Linda anak Tante Maya



Cerita panas. Aku memang terlahir dari keluarga yang cukup berada. Aku anak lelaki
satu-satuya. Dan juga anak bungsu. Dua kakakku perempuan semuanya.
Dan jarak usia antara kami cukup jauh juga. Antara lima dan enam
tahun. Karena anak bungsu dan juga satu-satunya lelaki, jelas sekali
kalau aku sangat dimanja. Apa saja yang aku inginkan, pasti
dikabulkan. Seluruh kasih sayang tertumpah padaku.tapi disinilah awal mula cerita seks ku terjadi.

Sejak kecil aku selalu dimanja, sehingga sampai besarpun aku
terkadang masih suka minta dikeloni. Aku suka kalau tidur sambil
memeluk Ibu, Mbak Lisa atau Mbak Indri. Tapi aku tidak suka kalau
dikeloni Ayah. Entah kenapa, mungkin tubuh Ayah besar dan tangannya
ditumbuhi rambut-rambut halus yang cukup lebat. Padahal Ayah paling
sayang padaku. Karena apapun yang aku ingin minta, selalu saja
diberikan. Aku memang tumbuh menjadi anak yang manja. Dan sikapku
juga terus seperti anak balita, walau usiaku sudah cukup dewasa.

Pernah aku menangis semalaman dan mengurung diri di dalam kamar
hanya karena Mbak Indri menikah. Aku tidak rela Mbak Indri jadi
milik orang lain. Aku benci dengan suaminya. Aku benci dengan semua
orang yang bahagia melihat Mbak Indri diambil orang lain. Setengah
mati Ayah dan Ibu membujuk serta menghiburku. Bahkan Mbak Indri
menjanjikan macam-macam agar aku tidak terus menangis. Memang
tingkahku tidak ubahnya seorang anak balita.

Tangisanku baru berhenti setelah Ayah berjanji akan membelikanku
motor. Padahal aku sudab punya mobil. Tapi memang sudah lama aku
ingin dibelikan motor. Hanya saja Ayah belum bisa membelikannya.
Kalau mengingat kejadian itu memang menggelikan sekali. Bahkan aku
sampai tertawa sendiri. Habis lucu sih..., Soalnya waktu Mbak Indri
menikah, umurku sudab dua puluh satu tahun.

Hampir lupa, Saat ini aku masih kuliah. Dan kebetulan sekali aku
kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang cukup keren. Di
kampus, sebenarnya ada seorang gadis yang perhatiannya padaku begitu
besar sekali. Tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Dan aku
selalu menganggapnya sebagai teman biasa saja. Padahal banyak
teman-temanku, terutama yang cowok bilang kalau gadis itu menaruh
hati padaku.

Sebut saja namanya Linda. Punya wajab cantik, kulit yang putih
seperti kapas, tubuh yang ramping dan padat berisi serta dada yang
membusung dengan ukuran cukup besar. Sebenarnya banyak cowok yang
menaruh hati dan mengharapkan cintanya. Tapi Linda malah menaruh
hati padaku. Sedangkan aku sendiri sama sekali tidak peduli, tetap
menganggapnya hanya teman biasa saja. Tapi Linda tampaknya juga
tidak peduli. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar
saja. Bahkan dia sering main ke rumahku, Ayah dan Ibu juga senang
dan berharap Linda bisa jadi kekasihku.

Begitu juga dengan Mbak Lisa, sangat cocok sekali dengan Linda Tapi
aku tetap tidak tertarik padanya. Apalagi sampai jatuh cinta.
Anehnya, hampir semua teman mengatakan kalau aku sudah pacaran
dengan Linda, Padahal aku merasa tidak pernah pacaran dengannya.
Hubunganku dengan Linda memang akrab sekali, walaupun tidak bisa
dikatakan berpacaran.

Seperti biasanya, setiap hari Sabtu sore aku selalu mengajak Bobby,
****** pudel kesayanganku jalan-jalan mengelilingi Monas. Perlu
diketahui, aku memperoleh ****** itu dan Mas Herman, suaminya Mbak
Indri. Karena pemberiannya itu aku jadi menyukai Mas Herman. Padahal
tadinya aku benci sekali, karena menganggap Mas Herman telah merebut
Mbak Indri dan sisiku. Aku memang mudah sekali disogok. Apalagi oleh
sesuatu yang aku sukai. Karena sikap dan tingkah laku sehari-hariku
masih, dan aku belum bisa bersikap atau berpikir secara dewasa.

Tanpa diduga sama sekali, aku bertemu dengan Linda. Tapi dia tidak
sendiri. Linda bersama Mamanya yang usianya mungkin sebaya dengan
Ibuku. Aku tidak canggung lagi, karena memang sudah saling mengenal.
Dan aku selalu memanggilnya Tante Maya.
"Bagus sekali ******nya..", piji Tante Maya.
"Iya, Tante. diberi sama Mas Herman", sahutku bangga.
"Siapa namanya?" tanya Tante Maya lagi.
"Bobby", sahutku tetap dengan nada bangga.

Tante Maya meminjamnya sebentar untuk berjalan-jalan. Karena
terus-menerus memuji dan membuatku bangga, dengan hati dipenuhi
kebanggaan aku meminjaminya. Sementara Tante Maya pergi membawa
Bobby, aku dan Linda duduk di bangku taman dekat patung Pangeran
Diponegoro yang menunggang kuda dengan gagah. Tidak banyak yang kami
obrolkan, karena Tante Maya sudah kembali lagi dan memberikan Bobby
padaku sambil terus-menerus memuji. Membuat dadaku jadi berbunga dan
padat seperti mau meledak. Aku memang paling suka kalau dipuji.
Oh, ya..., Nanti malam kamu datang...", ujar Tante Maya sebelum
pergi.
"Ke rumah...?", tanyaku memastikan.
"Iya."
"Memangnya ada apa?" tanyaku lagi.
"Linda ulang tahun. Tapi nggak mau dirayakan. Katanya cuma mau
merayakannya sama kamu", kata Tante Maya Iangsung memberitahu.
"Kok Linda nggak bilang sih...?", aku mendengus sambil menatap Linda
yang jadi memerah wajahnya. Linda hanya diam saja.
"Jangan lupa jam tujuh malam, ya.." kata Tante Maya mengingatkan.
"Iya, Tante", sahutku.

Dan memang tepat jam tujuh malam aku datang ke rumah Linda.
Suasananya sepi-sepi saja. Tidak terlihat ada pesta. Tapi aku
disambut Linda yang memakai baju seperti mau pergi ke pesta saja.
Tante Maya dan Oom Joko juga berpakaian seperti mau pesta. Tapi
tidak terlihat ada seorangpun tamu di rumah ini kecuali aku sendiri.
Dan memang benar, ternyata Linda berulang tahun malam ini. Dan hanya
kami berempat saja yang merayakannya.

Perlu diketahui kalau Linda adalah anak tunggal di dalam keluarga
ini. Tapi Linda tidak manja dan bisa mandiri. Acara ulang tahunnya
biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Selesai makan malam,
Linda membawaku ke balkon rumahnya yang menghadap langsung ke
halaman belakang.

Entah disengaja atau tidak, Linda membiarkan sebelah pahanya
tersingkap. Tapi aku tidak peduli dengan paha yang indah padat dan
putih terbuka cukup lebar itu. Bahkan aku tetap tidak peduli
meskipun Linda menggeser duduknya hingga hampir merapat denganku.
Keharuman yang tersebar dari tubuhnya tidak membuatku bergeming.

Linda mengambil tanganku dan menggenggamnya. Bahkan dia
meremas-remas jari tanganku. Tapi aku diam saja, malah menatap
wajahnya yang cantik dan begitu dekat sekali dengan wajahku. Begitu
dekatnya sehingga aku bisa merasakan kehangatan hembusan napasnya
menerpa kulit wajahku. Tapi tetap saja aku tidak merasakan sesuatu.

Dan tiba-tiba saja Linda mencium bibirku. Sesaat aku tersentak
kaget, tidak menyangka kalau Linda akan seberani itu. Aku menatapnya
dengan tajam. Tapi Linda malah membalasnya dengan sinar mata yang
saat itu sangat sulit ku artikan.
"Kenapa kau menciumku..?" tanyaku polos.
"Aku mencintaimu", sahut Linda agak ditekan nada suaranya.
"Cinta...?" aku mendesis tidak mengerti.

Entah kenapa Linda tersenyum. Dia menarik tanganku dan menaruh di
atas pahanya yang tersingkap Cukup lebar. Meskipun malam itu Linda
mengenakan rok yang panjang, tapi belahannya hampir sampai ke
pinggul. Sehingga pahanya jadi terbuka cukup lebar. Aku merasakan
betapa halusnya kulit paha gadis ini. Tapi sama sekali aku tidak
merasakan apa-apa. Dan sikapku tetap dingin meskipun Linda sudah
melingkarkan tangannya ke leherku. Semakin dekat saja jarak wajah
kami. Bahkan tubuhku dengan tubuh Linda sudah hampir tidak ada jarak
lagi. Kembali Linda mencium bibirku. Kali ini bukan hanya mengecup,
tapi dia melumat dan mengulumnya dengan penuhl gairah. Sedangkan aku
tetap diam, tidak memberikan reaksi apa-apa. Linda melepaskan
pagutannya dan menatapku, Seakan tidak percaya kalau aku sama sekali
tidak bisa apa-apa.
"Kenapa diam saja...?" tanya Linda merasa kecewa atau menyesal
karena telah mencintai laki-laki sepertiku.

Tapi tidak..., Linda tidak menampakkan kekecewaan atau penyesalan
Justru dia mengembangkan senyuman yang begitu indah dan manis
sekali. Dia masih melingkarkan tangannya ke leherku. Bahkan dia
menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku. Terasa padat dan
kenyal dadanya. Seperti ada denyutan yang hangat. Tapi aku tidak
tahu dan sama sekali tidak merasakan apa-apa meskipun Linda menekan
dadanya cukup kuat ke dadaku. Seakan Linda berusaha untuk
membangkitkan gairah kejantananku. Tapi sama Sekali aku tidak bisa
apa-apa. Bahkan dia menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku.
"Memangnya aku harus bagaimana?" aku malah balik bertanya.
"Ohh...", Linda mengeluh panjang.

Dia seakan baru benar-benar menyadari kalau aku bukan hanya tidak
pernah pacaran, tapi masih sangat polos sekali. Linda kembali
mencium dan melumat bibirku. Tapi sebelumnya dia memberitahu kalau
aku harus membalasnya dengan cara-cara yang tidak pantas untuk
disebutkan. Aku coba untuk menuruti keinginannya tanpa ada perasaan
apa-apa.
"Ke kamarku, yuk...", bisik Linda mengajak.
"Mau apa ke kamar?", tanyaku tidak mengerti.
"Sudah jangan banyak tanya. Ayo..", ajak Linda setengah memaksa.
"Tapi apa nanti Mama dan Papa kamu tidak marah, Lin?", tanyaku masih
tetap tidak mengerti keinginannya.

Linda tidak menyahuti, malah berdiri dan menarik tanganku. Memang
aku seperti anak kecil, menurut saja dibawa ke dalam kamar gadis
ini. Bahkan aku tidak protes ketika Linda mengunci pintu kamar dan
melepaskan bajuku. Bukan hanya itu saja, dia juga melepaskan
celanaku hingga yang tersisa tinggal sepotong celana dalam saja
Sedikitpun aku tidak merasa malu, karena sudah biasa aku hanya
memakai celana dalam saja kalau di rumah. Linda memandangi tubuhku
dan kepala sampai ke kaki. Dia tersenyum-senyum. Tapi aku tidak tahu
apa arti semuanya itu. Lalu dia menuntun dan membawanya ke
pembaringan. Linda mulai menciumi wajah dan leherku. Terasa begitu
hangat sekali hembusan napasnya.
"Linda.."

