak berhenti menggoyang.<br /><br />Setelah aku mulai bisa menahan keteganganku aku minta kepada Ivan untuk ganti posisi.<br />Aku balik istriku untuk posisi doggy style, aku goyang istriku lewat belakang, sambil memainkan pantatnya, dan sekali-kali aku melihat anus istriku terbuka lubangnya, yang menandakan bahwa anusnya masih longgar dan siap untuk di goyang.<br />Tapi aku masih takut, karena itu syarat dari istriku, tidak anal-sex. Aku urungkan niatku, daripada merusak suasana.<br /><br />Memang benar orgasme kedua seorang wanita selalu lebih mudah dan lebih hebat dari yang pertama, setelah beberapa menit aku suplai dengan penisku, istriku mengerang keras lagi dan aku bisa merasakan gerakan tubuhnya yang lagi orgasme mengejang dan kemudian menangis sambil berkata ….oh..…terus..…terus….<br /><br />Tapi aku sekarang juga tidak mau menghentikan gerakanku dan dengan kedua tanganku aku menopang tubuh istriku yang lemas mau jatuh dari posisi doggy style-nya dan terus kugoyang.<br /><br />Aku mengisyaratkan kepada Ivan untuk bersiap menggantikan aku, aku lihat 2 jarinya sedang berada dimulut istriku dan diisap oleh istriku.<br />Rupanya tadi sewaktu istriku mau orgasme, Ivan memasukkan jarinya supaya istriku bisa lebih enjoy menikmati orgasmenya sambil menggigit jari Ivan.<br /><br />Ivan kemudian bersiap siap dan kemudian menggantikan aku untuk terus menggoyang.<br />Waktu penis Ivan kembali memenuhi vaginanya, istriku kembali mendesah-desah hebat. Akupun tak mau kalah aku goyang mulut istriku dengan penisku.<br /><br />Selang beberapa saat, Ivan menarik keluar penisnya dan memasukkan lagi, tapi waktu itu istriku sempat terkejut dan merapatkan pahanya, aku nggak tahu apa yang terjadi, setelah paha istriku kembali melebar dalam posisinya yang masih doggy style, aku baru tahu, Ivan sedang menggoyang anus istriku dengan penisnya, aku kembali terperangah.<br /><br />Kali ini pun istriku kelihatan menikmati sekali permainan anal Ivan. Karena besarnya penis Ivan, aku melihat anus istriku menjadi begitu menggairahkan. Dan anehnya istriku tidak merasa sakit.<br /><br />Karena memang sudah 2 jam permainan ini, istriku mulai kelelahan dan minta supaya Ivan berada dibawah dan dia diatas.<br /><br />Selama Ivan dibawah, dia menggoyang vagina istriku dari bawah dan aku memperhatikan dari belakang, bagaimana penis Ivan menghujam-hujam di vagina istriku, tampak vaginanya ikut keluar masuk mengikuti goyangan Ivan, juga anus istriku tampak lebih lebar.<br /><br />Tanpa disangka, istriku memintaku untuk memasukkan penisku ke anusnya, ya ampun… istriku sudah lupa daratan rupanya.<br />Akupun tidak menolak dan mulai meng-anal istriku dengan doppel penetration.<br /><br />Istriku semakin menjadi-jadi, teriakannya semakin menggila, sampai suatu saat badannya bergetar lagi dan mulai menangis lagi keenakan.<br /><br />Aku cabut penisku waktu istriku gemetaran, karena kali ini sungguh hebat erangannya, aku sampai bertanya apa semua ok.<br />Kali ini kulihat anusnya yang begitu melebar dan berdenyut-denyut, yang membikin aku semakin terangsang. Dia cuma menjawab lirih, ya….ya….<br /><br />Karena mungkin istriku sudah kelelahan setelah orgasme yang ketiga, dia meminta supaya kami semua mengarahkan penis kami ke wajahnya dan meminta kami untuk menyemprotkan mani ke dalam mulutnya sambil dia diposisi telentang.<br /><br />Aku berkata kepada Ivan supaya dia keluar duluan.<br />Dengan bantuan tangan dan mulut istriku, Ivan menyemprotkan seluruh amunisinya kedalam mulut istriku yang terbuka menunggu semprotan mani dari Ivan, dan masih sempat kulihat bagaimana banyaknya sperma Ivan begitu keras disemprotkan kedalam mulut istriku dan kemudian oleh Ivan, ditekan-tekan penisnya untuk mengeluarkan sisa spermanya yang kemudian menetes masuk kedalam mulut istriku yang kemudian ditelan oleh istriku.<br /><br />Melihat itu aku tidak bisa lagi menahan maniku dan akupun menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan kemudian aku masukkan penisku ke mulut istriku sambil kutekan-tekan untuk mengeluarkan sisa maniku langsung didalam mulut istriku.