Aku tersentak ketika Linda melucuti pakaiannya sendiri, hingga hanya
pakaian dalam saja yang tersisa melekat di tubuhnya. Kedua bola
mataku sampai membeliak lebar. Untuk pertama kalinya, aku melihat
sosok tubuh sempurna seorang wanita dalam keadaan tanpa busana.
Entah kenapa, tiba-tiba saja dadaku berdebar menggemuruh Dan ada
suatu perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyelinap di dalam hatiku.

Sesuatu yang sama sekali aku tidak tahu apa namanya, Bahkan seumur
hidup, belum pernah merasakannya. Debaran di dalam dadaku semakin
keras dan menggemuruh saat Linda memeluk dan menciumi wajah serta
leherku. Kehangatan tubuhnya begitu terasa sekali. Dan aku menurut
saja saat dimintanya berbaring. Linda ikut berbaring di sampingku.
Jari-jari tangannya menjalar menjelajahi sekujur tubuhku. Dan dia
tidak berhenti menciumi bibir, wajah, leher serta dadaku yang bidang
dan sedikit berbulu.

Tergesa-gesa Linda melepaskan penutup terakhir yang melekat di
tubuhnya. sehingga tidak ada selembar benangpun yang masih melekat
di sana. Saat itu pandangan mataku jadi nanar dan berkunang-kunang.
Bahkan kepalaku terasa pening dan berdenyut menatap tubuh yang polos
dan indah itu. Begitu rapat sekali tubuhnya ke tubuhku, sehingga aku
bisa merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Tapi aku masih
tetap diam, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Linda mengambil
tanganku dan menaruh di dadanya yang membusung padat dan kenyal.

Dia membisikkan sesuatu, tapi aku tidak mengerti dengan
permintaannya. Sabar sekali dia menuntun jari-jari tanganku untuk
meremas dan memainkan bagian atas dadanya yang berwarna coklat
kemerahan. Tiba-tiba saja Linda. menjambak rambutku, dan membenamkan
Wajahku ke dadanya. Tentu saja aku jadi gelagapan karena tidak bisa
bernapas. Aku ingin mengangkatnya, tapi Linda malah menekan dan
terus membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Saat itu aku merasakan
sebelah tangan Linda menjalar ke bagian bawah perutku.
"Okh...?!".
Aku tersentak kaget setengah mati, ketika tiba-tiba merasakan
jari-jari tangan Limda menyusup masuk ke balik celana dalamku yang
tipis, dan..
"Linda, apa yang kau lakukan...?" tanyaku tidak mengerti, sambil
mengangkat wajahku dari dadanya.

Linda tidak menjawab. Dia malah tersenyum. Sementara perasaan hatiku
semakin tidak menentu. Dan aku merasakan kalau bagian tubuhku yang
vital menjadi tegang, keras dan berdenyut serasa hendak meledak.
Sedangkan Linda malah menggenggam dan meremas-remas, membuatku
mendesis dan merintih dengan berbagai macam perasaan berkecamuk
menjadi satu. Tapi aku hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus
kulakukan. Linda kembali menghujani wajah, leher dan dadaku yang
sedikit berbulu dengan ciuman-ciumannya yang hangat dan penuh gairah
membara.

Memang Linda begitu aktif sekali, berusaha membangkitkan gairahku
dengan berbagai macam cara. Berulang kali dia menuntun tanganku ke
dadanya yang kini sudan polos.
"Ayo dong, jangan diam saja...", bisik Linda disela-sela tarikan
napasnya yang memburu.
"Aku..., Apa yang harus kulakukan?" tanyaku tidak mengerti.
"Cium dan peluk aku...", bisik Linda.

Aku berusaha untuk menuruti semua keinginannya. Tapi nampaknya Linda
masih belum puas. Dan dia semakin aktif merangsang gairahku.
Sementara bagian bawah tubuhku semakin menegang serta berdenyut.

Entah berapa kali dia membisikkan kata di telingaku dengan suara
tertahan akibat hembusan napasnya yang memburu seperti lokomotif
tua. Tapi aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang d
ibisikkannya. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tidak tahu
apa-apa. Walau sudah berusaha melakukan apa saja yaang dimintanya.

Sementara itu Linda sudah menjepit pinggangku dengan sepasang
pahanya yang putih mulus. Linda berada tepat di atas tubuhku,
sehingga aku bisa melihat seluruh lekuk tubuhnya dengan jelas sekali.

Entah kenapa tiba-tiba sekujur tubuhku menggelelar ketika kontolku
tiba-tiba menyentuh sesuatu yang lembab, hangat, dan agak basah.
Namun tiba-tiba saja Linda memekik, dan menatap bagian penisku.
Seakan-akan dia tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya.
Sedangkan aku sama sekali tidak mengerti. PadahaI waktu itu Linda
sudah dipengaruhi gejolak membara dengan tubuh polos tanpa sehelai
benangpun menempel di tubuhnya.
"Kau...", desis Linda terputus suaranya.
"Ada apa, Lin?" tanyaku polos.

"Ohh...", Linda mengeluhh panjang sambil menggelimpangkan tubuhnya
ke samping. Bahkan dia langsung turun dari pembaringan, dan
menyambar pakaiannya yang berserakan di lantai. Sambil memandangiku
yang masih terbaring dalam keaadaan polos, Linda mengenakan lagi
pakaiannya. Waktu itu aku melihat ada kekecewaan tersirat di dalam
sorot matanya. Tapi aku tidak tahu apa yang membuatnya kecewa.
"Ada apa, Lin?", tanyaku tidak mengerti perubahan sikapnya yang
begitu tiba-tiba.
"Tidak..., tidak ada apa-apa, sahut Linda sambil merapihkan
pakaiannya.

Aku bangkit dan duduk di sisi pembaringan. Memandangi Linda yang
sudah rapi berpakaian. Aku memang tidak mengerti dengan
kekecewannya. Linda memang pantas kecewa, karena alat kejantananku
mendadak saja layu. Padahal tadi Linda sudah hampir membawaku
mendaki ke puncak kenikmatan, sampai disini cerita panas ku,

Selesai

Ibu Kost Yang Binal

Cerita panas. aku adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang,sebut saja namaku jono.

aku belum lama kuliah di sini, kira2 masih 1/2 tahun, trus aku bingung cari tempat kost.
selama berhari2 aku keliling daerah disekitar kampusku.
Rumah demi rumah aku masuki, hanya untuk mencari tempat kost.
Setalah lama aku mencarinya, aku berhenti sejenak, untuk melepas lelah sekaligus memulihkan energi. Aku beli minum di warung nasi Bu Marnie,
kuminum segelas es teh dan kunyalakan rokok yang tinggal 2 batang, lalu tiba2 mataku terperanjak saat aku melihat wanita sexy dengan memakai rok mini yang kalau dia duduk, celana dalamnya hampir kelihatan.
Mataku tak henti2nya melihatnya, tanpa berfikir panjang lalu aku hampiri saja.
Lalu aku bertanya

"Permisi Mbak, Tau tempat kos yang murah ga disini?"
Lalu dia menjawab"O adek mau kost ya?"
aku menganggukan kepala, itu tanda iya
"Kost di tempat saya aja"pintanya
"di rumahku ga banyak kamar kok, lagian dulu rumahku juga tempat kost kok"
Tanpa berfikir panjang aku langsung menjawab"iya mbak kita lihat dulu tempatnya ya"
aku bayar minuman dan langsung meluncur ketempat mbak tersebut yang namanya Wina.


Dia berjalan di depanku, dan aku mengikutinya,sungguh indah sesuatu yang tertutupi oleh rok mini itu.
Ternyata rumahnya tidak jauh dari warung yang tadi.

"Silahkan masuk dek, oh iya namanya siapa?"
"Jono mbak"jawabku dengan sopan dan lugu
"jangan panggil saya mbak, panggil saja wina"
"oooo............."
"saya nih masih muda kok,saya tinggal sendiri disini,ibuku telah meninggal sejak aku SMP" sambil menunjukan foto ibunya
"trus bapalnya dimana mbak?" tanyaku dengan serius
"bapaku menikah lagi"dengan nada rendah

"ooo iya..... ini kamarmu dik jono"sambil membukakan pintu kamarnya
saat itu terlihat begitu besar dada wina, benar2 besar, kira2 36 lah ukurannya

aku langsung setuju saja, tanpa melihat kamarnya lebih lama.
Tak terasa sudah sore, aku pun bergegas pulang ke tempat kost kakaku.

Keesokan harinya, tepatnya hari minggu, aku langsung membawa perabotanku ketempat kosku yang baru. Mbak Wina menyambutku dengan ramah, sekarang dia mengenakan celana pendek yang sangat pendek.
Entah kenapa dia senang memakai pakaian yang mini.

Tak kusadari saat aku sibuk dengan menata kamarku, ternya ta mbak Wina membuatkanku air minum.
Dalam hatiku bertanya"Keapa dia baik sekali ya?"

Akhirnya aku selesai menata kamarku, Sedangkan Mbak Wina lagi asik nonton TV sambil tiduran di sofa.
Setelah itu aku mandi.Ternyata kamarmandinya jadi satu dengan kamarmandi Mbak Wina,.
Di kamarmandi aku melihat Beberapa Bra yang digantung, wah aku jadi berfikir yang tidak2.

Ketika aku keluar dari kamarmandi, Mbak wina Sudah tertidur di depan TV.
Tak ku sia2kan kesempatan ini. Aku hampiri dia, lalu aku memandangi seluruh tubuh indah mbak Wina.
Aku masih mengenakan Handuk untuk menutupi Penisku. Jadi kelihatn menonjol kalau sedang menegang.

Sungguh mulus kulit Wanita ini, Dadanya yang montok dan sintal, apa lagi bibirnya yang seksi, kecil tapi agak tebal membuat kejantananku bangkit.

Tak begitu lama tiba2 mbak Wina Bangun dari tidurnya, Aku bingung sekali, aduh gimana nih......
Trus aku ngomong " Mbak Kalau tidur dikamar aja"

"Iya dek Kamu dah selesai mandinya?"tanyanya dengan mata agak terpejam.
"udah mbak"
"wah badanmu kekarjuga yah"
"alah mbak nih bisa aja"sahutku dengan malu
"Dek kalau mau bikin kopi, ambil sendiri dapur ya"sambil berjalan menuju kamarnya.

Pintu kamarnya tertutup rapat, akuga bisa ngintip.

Saat malam tiba.
Aku sedang sibuk dengan komputerku, sedang mbak Wina Nonton TV di Sova seperti yang tadi.

Tak begitu lama, dia masuk kekamarku.
"Dek lagi ngapain?"
"Nih lagi Buat animasi" Aku kuliah di fakultas Desain Grafis
"Wah bagus ya" Cletuknya

Obrolan2 ringan kami lakukan
lalu yang bikin aku kaget adalah saat dia bertanya "Dek di komputermu ada Filem gituan ga?"
Aku langsung kaget
"ya jelas ada dong mbak, Kalau komputer ga ada Filem Gituannya namanya komputer ga sehat"Gurau ku
"HaHAHA, coba mana, lihat dunk"

Langsung aja aku tunjukin filem barat.

Aku agak degdegan juga sih,
setelah sekitar 5 menit kami nonton bersama, Mban Wina mulai ada gejala2 aneh.
mula2 dia bingung menata duduknya, trus lama kelamaan dia mulai menaruh tangannya di atas dadanya yang montok itu.
"Mak kenapa?" Tanyaku sedikit basa basi.
"Eh enggak, nih filem nya bagus ya" Jawabnya agak menutupi keterangsangannya
"Mbak dah sering nonton beginian ya?"tanyaku agak malu2
"Ga juga sih, paling2 kalau lagi pingin aja"jawabnya dengan tenang
"Mbak Ga pingin gituan?"tanyaku sambil tetap melihat adegan filem yang semakin panas itu

Dia tak menjawab,kelihatannya dia masih keenakan dengan filem itu.

Tak lama kemudian, Tak tau mengapa duduk kami menjadi semakin dekat, dan kemudian
tanggannya ternyata sudah ada di atas pangkuanku, tepat di aras pusakaku yang sudah menegak dari tadi.
Tanpa sempat berfikir, tangan Mbak Wina semakin menggila.Mula - mula dia hanya mengelus2 dengan pelan tapi leme kelamaan dia membuka resletingku.
Akupun tak mencegahnya.
Tak lama kemudian, celanaku sudah jauh berada di sudut kamarku, dan dia sidah mulai mengocok pusakaku, dan juga sesekali dia menghisap dan mengulumnya
Aku tak tahan merasa geli dan enak beracampur menjadi satu, sehingga aku tak sempat lagi menyaksikan filem itu.
aku pun mengimbanginya dengan meremas2 dengan mesra dada yang indah itu.
"oh enak mbak"
"kamu suka ga De'?"
"suka banget mbak"Dengan tanganku bergerila di sekitar dadanya, tak menunggu perintah aku langsung melucuti kaos ketat beserta Branya.

Wah ternyata kulitnya bener2 mulus, dadanya juga montok apalagi dipucuknya terdapat puting yang indah dan siap untuk di permainkan.
Mulut dan lidahku mulai beraksi, kujilat, kukulum semua bagian dada Mbak Wina dengan nikmat, dan tanganku mulai mencoba masuk kedalam celana pendeknya yang super mini itu.
ternyata didalam celana itu ada sebuah gundukan daging yang sudah basah.
"Ah dek, enak dek" rintihnya perlahan

Aku mulai membuka resletingnya, dan kubuka Celana dalamnya.
Wah benar2 indah sesuatu yang tersembunyi disini.
"Mbak ini bener2 menggairahkan"Rayuku, sambil aku menentuhnya dengan lembut di bagian lipatan paha itu
tak lama, aku langsung menciumi daerah sekitar paha itu, lalu aku menetap di daerah lipatan itu.
Benar - benar wangi, aroma khas wanita.

"Aaaaaaaaaaaaaah dek, enak banget ahhhaahhh"rintihnya saat kujilati dan kuhisap2 mem*k yang sudah basah itu
"Iya dek lanjutkan dek, terus ahhh ought"

"Masukin aja dek "
Mendengar kata itu, aku langsung bergegas.kontolku yang sudah siap untuk menghujangnya aku persiapkan.
dia terlentang dengan pasrah. aku masukan pusakaku yang ga terlalu besarsih, tapi lebih panjang jika dibandingkan dengan milik orang asli indonesia.

"Kok seret ya mbak?"tanyaku
berkali2 aku coba memasukan, sangat sulit.
"iya nih jarang dipake kok"guraunya.

akhirnya aku bisa memasukannya
"ahh ayo dek mainkan"desahnya membuatku semakin bernafsu.

aku mulai melakukan gerakan kluar masuk.
Lama kelamaan terasa ritme yang tetap, dan dia mengimbangi irama yang aku mainkan.
Suara yang khas dari tepukan paha kami membuat irama yang sungguh indah.

Semakin lama irama menjadi semakin cepat
"ooouuuuuhhh aaaahh iya dek itu enak dek"rintihnya lagi
"ahhhh dekkkkkkkkkkk aku hampir nih"
"iya mbak kluarkan aja"


"iya dek, nih"
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHH"rintihnya seiring dengan kurasakannya cairan hangat di dalam mem*k itu.

akhirnya kami ganti posisi dengan gaya DoGy
"ayo dek, maenkan lagi"
"Iya mbak"
aku sudah mulai panas, irama semakin keras dan dia jadi semakin sering mengeluarkan cairan hangat itu.

"ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh enak dek, lagi dunk"Setiap dia mulai klimaks, selalu ngomong kayak gitu.

Akhirnya aku merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari pusaka ini,seolah tak mau ditahan.
"aaaahhhh Mbak aku hampir kluar nih"
"Kluarin didalam aja dik, aku juga hampir nih ahhh"
"Kita bareng2 aja ya mbak"pintaku.

"Iya ddiiieekk,ahhh"
"hampirmbak"

"Ah ahhh UHHH aHHHHHHHHHHHHHAAAAAHHH"cairan yang panas keluar dari pusaka ku seiring dengan sesuatu yang panas juga kluar di dalam mem*k nikmat itu

Kemidian kami terkulai tak berdaya di atas ranjangku, pusakaku masih menancap di mem*k indah itu.
Dan filem dikomputerku tetap menyala hingga pagi hari.

Selanjutnya kami semakin sering melakukannya, kadang di sofa, di kamar mandi, bahkan di dapur juga pernah dan yang aneh lagi, di kebun belakang juga pernah.walau sudah banyak yang kost disini.
saat sepi kami manfaatkan waktu itu.

Tamat

Istri Temen ku yang seksi

Cerita panas kali ini tentang godaan rumput tetangga memang terlihat lebih hijau, istri teman memang lebih terlihat seksi dan kitapun ingin mencobanya. Kenalkan nama saya Anis, usia 40 tahun, berat badan 57 kg, rambut hitam lurus dengan warna kulit antara kehitaman dan kemerahan. Sejak kecil saa tergolong pendiam, kurang pergaulan dan pengalaman. Saya berasal dari keluarga yang hidup sederhana di suatu desa agak terpencil kurang lebih 3 km dari ibu kota kecamatanku. Saya dibesarkan oleh kedua orangtuaku dengan 5 saudara perempuanku. Jujur saja saya adalah suku B, yang ingin mengungkapkan pengalaman hidupku yang tergolong aneh seperti halnya teman-teman lainnya melalui cerita porno di internet.

Singkat cerita, setelah saya menikah dengan seorang perempuan pilihan orangtuaku, saya mencoba hidup mandiri bersama istri sebagai bentuk rasa tanggungjawab saya sebagai suami dan kepala rumah tangga, meskipun rasa cintaku pada istriku tersebut belum mendalam, namun tetap saya coba menerima kenyataan ini siapa tahu di kemudian hari saya kami bisa saling mencintai secara penuh, lagi pula memang saya belum pernah sama sekali jatuh cinta pada wanita manapun sebelumnya.

Kami coba mengadu nasib di kota Kabupatenku dengan mengontrak rumah yang sangat sederhana. Beberapa bidang usaha saya coba tekuni agar dapat menanggulangi keperluan hidup kami sehari-hari, namun hingga kami mempunyai 3 orang anak, nasib kami tetap belum banyak berubah. Kami masih hidup pas-pasan dan bahkan harapanku semula untuk mempertebal kecintaanku terhadap istriku malah justru semakin merosot saja. Untung saja, saya orangnya pemalu dan sedikit mampu bersabar serta terbiasa dalam penderitaan, sehingga perasaanku itu tidak pernah diketahui oleh siapapun termasuk kedua orangtua dan saudara-saudaraku.

Entah pengaruh setan dari mana, suatu waktu tepatnya Bulan Oktober 2003 aku sempatkan diri berkunjung ke rumah teman lamaku sewaktu kami sama-sama di SMA dulu. Sebut saja namanya Azis. Dia baru saja pulang dari Kalimantan bersama dengan istrinya, yang belakangan saya ketahui kalau istrinya itu adalah anak majikannya sewaktu dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di sana. Mereka juga melangsungkan perkawinan bukan atas dasar saling mencintai, melainkan atas dasar jasa dan balas budi.

Sekitar pukul 17.00 sore, saya sudah tiba di rumah Azis dengan naik ojek yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah kontrakan kami. Merekapun masih tinggal di rumah kontrakan, namun agak besar dibanding rumah yang kami kontrak. Maklum mereka sedikit membawa modal dengan harapan membuka usaha baru di kota Kabupaten kami. Setelah mengamati tanda-tanda yang telah diberitahukan Azis ketika kami ketemu di pasar sentral kota kami, saya yakin tidak salah lagi, lalu saya masuk mendekati pintu rumah itu, ternyata dalam keadaan tertutup.

"Dog.. Dog.. Dog.. Permisi ada orang di rumah" kalimat penghormatan yang saya ucapkan selama 3 kali berturut-turut sambil mengetuk-ngetuk pintunya, namun tetap tidak ada jawaban dari dalam. Saya lalu mencoba mendorong dari luar, ternyata pintunya terkunci dari dalam, sehingga saya yakin pasti ada orang di dalam rumah itu. Hanya saja saya masih ragu apakah rumah yang saya ketuk pintunya itu betul adalah rumah Azis atau bukan. Saya tetap berusaha untuk memastikannya. Setelah duduk sejenak di atas kursi yang ada di depan pintu, saya coba lagi ketuk-ketuk pintunya, namun tetap tidak ada tanda-tanda jawaban dari dalam. Akhirnya saya putuskan untuk mencoba mengintip dari samping rumah. Melalui sela-sela jendela di samping rumahnya itu, saya sekilas melihat ada kilatan cahaya dalam ruangan tamu, tapi saya belum mengetahui dari mana sumber kilatan cahaya itu. Saya lalu bergeser ke jendela yang satunya dan ternyata saya sempat menyaksikan sepotong tubuh tergeletak tanpa busana dari sebatas pinggul sampai ujung kaki. Entah potongan tubuh laki-laki atau wanita, tapi tampak putih mulus seperti kulit wanita.

Dalam keadaan biji mataku tetap kujepitkan pada sela jendela itu untuk melihat lebih jelas lagi keadaan dalam rumah itu, dibenak saya muncul tanda tanya apa itu tubuh istrinya Azis atau Azis sendiri atau orang lain. Apa orang itu tertidur pula sehingga tersingkap busananya atau memang sengaja telanjang bulat. Apa ia sedang menyaksikan acara TV atau sedang memutar VCD porno, sebab sedikit terdengar ada suara TV seolah film yang diputar. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu mengganggu pikiranku sampai akhirnya aku kembali ke depan pintu semula dan mencoba mengetuknya kembali. Namun baru saja sekali saya ketuk, pintunya tiba-tiba terbuka lebar, sehingga aku sedikit kaget dan lebih kaget lagi setelah menyaksikan bahwa yang berdiri di depan pintu adalah seorang wanita muda dan cantik dengan pakaian sedikit terbuka karena tubuhnya hanya ditutupi kain sarung. Itupun hanya bagian bawahnya saja.

"Selamat siang," kembali saya ulangi kalimat penghormatan itu.

"Ya, siang," jawabnya sambil menatap wajah saya seolah malu, takut dan kaget.

"Dari mana Pak dan cari siapa," tanya wanita itu.

"Maaf dik, numpang tanya, apa betul ini rumah Azis," tanya saya.

"Betul sekali pak, dari mana yah?" tanya wanita itu lemah lembut.

"Saya tinggal tidak jauh dari sini dik, saya ingin ketemu Azis. Beliau adalah teman lama saya sewaktu kami sama-sama duduk di SMA dulu," lanjut saya sambil menyodorkan tangan saya untuk menyalaminya. Wanita itu mebalasnya dan tangannya terasa lembut sekali namun sedikit hangat.

"Oh, yah, syukur kalau begitu. Ternyata ia punya teman lama di sini dan ia tak pernah ceritakan padaku," ucapannya sambil mempersilahkanku masuk. Sayapun langsung duduk di atas kursi plastik yang ada di ruang tamunya sambil memperhatikan keadaan dalam rumah itu, termasuk letak tempat tidur dan TVnya guna mencocokkan dugaanku sewaktu mengintip tadi

Setelah saya duduk, saya berniat menanyakan hubungannya dengan Azis, tapi ia nampak buru-buru masuk ke dalam, entah ia mau berpakaian atau mengambil suatu hidangan. Hanya berselang beberapa saat, wanita itu sudah keluar kembali dalam keadaan berpakaian setelah tadinya tidak memakai baju, bahkan ia membawa secangkir kopi dan kue lalu diletakkan di atas meja lalu mempersilahkanku mencicipinya sambil tersenyum.