<br /><br />Sebelumnya istriku memang biasa menelan maniku, untuk obat awet muda katanya.<br /><br />Setelah itu kami bertiga tertidur dengan istriku berada ditengah.<br />Entah berapa lama aku tertidur ketika samar-samar kudengar suara desahan dan ranjang terasa bergerak-gerak.<br />Ya ampuun…kulihat istriku dalam posisi doggy style, anusnya sedang dianal Ivan dari belakang. Yang lebih hebat sekarang istriku memakai cincin kecil di kedua puting payudaranya!<br />Kapan dia melubangi putingnya?<br /><br />Mungkin baru saja, sekarang istriku berganti posisi diatas. Dia menduduki penis Ivan di anusnya.<br />Tampak tangan kanan Ivan memegang alat tindik yang biasa di pakai di telinga sekarang diarahkan ke klitoris istriku..! Istriku menjerit kecil sambil tangannya meremas kedua payudaranya sendiri saat Ivan menindik klitorisnya.<br /><br />Kemudian Ivan memasangkan gelang kecil di klitoris istriku. Ivan melirik ke arahku sambil mengedipkan sebelah matanya. Istriku berhenti bergoyang sesaat waktu tangan Ivan memasang cincin kecil di klitoris istriku….aku sangat terpana dan berdebar terbakar birahi menyaksikannya!<br /><br />Tampak olehku istriku menduduki penis Ivan, sebelah tangannya menjambak rambut Ivan, kedua tangan Ivan sekarang membelai-belai payudara istriku yang kedua putingnya terpasang cincin kecil, sedang tangan kanan istriku menyibakkan vaginanya… memamerkan clitorisnya yang sudah dipasang cincin oleh Ivan.<br /><br />Istriku tersenyum padaku matanya menatap nakal sambil lidahnya dimainkan dibibirnya. Istriku tampak seperti bintang film porno di film.<br />Penisku langsung tegang dan mengeras sampai maksimal. Lalu kudengar istriku minta agar penisku dimasukkan ke vaginanya bareng dengan penis Ivan di anusnya! Permintaan yang langsung saja kulaksanakan.<br /><br />Sekarang Ivan dalam posisi duduk dengan penis menancap di anus istriku yang duduk membelakangi Ivan, aku masukkan penisku ke vagina istriku yang bercincin di klitorisnya dari depan.<br /><br />Tangan Ivan memegang pinggang istiku, aku meremas-remas payudara dan putting istriku sambil berciuman dengan ganas dengan istriku dari depan. Lalu aku mulai meggoyang, Ivan mengangkat dan menurunkan pinggul istriku.<br /><br />Kami semua bergoyang dengan pelan menikmati permainan sex ini. Istriku menjambak rambutnya saat aku menciumi lehernya. Di dalam vagina istriku, penisku merasakan goyangan penis Ivan juga yang berada didalam anus istriku.<br />Selang beberapa saat istriku mengerang tanda dia orgasme.<br /><br />Setelah beberapa saat istriku minta agar penisku dan penis Ivan dimasukkan bersama-sama ke dalam vaginannya! Aku sangat terkejut dan kuatir, kalau vaginanya terluka. (sebenarnya aku mulai cemburu ke Ivan dan ngga mau vagina istriku melar terlalu lebar).<br /><br />Tapi istriku mulai memaksa.<br />Karena penis Ivan lebih panjang, istriku minta dia telentang.<br />Lalu istriku menduduki penis Ivan, kemudian aku mulai memasukkan penisku ke vagina istriku dari depan. Karena vagina istriku sudah terisi penis Ivan, agak sulit memasukkan penisku dari depan.<br /><br />Aku coba pelan-pelan, akhirnya kepala penisku mulai bisa masuk. Aku tarik keluar sedikit lalu aku masukkan lagi pelan-pelan, begitu berulang-ulang. Setelah beberapa menit usahaku mulai berhasil.<br />Penisku telah masuk setengahnya ke vagina istriku….sekarang istriku mulai mendesah-desah lagi.<br /><br />Enak pa….rasanya vagina mama terasa penuh…katanya. Karena aku semakin terangsang, akhirnya ku hunjamkan penisku sekuatnya. Akhirnya seluruh penisku dan penis Ivan masuk ke vagina istriku bersama-sama. Kami diam sesaat.<br /><br />Lalu istriku mulai menaik-turunkan pantatnya, disusul Ivan yang menggoyangkan pantatnya berputar-putar dibawah, aku tak ketinggalan menggoyang pantatku. Rasanya sangat nikmat!<br /><br />Akhirnya aku tak kuat…spermaku menyembur duluan, disusul Ivan beberapa saat kemudian lalu istriku. "Bagaimana pa asyikkan.." kata istriku tersenyum.<br />Setelah mandi bertiga, Ivan pamit pulang. Kami pun lalu tertidur sampai keesokan harinya karena kecapekan. SekianUnknownnoreply@blogger.com4