"Maaf dik, kalau boleh saya tanya, apa adik ini saudara dengan Azis?" tanyaku penuh kekhawatiran kalau-kalau ia tersinggung, meskipun saya sejak tadi menduga kalau wanita itu adalah istri Azis.

"Saya kebetulan istrinya pak. Sejak 3 tahun lalu saya melangsungkan pernikahan di Kalimantan, namun Tuhan belum mengaruniai seorang anak," jawabnya dengan jujur, bahkan sempat ia cerita panjang lebar mengenai latar belakang perkawinannya, asal usulnya dan tujuannya ke Kota ini.

Setelah saya menyimak ulasannya mengenai dirinya dan kehidupannya bersama Azis, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa wanita itu adalah suku di Kalimantan yang asal usul keturunannya juga berasal dari suku di Sulawesi. Ia kawin dengan Azis atas dasar jasa-jasa dan budi baik mereka tanpa didasari rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam, seperti halnya yang menimpa keluarga saya. Ia tetap berusaha dan berjuang untuk menggali nilai-nilai cinta yang ada pada mereka berdua siapa tahu kelak bisa dibangun. Anehnya, meskipun kami baru ketemu, namun ia seolah ingin membeberkan segala keadaan hidup yang dialaminya bersama suami selama ini, bahkan terkesan kami akrab sekali, saling menukar pengalaman rahasia rumah tangga tanpa ada yang kami tutup-tupi. Lebih heran lagi, selaku orang pendiam dan kurang pergaulan, saya justru seolah menemukan diriku yang sebenarnya di rumah itu. Karena senang, bahagia dan asyiknya perbincangan kami berdua, sampai-sampai saya hampir lupa menanyakan ke mana suaminya saat ini. Setelah kami saling memahami kepribadian, maka akhirnya sayapun menanyakan Azis (suaminya itu).

"Oh yah, hampir lupa, ke mana Azis sekarang ini, kok dari tadi tidak kelihatan?" tanyaku sambil menyelidiki semua sudut rumah itu.

"Kebetulan ia pulang kampung untuk mengambil beras dari hasil panen orangtuanya tadi pagi, tapi katanya ia tidak bermalam kok, mungkin sebentar lagi ia datang. Tunggu saja sebentar," jawabnya seolah tidak menghendaki saya pulang dengan cepat hanya karena Azis tidak di rumah.

"Kalau ke kampung biasanya jam berapa tiba di sini," tanyaku lebih lanjut.

"Sekitar jam 8.00 atau 9.00 malam," jawabnya sambil menoleh ke jam dinding yang tergantung dalam ruangan itu. Padahal saat ini tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 7.00 malam.

Tak lama setelah itu, ia nampaknya buru-buru masuk ke ruang dapur, mungkin ia mau menyiapkan makan malam, tapi saya teriak dari luar kalau saya baru saja makan di rumah dan melarangnya ia repot-repot menyiapkan makan malam. Tapi ia tetap menyalakan kompornya lalu memasak seolah tak menginginkan aku kembali dengan cepat. Tak lama sesudah itu, iapun kembali duduk di depan saya melanjutkan perbincangannya. Sayapun tak kehabisan bahan untuk menemaninya. Mulai dari soal-soal pengalaman kami di kampung sewaktu kecil hingga soal rumah tangga kami masing-masing.

Karena nampaknya kami saling terbuka, maka sayapun berani menanyakan tentang apa yang dikerjakannya tadi, sampai lama sekali baru dibukakan pintu tanpa saya beritahu kalau saya mengintipnya tadi dari selah jendela. Kadang ia menatapku lalu tersenyum seolah ada sesuatu berita gembira yang ingin disampaikan padaku.

"Jadi bapak ini lama mengetuk pintu dan menunggu di luar tadi?" tanyanya sambil tertawa.
"Sekitar 30 menit barangkali, bahkan hampir saya pulang, tapi untung saya coba kembali mengetuk pintunya dengan keras," jawabku terus terang.
"Ha.. Ha.. Ha.. Saya ketiduran sewaktu nonton acara TV tadi," katanya dengan jujur sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tapi bapak tidak sampai mengintip di samping rumah kan? Maklum kalau saya tertidur biasanya terbuka pakaianku tanpa terasa," tanyanya seolah mencurigaiku tadi. Dalam hati saya jangan-jangan ia sempat melihat dan merasa diintip tadi, tapi saya tidak boleh bertingkah yang mencurigakan.

"Ti.. Ti.. Dak mungkin saya lakukan itu dik, tapi emangnya kalau saya ngintip kenapa?" kataku terbata-bata, maklum saya tidak biasa bohong.

"Tidak masalah, cuma itu tadi, saya kalau tidur jarang pakai busana, terasa panas. Tapi perasaan saya mengatakan kalau ada orang tadi yang mengintipku lewat jendela sewaktu aku tidur. Makanya saya terbangun bersamaan dengan ketukan pintu bapak tadi," ulasnya curiga namun tetap ia ketawa-ketawa sambil memandangiku.

"M.. Mmaaf dik, sejujurnya saya sempat mengintip lewat sela jendela tadi berhubung saya terlalu lama mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Jadi saya mengintip hanya untuk memastikan apa ada atau tidak ada orang di dalam tadi. Saya tidak punya maksud apa-apa," kataku dengan jujur, siapa tahu ia betul melihatku tadi, aku bisa dikatakan pembohong.

"Jadi apa yang bapak lihat tadi sewaktu mengintip ke dalam? Apa bapak sempat melihatku di atas tempat tidur dengan telanjang bulat?" tanyanya penuh selidik, meskipun ia masih tetap senyum-senyum.

"Saya tidak sempat melihat apa-apa di dalam kecuali hanya kilatan cahaya TV dan sepotong kaki," tegasku sekali lagi dengan terus terang.

"Tidak apa-apa, saya percaya ucapan bapak saja. Lagi pula sekiranya bapak melihatku dalam keadaan tanpa busana, bapak pasti tidak heran, dan bukan soal baru bagi bapak, karena apa yang ada dalam tubuh saya tentu sama dengan milik istri bapak, yah khan?" ulasnya penuh canda. Lalu ia berlari kecil masuk ke ruang dapur untuk memastikan apa nasi yang dimasaknya sudah matang atau belum.

Waktu di jam dinding menunjukkan sudah pukul 8.00, namun Azis belum juga datang. Dalam hati kecilku, Jangan-jangan Azis mau bermalam di kampungnya, aku tidak mungkin bermalam berdua dengan istrinya di rumah ini. Saya lalu teriak minta pamit saja dengan alasan nanti besok saja ketemunya, tapi istri Azis berteriak melarangku dan katanya,

"Tunggu dulu pak, nasi yang saya masak buat bapak sudah matang. Kita makan bersama saja dulu, siapa tahu setelah makan Azis datang, khan belum juga larut malam, apalagi kita baru saja ketemu," katanya penuh harap agar aku tetap menunggu dan mau makan malam bersama di rumahnya.

Tak lama kemudian, iapun keluar memanggilku masuk ke ruang dapur untuk menikmati hidangan malamnya. Sambil makan, kamipun terlibat pembicaraan yang santai dan penuh canda, sehingga tanpa terasa saya sempat menghabiskan dua piring nasi tanpa saya ingat lagi kalau tadi saya bilang sudah kenyang dan baru saja makan di rumah. Malu sendiri rasanya.

"Bapak ini nampaknya masih muda. Mungkin tidak tepat jika aku panggil bapak khan? Sebaiknya aku panggil kak, abang atau Mas saja," ucapnya secara tiba-tiba ketika aku meneguk air minum, sehingga aku tidak sempat menghabiskan satu gelas karena terasa kenyang sekali. Apalagi saya mulai terayu atau tersanjung oleh seorang wanita muda yang baru saja kulihat sepotong tubuhnya yang mulus dan putih? Tidak, saya tidak boleh berpikir ke sana, apalagi wanita ini adalah istri teman lamaku, bahkan rasanya aku belum pernah berpikir macam-macam terhadap wanita lain sebelum ini. Aku kendalikan cepat pikiranku yang mulai miring. Siapa tahu ada setan yang memanfaatkannya.

"Bolehlah, apa saja panggilannya terhadapku saya terima semua, asalkan tidak mengejekku. Hitung-hitung sebagai panggilan adik sendiri," jawabku memberikan kebebasan.
"Terima kasih Kak atau Mas atas kesediaan dan keterbukaannya" balasnya.

Setelah selesai makan, aku lalu berjalan keluar sambil memandangi sudut-sudut ruangannya dan aku sempat mengalihkan perhatianku ke dalam kamar tidurnya di mana aku melihat tubuh terbaring tanpa busana tadi. Ternyata betul, wanita itulah tadi yang berbaring di atas tempat tidur itu, yang di depannya ada sebuah TV color kira-kira 21 inc. Jantungku tiba-tiba berdebar ketika aku melihat sebuah celana color tergeletak di sudut tempat tidur itu, sehingga aku sejenak membayangkan kalau wanita yang baru saja saya temani bicara dan makan bersama itu kemungkinan besar tidak pakai celana, apalagi yang saya lihat tadi mulai dari pinggul hingga ujung kaki tanpa busana. Namun pikiran itu saya coba buang jauh-jauh biar tidak mengganggu konsentrasiku.

Setelah aku duduk kembali di kursi tamu semula, tiba-tiba aku mendengar suara TV dari dalam, apalagi acaranya kedengaran sekali kalau itu yang main adalah film Angling Dharma yaitu film kegemaranku. Aku tidak berani masuk nonton di kamar itu tanpa dipanggil, meskipun aku ingin sekali nonton film itu. Bersamaan dengan puncak keinginanku, tiba-tiba,

"Kak, suka nggak nonton filmnya Angling Dharma?" teriaknya dari dalam kamar tidurnya.
"Wah, itu film kesukaanku, tapi sayangnya TV-nya dalam kamar," jawabku dengan cepat dan suara agak lantang.
"Masuk saja di sini kak, tidak apa-apa kok, lagi pula kita ini khan sudah seperti saudara dan sudah saling terbuka" katanya penuh harap.

Lalu saya bangkit dan masuk ke dalam kamar. Iapun persilahkan aku duduk di pinggir tempat tidur berdampingan dengannya. Aku agak malu dan takut rasanya, tapi juga mau sekali nonton film itu.
Awalnya kami biasa-biasa saja, hening dan serius nontonnya, tapi baru sekitar setengah jam acara itu berjalan, tiba-tiba ia menawarkan untuk nonton film dari VCD yang katanya lebih bagus dan lebih seru dari pada filmnya Angling Dharma, sehingga aku tidak menolaknya dan ingin juga menyaksikannya. Aku cemas dan khawatir kalau-kalau VCD yang ditawarkan itu bukan kesukaanku atau bukan yang kuharapkan.

Setelah ia masukkan kasetnya, iapun mundur dan kembali duduk tidak jauh dari tempat dudukku bahkan terkesan sedikit lebih rapat daripada sebelumnya. Gambarpun muncul dan terjadi perbincangan yang serius antara seorang pria dan seorang wanita Barat, sehingga aku tidak tahu maksud pembicaraan dalam film itu. Baru saja aku bermaksud meminta mengganti filmnya dengan film Angling Dharma tadi, tiba-tiba kedua insan dalam layar itu berpelukan dan berciuman, saling mengisap lidah, bercumbu rayu, menjilat mulai dari atas ke bawah, bahkan secara perlahan-lahan saling menelanjangi dan meraba, sampai akhirnya saya menatapnya dengan tajam sekali secara bergantian menjilati kemaluannya, yang membuat jantungku berdebar, tongkatku mulai tegang dan membesar, sekujur tubuhku gemetar dan berkeringat, lalu sedikit demi sedikit aku menoleh ke arah wanita disampingku yakni istri teman lamaku. Secara bersamaan iapun sempat menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke layar. Tentu aku tidak mampu lagi membendung birahiku sebagai pria normal, namun aku tetap takut dan malu mengutarakan isi hatiku.

"Mas, pak, suka nggak filmnya? Kalau nggak suka, biar kumatikan saja," tanyanya seolah memancingku ketika aku asyik menikmatinya.
"Iiyah, bolehlah, suka juga, kalau adik, memang sering nonton film gituan yah?" jawabku sedikit malu tapi mau dan suka sekali.
"Saya dari dulu sejak awal perkawinan kami, memang selalu putar film seperti itu, karena kami sama-sama menyukainya, lagi pula bisa menambah gairah sex kami dikala sulit memunculkannya, bahkan dapat menambah pengalaman berhubungan, syukur-syukur jika sebagian bisa dipraktekkan.
"Sungguh kami ketinggalan. Saya kurang pengalaman dalam hal itu, bahkan baru kali ini saya betul-betul bisa menyaksikan dengan tenang dan jelas film seperti itu. Apalagi istriku tidak suka nonton dan praktekkan macam-macam seperti di film itu," keteranganku terus terang.
"Tapi kakak suka nonton dan permainan seperti itu khan?" tanyanya lagi.
"Suka sekali dan kelihatannya nikmat sekali yach," kataku secara tegas.
"Jika istri kakak tidak suka dan tidak mau melakukan permainan seperti itu, bagaimana kalau aku tawarkan kerjasama untuk memperaktekkan hal seperti itu?" tanya istri teman lamaku secara tegas dan berani padaku sambil ia mendempetkan tubuhnya di tubuhku sehingga bisikannya terasa hangat nafasnya dipipiku.

Tanpa sempat lagi aku berfikir panjang, lalu aku mencoba merangkulnya sambil menganggukkan kepala pertanda setuju. Wanita itupun membalas pelukanku. Bahkan ia duluan mencium pipi dan bibirku, lalu ia masukkan lidahnya ke dalam mulutku sambil digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, akupun membalasnya dengan lahap sekali. Aku memulai memasukkan tangan ke dalam bajunya mencari kedua payudaranya karena aku sama sekali sudah tidak mampu lagi menahan birahiku, lagi pula kedua benda kenyal itu saya sudah hafal tempatnya dan sudah sering memegangnya. Tapi kali ini, rasanya lain daripada yang lain, sedikit lebih mulus dan lebih keras dibanding milik istriku. Entah siapa yang membuka baju yang dikenakannya, tiba-tiba terbuka dengan lebar sehingga nampak kedua benda kenyal itu tergantung dengan menantang. Akupun memperaktekkan apa yang barusan kulihat dalam layar tadi yakni menjilat dan mengisap putingnya berkali-kali seolah aku mau mengeluarkan air dari dalamnya. Kadang kugigit sedikit dan kukunyah, namun wanita itu sedikit mendorong kepalaku sebagai tanda adanya rasa sakit.

Selama hidupku, baru kali ini aku melihat pemandangan yang indah sekali di antara kedua paha wanita itu. Karena tanpa kesulitan aku membuka sarung yang dikenakannya, langsung saja jatuh sendiri dan sesuai dugaanku semula ternyata memang tidak ada pelapis kemaluannya sama sekali sehingga aku sempat menatap sejenak kebersihan vagina wanita itu. Putih, mulus dan tanpa selembar bulupun tumbuh di atas gundukan itu membuat aku terpesona melihat dan merabanya, apalagi setelah aku memberanikan diri membuka kedua bibirnya dengan kedua tanganku, nampak benda kecil menonjol di antara kedua bibirnya dengan warna agak kemerahan. Ingin rasanya aku telan dan makan sekalian, untung bukan makanan, tapi sempat saya lahap dengan lidahku hingga sedalam-dalamnya sehingga wanita itu sedikit menjerit dan terengah-engah menahan rasa nikmatnya lidah saya, apalagi setelah aku menekannya dalam-dalam.

"Kak, aku buka saja semua pakaiannya yah, biar aku lebih leluasa menikmati seluruh tubuhmu," pintanya sambil membuka satu persatu pakaian yang kukenakan hingga aku telanjang bulat. Bahkan ia nampaknya lebih tidak tahan lagi berlama-lama memandangnya. Ia langsung serobot saja dan menjilati sekujur tubuhku, namun jilatannya lebih lama pada biji pelerku, sehingga pinggulku bergerak-gerak dibuatnya sebagai tanda kegelian. Lalu disusul dengan memasukkan penisku ke mulutnya dan menggocoknya dengan cepat dan berulang-ulang, sampai-sampai terasa spermaku mau muncrat. Untung saya tarik keluar cepat, lalu membaringkan ke atas tempat tidurnya dengan kaki tetap menjulang ke lantai biar aku lebih mudah melihat, dan menjamahnya. Setelah ia terkulai lemas di atas tempat tidur, akupun mengangkanginya sambil berdiri di depan gundukkan itu dan perlahan aku masukkan ujung penisku ke dalam vaginanya lalu menggerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan maju dan mundur, akhirnya dapat masuk tanpa terlalu kesulitan.

"Dik, model yang bagaimana kita terapkan sekarang? Apa kita ikuti semua posisi yang ada di layar TV tadi," tanyaku berbisik.

"Terserah kak, aku serahkan sepenuhnya tubuhku ini pada kakak, mana yang kakak anggap lebih nikmat dan lebih berkesan sepanjang hayat serta lebih memuaskan kakak," katanya pasrah. Akupun meneruskan posisi tidur telentang tadi sambil aku berdiri menggocok terus, sehingga menimbulkan bunyi yang agak menambah gairah sexku.

"Ahh.. Uhh.. Ssstt.. Hmm.. Teeruus kak, enak sekali, gocok terus kakak, aku sangat menikmatinya," demikian pintanya sambil terengah dan berdesis seperti bunyi jangkrik di dalam kamarnya itu.

"Dik, gimana kalau saya berbaring dan adik mengangkangiku, biar adik lebih leluasa goyangannya," pintaku padanya.

"Aku ini sudah hampir memuncak dan sudah mulai lemas, tapi kalau itu permintaan kakak, bolehlah, aku masih bisa bertahan beberapa menit lagi," jawabnya seolah ingin memuaskanku malam itu.

Tanpa kami rasakan dan pikirkan lagi suaminya kembali malam itu, apalagi setelah jam menunjukkan pukul 9.30 malam itu, aku terus berusaha menumpahkan segalanya dan betul-betul ingin menikmati pengalaman bersejarah ini bersama dengan istri teman lamaku itu. Namun sayangnya, karena keasyikan dan keseriusan kami dalam bersetubuh malam itu, sehingga baru sekitar 3 menit berjalan dengan posisi saya di bawah dan dia di atas memompa serta menggoyang kiri kanan pinggulnya, akhirnya spermakupun tumpah dalam rahimnya dan diapun kurasakan bergetar seluruh tubuhnya pertanda juga memuncak gairah sexnya. Setelah sama-sama puas, kami saling berciuman, berangkulan, berjilatan tubuh dan tidur terlentang hingga pagi.

Setelah kami terbangun hampir bersamaan di pagi hari, saya langsung lompat dari tempat tidur, tiba-tiba muncul rasa takut yang mengecam dan pikiranku sangat kalut tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Saya menyesal tapi ada keinginan untuk mengulanginya bersama dengan wanita itu. Untung malam itu suaminya tidak kembali dan kamipun berusaha masuk kamar mandi membersihkan diri. Walaupun terasa ada gairah baru lagi ingin mengulangi di dalam kamar mandi, namun rasa takutku lebih mengalahkan gairahku sehingga aku mengurungkan niatku itu dan langsung pamit dan sama-sama berjanji akan mengulanginya jika ada kesempatan. Saya keluar dari rumah tanpa ada orang lain yang melihatku sehingga saya yakin tidak ada yang mencurigaiku. Soal istriku di rumah, saya bisa buat alasan kalau saya ketemu dan bermalam bersama dengan sahabat lamaku, demikian cerita seks kami.

Seks Di Kolam Renang

Cerita Panas - Universitas swasta ternama sedang dalam masa liburan akhir semester genap. Kebanyakan mahasiswa yang ngekost di daerah sekitar kampus kembali ke daerah asalnya. Saat itu adalah jam enam lebih di kolam renang milik kampus terletak di seberang gedung itu. Semakin waktu berjalan semakin sedikit orang yang berenang di sana hingga akhirnya hanya tersisa dua orang gadis yang adalah mahasiswi universitas itu. Mereka pun sepertinya sudah hendak pulang juga karena disana sudah tidak ada siapapun lagi selain mereka.


“Jo, kita udahan aja yuk, tinggal duaan nih !” kata gadis yang berambut panjang dikuncir ekor kuda itu pada temannya yang sedang duduk di tepi kolam sambil menepuk-nepuk kakinya ke air. Dia juga lalu naik ke atas dan duduk di sebelah temannya itu.
“Iya bentar yah Vi, gua bales ini dulu” balas temannya.
“Serem juga yah udah gelap gini di sini” kata Devi sambil melihat sekeliling yang telah sepi, melalui kubah kaca di atas terlihat langit sudah gelap dan lampu-lampu dipinggiran kolam mulai dinyalakan.
“Eh tunggu bentar dong !” Joane memegangi lengan temannya itu ketika hendak berdiri dan membereskan barangnya.
“Aaahh…tenang aja gua baru mau beresin barang dulu kok, lu selesaiin aja SMSnya sana !” kata Devi.
“Iya, iya gua udah beres kok Vi, gua cuma mau ngajak lu main game dikit kok” kata Joane lagi, “gini nih Vi, mumpung sekarang udah sepi gimana kalau kita adu nyali berenang ke seberang sana terus balik sini lagi, tapi ga pake apa-apa” senyum nakal mengembang di wajah cantiknya.
“Ai gila lu Jo, emang ini vila si Cindy apa ? kalau ada yang ngeliatin gimana” Devi agak kaget dengan tantangan temannya itu.
“Tenang gua jagain, pintu masuk orang luar kan cuma dari sana, ntar kalo ada yang masuk gua alihin dulu perhatiannya biar lu sempat make baju renanglu dulu”
“Ngga ah-ngga ah…kalau ada yang liat mau taro dimana nih muka !” kata Devi malu-malu.
“Yah lu, kok jadi kaya anak mami gitu, ga seru ah !” ujar Joane menyikut lengan Devi “Gini aja, kan gua yang kasih tantangan, jadi gua mulai dulu yah, ntar kalau lu ngga mau berarti lu penakut gimana ?” tantangnya.
Akhirnya Joane dengan cuek menurunkan baju renang one piecenya mulai dari bahu dipelorotinya hingga bugil.
“Jo…edan lu yah, nekad amat” kata Devi dengan wajah cemas dan celingak-celinguk memastikan tidak ada siapa-siapa.
“Nih, titip dulu yah !” Joane menyerahkan baju renangnya pada Devi.
‘Byur !’ Joane langsung menceburkan diri ke air setelah menitipkan pakaian renangnya. Suara kecipak air terdengar jelas sekali di ruang yang sudah sepi itu. Dia berenang dengan gaya bebas ke seberang sana dan kembali dengan gaya punggung, di tengah dia berganti menjadi gaya dada hingga akhirnya tiba ke tempat semula. Joane mengusap rambut basahnya ke belakang lalu naik ke tepi kolam. Penampilannya saat itu dengan tubuh mulus yang basah itu sungguh menggiurkan, setiap pria normal yang melihatnya akan menelan ludah dan ereksi.
“Oke deh, your turn now !” ujarnya santai seraya mengambil baju renangnya dan memakainya lagi “ayo dong Vi, lu kan dah sering pose seksi di depan kamera, masa yang ginian sebentar aja takut sih ?”
Merasa tertantang dan gengsi, Devi pun melepaskan pakaian renang backless yang memamerkan punggungnya itu hingga tubuhnya polos. Tubuh dengan tinggi/berat 165cm/46kg itu tidak kalah menawan dari Joane walaupun payudaranya lebih kecil sedikit (34A), perutnya yang rata dan pantat yang sekal memperindah bentuk tubuhnya yang pernah menghiasi halaman sebuah majalah pria dewasa dalam balutan lingerie seksi. Selain sebagai foto model, Devi juga pernah membintangi beberapa iklan produk kosmetik dan minuman ringan serta mendapat peran kecil dalam sebuah sinetron. Dengan usia yang masih muda (20 tahun) dan modal fisiknya, prospek untuk menapak jenjang karir yang lebih tinggi terbentang luas di depannya, namun karena masih kuliah semester tiga di fakultas ilmu administrasi dia masih harus membagi waktu dengan kegiatan kuliahnya yang sedang dalam masa-masa sibuk sehingga belum bisa berkonsentrasi penuh dalam modeling dan acting. Meskipun namanya masih belum apa-apa dibandingkan model Catherine Wilson dan Davina Veronica, Devi menjadi salah satu selebritis di kampus, banyak mahasiswa dan dosen yang mengenal wajahnya melalui pose-posenya dan iklan yang pernah dibintanginya. Pria yang mencoba merebut hatinya pun tidak sedikit, tapi Devi terlalu pemilih dan agak materialistis, beberapa kali dia berpacaran dengan mahasiswa kaya tapi tidak ada yang bertahan lama, hingga kini dia belum menemukan pria yang cocok lagi.
“Jagain yang bener yah Jo, kalau ada orang masuk kasih tanda lho !” Devi sepertinya masih agak canggung bugil di tempat umum seperti ini.
“Iyah…tenang aja makannya lu cepetan nyebur supaya cepet beresnya dah gitu kita cabut” jawab Joane.
Devi melompat ke dalam air dan buru-buru memacu tubuhnya berenang ke seberang dengan gaya bebas. Begitu sampai dia melihat ke seberang dan sekeliling memastikan situasi masih aman.
“Ayo Vi, jia you…tinggal balik sini !” terdengar Joane berseru dari seberang sana memberinya semangat.
Rasa deg-degan Devi mulai berkurang karena yakin sebentar lagi akan selesai, dia menolakkan kakinya ke tembok kolam dan kembali memakai gaya bebas meluncur ke seberang. Akhirnya sampai juga dia ke garis finish yang ditentukan, namun betapa terkejutnya dia ketika timbul yang ditemukannya di pinggir kolam bukan lagi temannya, Joane melainkan dua orang pria dengan tampang mesum menyeringai melihat tubuh polosnya di air. Kontan Devi pun menjerit sambil menutupi dadanya, dalam kepanikannya dia memanggil-manggil nama Joane dan menyuruh pergi kedua pria itu yang justru semakin tertawa-tawa melihat tingkahnya.
“Udahlah Non mau teriak sampe serak juga ga ada siapa-siapa yang denger lagi disini” kata satu dari mereka yang tak lain adalah Imron, si penjaga kampus bejat.
“Tul itu, lagian pintu juga udah dikunci kok !” timpal pria satunya yang berkepala botak dan bertubuh kurus tinggi itu, usianya sekitar 40-an, wajahnya jauh dari tampan, di pipi kirinya ada tompel sebesar biji lengkeng dengan hidung pesek dan kumis jarang. Orang ini bernama Abdul, salah satu penjaga kolam renang kampus.
“Non nyari ini kan ?” Imron menunjukkan pakaian renang yang dipegangnya “tadi temen Non udah pulang dulu, katanya ada perlu jadi dia nitipin ini ke kita”
“Heh Non, tau gak sih disini tuh dilarang berenang bugil kaya gini, ini kampus loh lingkungan pendidikan, gak boleh sembarangan gitu Non !” kata Abdul dengan memasang tampang galak.
“Apalagi saya denger Non ini juga model kan, calon selebritis, kok ngasih contoh kaya gini sih” Imron geleng-geleng kepala sok menasehati “sepertinya beberapa hari lagi bakal ada berita di infotainment, model Devi Oktaviana ketangkep basah berenang bugil di kampusnya hehehe !” keduanya terkekeh-kekeh.
“Sialan lu Jo !” omelnya dalam hati, tubuhnya mulai gemetar karena takut dan kedinginan, walaupun telah ditutupi tangan dan merendam tubuh hingga sebatas leher tetap saja tubuh mulusnya terlihat oleh mereka.
“Maaf Pak, tadi kita cuma main-main aja kok, tolong dong Pak baju renang saya kembaliin, kita bisa bicarakan baik-baik kan ?” Devi mencoba bernegosiasi.
Mereka saling pandang dan tersenyum, senyum yang jahat, Devi pun merasakan hal itu karena sejak tadi mereka terus menatap tubuh telanjangnya dengan pandangan mesum.
“Ohh…tentu, tentu bisa kita selesaikan ini baik-baik” jawab Imron, “ayo Non naik sini dulu biar kita bicara gak jauh-jauhan gitu, yuk sini !” dia mengulurkan tangan meminta gadis itu naik ke darat.
Di darat sebisa mungkin Devi menutupi tubuh telanjangnya, dengan lengan kanan dia menutupi payudaranya dan telapak tangan kiri menutupi kemaluannya, namun itu semua tidak cukup menutupi tubuhnya, kemolekan tubuhnya tetap terlihat oleh kedua orang yang telah mengerubunginya itu. Devi merasa bulu kuduknya merinding semua karena tatapan mereka, namun di sisi lain dia juga merasa ada kegairahan aneh seperti ketika sesi pemotretan dimana dia merasa tersanjung karena sanggup membuat pria-pria yang memotret dirinya menelan ludah melihat tubuhnya yang dibalut pakaian seksi, tapi kali ini lain, kali ini dia harus bugil di depan dua pria bertampang sangar.
“Udah ga usah ditutup-tutupin gitu, tetap aja keliatan kok sama kita !” Imron menarik lengan kanan Devi sehingga payudaranya yang berputing coklat muda itu terekspos jelas.
“Eehh…jangan kurang ajar yah !” pekiknya seraya menarik lagi lengannya.
Namun dengan cekatan Abdul meraih lengannya disusul lengan satunya yang menutupi kemaluan lalu ditelikung ke belakang sehingga kedua lengan gadis itu terkunci.
“Aduh…sakit, lepasin…lepasin saya !” jeritnya, semakin meronta dia semakin merasa lengannya makin tertekuk dan sakit sehingga sebentar saja dia memilih mengendurkan perlawanannya.
“Hehehe…kurang ajar gimana Non, gini baru kurang ajar nih !” Imron meraih dan meremasi payudara kanan gadis itu.
“Atau gini nih hehe !” sahut Abdul dari belakang sambil menepuk dan meremas pantatnya yang bulat indah.
“Kita cuma minta kerjasama Non buat nutup mulut…Non mending nurut aja daripada kita laporin ke rektorat” ujar Imron sambil mengelus pipi Devi.
Devi terdiam dengan ekspresi bingung, sejujurnya dia merasa enggan harus melayani kedua pria menjijikkan ini, namun bagaimana kalau sampai rahasia ini terbongkar, bukan saja malu yang didapatnya, tapi masa depan karirnya pun pasti suram. Dia pun berpikir daripada mendapat kesulitan seperti itu lebih baik pasrah saja dan menuruti kemauan mereka, toh dirinya juga sudah tidak perawan lagi, pria yang pernah menikmati tubuhnya pun hingga kini sudah tiga orang yaitu bekas pacar-pacarnya, jadi apa salahnya bersama mereka yang beda hanya perbedaan status, penampilan fisik dan rasnya. Sebelumnya dia memang pernah mendengar dari Joane bahwa temannya itu pernah merasakan ML dengan si penjaga kampus di hadapannya ini, Joane menceritakan padanya bagaimana dia menggoda pria itu di kelas hingga akhirnya terlibat persetubuhan (baca eps. 7) namun Joane tidak menceritakan lebih lanjut bahwa dia telah menjadi budak seks pria itu. Ketika itu Devi merasa risih sekaligus agak terangsang membayangkan digerayangi dan disetubuhi orang seperti itu, namun untuk mencobanya terus terang dia tidak seberani temannya itu. Tidak pernah terbayangkan hari ini dia harus mengalami seperti yang diceritakan Joane dulu.
“Iya, iya saya menyerah, tapi tangannya lepasin dong Pak, sakit nih, aduh !” pintanya dengan meringis kesakitan.
Imron menggerakkan kepala menyuruh Abdul melepaskan Devi. Kedua pria itu lalu memeluk tubuh Devi yang sudah pasrah. Abdul mendekapnya dari belakang sambil meremasi payudaranya dan menciumi lehernya. Dari depan Imron meremas payudara satunya sambil melumat bibir gadis itu, dijilatinya bibir tipis gadis itu memaksanya membalas ciumannya. Sentuhan-sentuhan pada bagian sensitif tubuhnya menyebabkan gairah dalam dirinya bangkit dengan cepatnya sehingga mulutnya mulai membuka menyambut ciuman Imron, lidah mereka bertemu dan saling membelit. Sebenarnya Devi merasa tak nyaman dengan nafas Imron yang tidak sedap, namun perasaan itu makin berkurang seiring birahinya yang makin naik.
“Eenggghh !” desahnya tertahan ketika dirasa jari-jari mengelusi bibir vaginanya.
Dia merapatkan paha menahan rasa geli, namun pemilik tangan itu, si Abdul malah semakin gemas dibuatnya, dia makin gencar menggerakkan tangannya diantara jepitan kedua paha mulus itu sambil menggesek-gesekkan penisnya dari balik celana pada pantat Devi. Jarinya kini mulai membelah bibir vaginanya dan menggosok-gosok dinding bagian dalamnya. Devi juga merasakan kedua putingnya makin mengeras karena dimain-mainkan sejak tadi. Darahnya berdesir dan nafasnya makin memburu sehingga percumbuannya dengan Imron semakin panas saja, suara decak ludah mereka terdengar disertai desahan tertahan gadis itu.
Devi semakin terbawa arus, kedua lengannya memeluk tubuh Imron seakan memintanya melakukan lebih dan lebih. Himpitan kedua pria ini memberi kehangatan bagi tubuhnya yang tadi sempat kedinginan. Tangan Imron merambat ke bawah ke vaginanya dimana tangan Abdul juga sedang bercokol. Vagina Devi kini diobok-obok dua tangan kasar, jari-jari mereka dengan liar mengelus atau keluar masuk liang vaginanya. Daerah itu makin becek dibuatnya. Imron tidak menyangka dapat menaklukkan gadis model ini demikian mudah, bahkan lebih mudah daripada korban-korbannya yang cewek bispak seperti Joane dan Fanny. Jawabannya adalah karena dari dalam hati kecilnya memang Devi menginginkan diperlakukan seperti ini, waktu dulu Joane bercerita pernah ML dengan Imron pun dia terangsang sehingga vaginanya becek. Namun demikian, statusnya sebagai calon public figure menyebabkannya harus menjaga image dan tidak bisa sebebas Joane yang memang dikenal sebagai mahasiswi bispak. Kini, walaupun awalnya dia terpaksa tapi keinginan terpendamnya itu terpenuhi dan gairahnya pun menyala-nyala. Kini pertama kalinya dia melakukan threesome juga pertama kalinya melakukan dengan orang-orang kasar kelas bawah seperti mereka, seolah-olah ada sensasi berbeda dari yang pernah dia rasakan bersama mantan pacar-pacarnya dulu. Ledakan dari keinginan terpendamnya itu membawanya pada penyerahan diri total tanpa memikirkan lagi status yang disandangnya, tidak ada lagi perbedaan antara kelas atas maupun bawah, top model maupun orang-orang pekerja kasar, cantik dan jelek, yang ada hanyalah dua jenis manusia yang terlibat dalam aktivitas seks.
Puas dengan Frech kiss, ciuman Imron mulai merambat turun, lehernya dia cium dan jilati dengan gerakan menurun hingga ke payudaranya. Imron membungkuk sedikit agar bisa melumat payudara gadis itu. Mulutnya menyedot dengan keras payudara itu, putingnya digigit-gigit serta dimain-mainkan dengan lidahnya.
“Aahhh…aahh…!” desah Devi dengan tubuh menggelinjang.
“Wow, ini memek cepet banget beceknya, udah keenakan yah Non ?” sahut Abdul.
“Berlutut Non !” perintah Imron padanya.
Devi berlutut di depan mereka tanpa banyak cingcong seolah pasrah mau diapakan saja oleh mereka. Imron di sebelah kanannya sedangkan Abdul di sebelah kiri, mereka mulai membuka celana masing-masing. Sebentar saja kedua penis mereka telah mengacung terarah ke wajahnya. Mata Devi terbelakak menyaksikan batang penis yang begitu besar, hitam dan berurat, milik kedua mantan pacaranya dulu tidak ada apa-apanya di banding dua ini, apalagi milik Imron yang perkasa itu. Dengan tangan bergetar tangan kanannya meraih penis Imron dan tangan kirinya penis Abdul.
“Ayo Non, disepong yang enak, saya mau ngerasain servisnya foto model nih hehehe !” kata Abdul sudah tak sabar.
Entah setan apa yang sedang merasuki Devi sehingga dia begitu pasrahnya menuruti mereka. Selama ini dia merasa semua orang menyanjungnya dan menganggapnya gadis yang sulit disentuh karena statusnya sebagai calon bintang, namun baru kali ini dia merasakan diperbudak dan direndahkan sehingga seperti ada sensasi yang lain dari biasanya yang secara tak sadar mulai dinikmatinya.
Mula-mula dia mulai dengan menyapukan lidahnya pada permukaan batang penis Abdul hingga ke kepala penisnya, lalu berpindah ke Imron dengan teknik yang sama. Kedua pria itu mendesah karena nikmatnya. Dia mengoral dan mengocok penis itu secara bergantian, sementara penis yang satu dioral, yang lain dikocok demikian bergantian.
“Eeenngghh…sebentar Non terusin dulu yang saya !” sahut Imron sambil menahan kepala Devi ketika hendak pindah mengulum penis Abdul.
Imron masih merasa keenakan dengan kuluman dan jilatan gadis itu sehingga ingin merasakannya lebih lama. Abdul nampaknya mengalah saja karena dia hanya ikutan kalau bukan tanpa Imron belum tentu dia mendapat kesempatan ini. Devi mengulum penis itu dalam mulutnya, lidahnya bergerak liar menyapu batang dan kepala penisnya yang mirip jamur, dia mulai terbiasa dengan penis Imron yang agak bau itu.
“Uuhh…enak…asyik Non terus !” desah Imron sambil menggoyang pinggulnya seolah sedang menyetubuhi mulutnya.
Sepuluh menit kemudian ketika spermanya mau muncrat barulah Imron melepaskan penisnya karena tidak ingin buru-buru orgasme. Ini bukan berarti tugas Devi selesai, penis Abdul sudah menunggu pelayanannya. Abdul yang dari tadi penisnya cuma merasakan pijatan dan kocokan tangan gadis itu langsung menjejali mulut Devi dengan penisnya.
Beberapa detik pertama Devi membenamkan penis itu dalam mulutnya, di dalamnya lidahnya bergerak mengitari penis itu dan ujungnya, diameter penis Abdul tidak sebesar Imron jadi kali ini tugasnya agak ringan. Abdul sendiri mengerang-ngerang merasakan sensasi pada penisnya. Kepala Devi kini mulai maju-mundur sambil menyedoti penis itu, terasa asin dan aromanya tidak sedap, tapi Devi sudah tidak peduli lagi. Ketika sedang larut melayani penis Abdul, dia merasakan ada sepasang tangan mendekapnya dari belakang. Sebuah telapak tangannya meraih payudara kirinya, dan telapak tangan lain menggerayangi kemaluannya.
“Eemmm…mmm…!” demikian suara yang keluar dari mulut Devi yang sedang mengulum penis Abdul.
Dia nampak menikmati sekali mengoral penis si penjaga kolam itu sambil tubuhnya digerayangi serta dijilati si penjaga kampus. Devi merasa vaginanya makin berair karena terus dikorek-korek Imron sehingga otomatis dia semakin bergairah mengulum penis Abdul. Abdul sendiri juga sangat menikmati penisnya dikulum gadis secantik ini.
“Enak yah Non, tuh buktinya basah gini, ngedesah terus lagi” ujar Imron dekat telinga Devi.
“Iya nih Ron, kayanya si Non ini udah keenakan, sepongannya nih asoy banget, sepongan foto model hehehe !” kata Abdul disambul tawa mereka terkekeh-kekeh.
Sakit sekali hati Devi mendengar komentar tak senonoh terhadap dirinya itu, tapi dia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya juga terangsang oleh perlakuan mereka. Jari-jari Imron bergerak nakal mempermainkan payudara Devi berpindah-pindah antara kiri dan kanan menyebabkan kedua putingnya mengeras.
“Kocok terus memeknya Ron, tuh dia udah mau keluar keliatannya !” ujar Abdul yang melihat Devi semakin mendesah dan menggeliat.
Devi semakin dekat ke puncak, wajahnya merah padam. Jari-jari Imron yang menggesek dinding vagina dan memainkan klitorisnya membuatnya tidak tahan dan akhirnya menyerah. Dia mengejang dahsyat dan hendak mendesah panjang, namun kepalanya ditahan oleh Abdul yang terus saja menyodok-nyodokkan penisnya ke mulutnya. Mereka bahkan menyeringai senang melihat Devi bereaksi yang justru menambah nafsu mereka. Cairan orgasme Devi mengalir di daerah selangkangannya membasahi jari-jari Imron. Baru setelah tubuh Devi melemas kedua pria bejat itu melepaskannya sementara. Dia hanya bisa berlutut di lantai sambil terbatuk-batuk dan mengambil nafas dengan terengah-engah, kakinya terasa lemas setelah terpaan gelombang orgasme sehingga belum sanggup untuk berdiri.
“Liat nih Dul, pejunya banyak gini, peju foto model nih !” sahut Imron menunjukkan jarinya yang belepotan cairan orgasme gadis itu pada temannya.
“Huehehe…pasti enak tuh, ntar juga gua mau nyoba ah !” kata Abdul “Sip kan Non ? gimana rasanya kontol-kontol wong cilik kaya kita hehehe !” ejek Abdul.
“Biar kita wong cilik, tapi kan kontol kita gede dan bisa muasin Non” Imron menimpali dan mereka berdua kembali tertawa-tawa.
Kemudian Imron mendekati Devi dan meraih lengannya hendak mengangkatnya berdiri.
“Ntar Pak, saya istirahat dulu !” gadis itu menggeleng dengan wajah memelas.
“Alla…baru pemanasan aja masak lemes, ya udah kalau gitu kita masuk air aja biar seger !” Imron menggiring tubuh telanjang Devi ke kolam tanpa mempedulikan protesnya.
“Aduh…sabar dong, jangan…aaww !” Devi menjerit ketika punggungnya didorong pria itu hingga tercebur ke air, “Jbuurr !”
Kedua pria bejat itu menyusul masuk ke air setelah membuka pakaian atas mereka hingga telanjang bulat. Mereka berada di daerah kedalaman 1,2 meter yang merendam sebatas dada. Kedua pria bertampang sangar itu kembali mengerubuti tubuh gadis cantik itu dan tangan-tangan mereka bergerilya menjamahi tubuh mulusnya. Devi hanya meronta pelan dan mendesah merespon sentuhan-sentuhan erotis di sekujur tubuhnya.
Abdul langsung mengambil posisi di depan Devi, kedua kaki gadis itu dia naikkan ke bahunya dan wajahnya mendekati vaginanya. Tubuh Devi kini setengah mengambang di permukaan air dengan didekap Imron dari belakang dan kedua kakinya dipegangi Abdul.
“Aaahh !” desah Devi sambil menggeliatkan tubuh begitu lidah Abdul menyapu bibir kemaluannya.
Lidah Abdul yang bergerak liar pada vaginanya membuat gadis itu tak sanggup menahan desahannya, belum lagi serangan dari Imron berupa jilatan dan cupangan pada leher jenjangnya. Rambutnya yang terikat ke belakang memudahkan Imron untuk mengerjai bagian leher, tenguk dan telinga. Abdul makin membenamkan wajahnya pada kemaluan Devi yang bulunya dicukur rapi sehingga berbentuk memanjang dengan lebar sekitar dua centi. Lidah pria botak itu masuk semakin dalam menjelajahi vagina gadis itu. Sementara Imron meremasi payudara kirinya sambil menyedoti yang kiri, tangannya yang kekar itu tetap menopang tubuh gadis itu.
“Ohhh…aakhh…pelan-pelan Pak jangan kasar !” erangnya ketika Imron menggigiti putingnya dengan gemas.
Selain dengan lidah, Abdul juga memain-mainkan jarinya di vagina Devi. Kombinasi antara lidah dan jari itu sungguh membuat gadis itu berkelejotan tak karuan. Baru kali ini dia merasakan hubungan seks yang begitu dahsyat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kedua pria ini begitu bernafsu seolah hendak menelan dirinya, lain dengan bekas pacarnya yang memperlakukannya dengan lembut.
Tak lama kemudian Abdul menyudahi aksinya menjilati vagina Devi, kaki Devi diturunkannya dan dia mempersiapkan penisnya hendak menusuk vagina gadis itu.
“Gua dulu yah Dul, udah ga tahan dari tadi nih !” sahut Imron sambil membalikkan tubuh Devi menghadap ke arahnya.
Meskipun agak protes, tapi akhirnya Abdul mengalah juga karena Imron yang menciptakan kesempatan ini hingga dia bisa ikut serta. Imron mendekap tubuh Devi sambil tangan satunya mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu.
“Oohh…!!” desah Devi saat kepala penis pria itu mulai melesak ke dalam vaginanya di bawah air sana, “pelan-pelan Pak !”
Imron menghentak pinggulnya pelan sehingga penis itu makin terdorong masuk diiringi erangan gadis itu. Kemudian sekali lagi dihentakkan dengan lebih bertenaga sehingga Devi pun mendesah lebih panjang dengan tubuh mengejang. Penis itu kini telah menancap pada vaginanya. Tubuh keduanya telah bersatu dalam posisi berdiri di air.
“Legit Ron ?” tanya si Abdul penasaran.
“Lumayan, masih enak biar udah jebol” jawab Imron.
Sebentar saja Imron sudah menggenjot tubuh Devi dengan posisi berdiri memegangi kedua kakinya, kalau di darat gaya seperti ini cukup menguras tenaga karena menopang berat badan si wanita, tapi di air tidak begitu melelahkan.
Imron memulainya dengan gerakan lambat agar Devi terbiasa dan menikmatinya. Lama-lama Devi yang lebih aktif menggerakkan tubuhnya, dengan kedua tangan melingkar pada leher Imron, dia menggenjot-genjotkan tubuhnya seolah ingin penis itu menancap lebih dalam. Air di sekitar mereka semakin beriak akibat goyangan tubuhnya yang semakin liar. Abdul mendekati mendekatinya dari samping kiri, pria itu melepaskan lengan kiri Devi dari leher Imron dan meletakkannya di lehernya untuk bertumpu. Tubuh gadis itu dia condongkan sedikit ke arahnya sehingga dapat mengenyoti payudaranya. Lidah penjaga kolam itu menari-nari menggelitik puting Devi yang sudah mengeras sejak tadi. Tangan Abdul di bawah air sana aktif bekerja mengelusi paha dan pantatnya. Devi tidak berdaya menghadapi serbuan kedua pria ini, terlebih ini threesome pertamanya, mulutnya mendesah sejadi-jadinya. Hal ini membuat Imron semakin bernafsu, frekuensi genjotannya makin meningkat beradu dengan goyangan tubuh gadis itu. Ketika hentakan mereka yang berlawanan arah itu bertumbukkan itulah kenikmatan terbesar yang didapat. Devi merasakan vaginanya penuh sesak hingga menyentuh G-spotnya sedangkan Imron merasa penisnya diremas-remas oleh dinding vagina Devi yang bergerinjal-gerinjal.
Devi merasakan gelombang orgasme mulai datang lagi. Rasa nikmat dari bawah menjalar ke seluruh tubuh menyebabkan tubuhnya mengejang. Devi melepaskan perasaan itu dengan erangan panjang. Melihat korbannya telah orgasme, kedua pria itu semakin mempergencar serangannya. Abdul makin gemas mengenyot payudaranya sampai meninggalkan bekas-bekas cupangan pada kulit payudaranya yang putih. Imron semakin cepat menghujam-hujamkan penisnya hingga dia sendiri klimaks.
“Aarrggh…nngghhh…enak tenan !” erang Imron sambil menekan dalam-dalam penisnya yang menyemburkan orgasme dalam liang vagina Devi.
Setelah orgasmenya reda, Imron melepaskan tubuh Devi, di bawah sana nampak spermanya yang kental melayang-layang di air. Abdul memeluk tubuh Devi yang lemas, nafasnya naik-turun sehingga buah dadanya juga ikut bergerak seirama nafasnya. Belum lagi tenaganya pulih, Devi sudah merasakan benda tumpul menyentuh bibir vaginanya dari belakang.
“Nanti Pak, saya masih capek…oohh…nanti !” rintih Devi sambil meronta.
Abdul yang nafsunya sudah di ubun-ubun sepertinya tidak peduli kondisi Devi, dia terus memaksa Devi untuk melayaninya saat itu juga.
“Heh…diem, lu harus muasin gua sekarang juga, salah sendiri punya body bahenol jadi bikin saya konak !” bentaknya.
Karena tidak cukup kuat untuk melawan, Devi akhirnya memilih pasrah saja menuruti nafsu setan pria itu.
Abdul berhasil melakukan penetrasi pada vagina Devi, tubuh mereka kini bersatu dalam posisi 99 atau berdiri memunggungi pasangan. Gaya permainan Abdul lebih primitif daripada Imron, baru saja penisnya berhasil masuk dia sudah memompa gadis itu dengan sangat brutal, bisa dimaklumi sebab dia jarang menikmati dara secantik ini, baginya Devi adalah mahasiswi kedua yang dia nikmati setelah tiga hari sebelumnya menikmati Joane yang ditawarkan Imron padanya sebagai imbalan untuk bekerjasama menjebak Devi sekarang ini. Penis Abdul yang sudah ereksi maksimal menghujami vagina gadis itu tanpa ampun sementara kedua tangannya menggerayangi dan meremasi kedua payudaranya. Abdul juga terus mencumbui bagian tubuh Devi yang terjangkau oleh mulutnya.Devi perlahan-lahan mulai membiasakan diri dengan permainannya yang kasar dan menikmatinya. Imron menghampiri mereka dan menghimpit tubuhnya dari depan, penis pria itu sudah berdiri lagi. Dia menjulurkan lidahnya menjilati pipi mulus Devi dengan satu sapuan.
“Gimana rasanya Non ? enak nggak ngentot sama kita-kita ?” tanya Imron sambil memegang payudara kirinya.
“Enakhh…enak…ahh…ahh !” jawab Devi di sela erangan nikmatnya.
“Non punya pacar ?” tanyanya lagi.
“Ngga…aahhh…lagi ngga !”
“Ngga punya pacar kok udah nggak perawan, siapa yang merawanin hah ?”
“Aahh…pacar pertama…ooohh !” jawab Devi sambil menjerit karena saat itu Abdul memberikan sentakan kasarnya.
“Pertama ? emang udah berapa kali pacaran lu ?” Abdul bertanya dari belakang.
“Tiga…tiga…eenggh…kali !”
“Wah-wah, terus tiga-tiganya udah pernah ngentot sama Non ?” tanya Imron
“Iyah, iya ahh…aahh…ughh !”
“Dasar, ternyata artis sama perek ga ada bedanya yah, cuma beda status doang” sahut Abdul mengejeknya.
“Berarti kita ngentot sama Non juga boleh-boleh aja dong, kan Non udah biasa dientot, kalau saya minta lagi besok-besok Non mau kan ?” tanya Imron lagi yang diiyakan Devi sambil terus mendesah.
“Jadi mulai sekarang Non ini budak seks saya, perek saya, ngerti ?” Imron sepertinya tak puas hanya menelanjangi tubuh Devi, ia masih ingin menelanjangi harga diri sang calon bintang itu.
“Iyah Pak…saya…ahh…ahh…perek Bapak !” Devi yang sudah tidak bisa berpikir jernih lagi menerima begitu saja dirinya direndahkan demikian rupa.
Selama duapuluh menitan Abdul menyetubuhi Devi dalam posisi demikian hingga akhirnya mencapai orgasme hampir berbarengan dengan gadis itu. Tubuh keduanya menggelinjang dan mulut mereka mengeluarkan erangan orgasme yang nikmat. Devi merasa seluruh tubuhnya lemas sekali, dia hanya bisa bersandar pada tubuh Abdul yang masih mendekapnya dan penisnya masih tertancap di vaginanya.
“Huihh…asoy banget kan Non ? enak nggak ?” tanya Abdul meresapi sisa-sisa orgasmenya sambil memilin-milin puting susu Devi.
Devi hanya mengangguk lemah, baru pertama kalinya dia merasakan disetubuhi habis-habisan sampai luluh lantak seperti ini, tidak bisa disangkal dia merasakan kepuasan total bersetubuh dengan orang-orang kasar seperti mereka. Merekapun membawa tubuh Devi ke daerah dangkal untuk duduk selonjoran beristirahat disana. Imron naik ke darat dan mengambil botol aqua milik Devi dan meminumnya, lalu dia kembali turun ke air mendekati Devi yang sedang didekap si penjaga kolam itu.
“Nih Non minum dulu, biar seger, udah gitu kita bisa main lagi !” tawarnya menyodorkan botol aqua itu.
Devi langsung meraih botol yang isinya tinggal setengah kurang dan meminumnya sampai habis. Air itu sangat membantu menghilangkan dahaga pada tenggorokannya yang terasa kering karena terus mengerang sejak tadi, air itu juga mengembalikan sedikit kekuatannya.
Di areal kolam renang indoor itu sepi, hanya ada ada cahaya lampu dan sinar bulan keperakan yang memancar dari atas kubah kaca dan jatuh di air kolam itu. Suara desiran air dan dengusan nafas mereka terdengar karena sepinya.
“Hehehe…seumur-umur gua ga pernah ngebayangin bisa ngentot sama artis, akhirnya kesampean juga” kata Abdul dengan senyum puas di wajahnya.
“Non tenang aja, kita kalau di depan umum ga bakal nyolot ke Non, Non boleh kuliah seperti biasa, punya pacar juga boleh, tapi kalau saya panggil Non harus nurut dan jangan pernah ngomong tentang ini ke siapa-siapa, kecuali kalau Non mau nanggung malu seumur hidup !” Imron berkata dengan kalem namun mengancam.
Devi diam saja tidak bersuara apapun, matanya menatap ke arah Imron dengan tajam. Ia tidak tahu apakah harus marah karena dijebak seperti ini ataukah harus berterimakasih karena pria ini telah memenuhi hasrat liarnya. Dia menurut saja ketika mereka mengajaknya bermain penetrasi ganda, dalam hatinya sudah lama ingin merasakan cara ini, namun ragu-ragu untuk mencobanya. Abdul kini duduk selonjoran sambil bersandar di tembok kolam dan Devi menurunkan tubuhnya hingga penis pria itu masuk ke vaginanya.
“Pelan-pelan yah Pak, saya belum pernah main disitu” pesannya ketika Imron hendak memasukkan penisnya ke pantatnya.
“Tahan dikit Non, ntar kesananya dijamin uenak kok” kata Imron.
Centi demi centi penis Imron yang hitam berurat itu memasuki anus Devi. Gadis itu mengerang menahan sakit karena anusnya yang masih perawan itu dijejali penis yang demikian besar. Wajahnya meringis sambil tangannya mencengkram kuat lengan Abdul. Si penjaga kolam yang melihat reaksi wanita itu sedang asyik menyusu dari payudaranya sambil menunggu semuanya siap dan bergoyang. Setelah kedua penis itu menusuk kedua lubangnya, mulailah kedua pria itu menggenjot tubuh Devi secara berbarengan. Penis mereka keluar masuk dengan cepat di vagina dan pantatnya. Devi sendiri tampaknya mulai menikmatinya dan gerakannya semakin liar mengimbangi kedua pejantannya. Suara erangan nikmat dan kecipak air bercampur baur di ruangan itu. Bulan di langit yang mengintip melalui kubah kaca menjadi saksi bisu atas tindakan asusila kedua pria bejat itu terhadap gadis model ini. Tangan-tangan kasar mereka tidak pernah absen menjamah tubuh gadis itu selama menggarapnya. Abdul menyusupkan wajahnya ke ketiak Devi yang mulus tanpa bulu. Dicumi dan dijilatinya ketiak itu dengan penuh nafsu inci demi inci tanpa ada yang terlewat. Devi hanya bisa mengerang-ngerang dengan mata membeliak-beliak, sesekali dia menggigit bibir, matanya sampai berair karena menahan rasa nyeri yang mendera kedua liang senggamanya, rasa nyeri yang bercampur dengan kenikmatan.
Setelah setengah jam berpacu dalam posisi demikian dengan irama cepat dicampur irama lambat, tubuh Devi mengejang, mulutnya membuka lebar dan menjerit kuat-kuat melepaskan rasa nikmat yang sudah memuncak. Setengah menit kemudian Imron menekan dalam-dalam penisnya pada pantat Devi dan melenguh panjang, spermanya menyembur dalam lubang pantatnya. Keduanya mengalami orgasme yang cukup panjang, genjotan Imron mulai berhenti dan akhirnya dia mencabut penisnya dari pantat gadis itu, dirasakan penisnya panas sekali akibat sempitnya liang itu sehingga Imron menciduk air kolam untuk membasuh penisnya agar lebih adem. Abdul yang juga segera akan orgasme melepas genjotannya dan bangkit berdiri.
“Buka mulutnya Non, saya pengen ngecrot di mulutnya Non sih !” perintahnya sambil menjenggut rambut gadis itu.
Devi pasrah saja membiarkan penis itu memasuki mulutnya dan bergerak maju-mundur seolah menyetubuhinya. Hal itu tidak berlangsung lama, tidak sampai tiga menit pria botak itu akhirnya ejakulasi dan menumpahkan isi penisnya di mulut gadis itu. Dengan sisa-sisa tenaganya Devi berusaha menyedot dan menelan sperma itu agar aromanya yang tajam itu tidak terlalu lama menyiksa. Cairan kental itu meleleh sebagian di pinggir bibir tipisnya. Penis pria itu berangsur-angsur menyusut dalam mulut gadis itu dan semprotannya semakin lemah. Abdul pun akhirnya menjatuhkan diri di kolam dangkal itu dengan nafas ngos-ngosan. Puas sekali dia akhirnya bisa menyetubuhi model cantik itu.
Keesokan harinya di kampus Joane dua kali menghindar saat melihat Devi, yang pertama saat menunggu lift dan yang kedua saat di kantin, Joane langung berpamitan pada teman-temannya yang makan bareng dengan alasan ada urusan penting, padahal makannya belum habis. Jam tiga sore setelah kuliah terakhir, dia tidak bisa menghindar lagi. Ketika itu dia baru keluar dari toilet dan bertemu dengan Devi yang memang sudah tahu dia disana dan sengaja menunggunya. Joane terdiam seribu bahasa dan kepalanya menunduk tidak berani menatap wajah temannya itu.
“Tunggu, gua mau bicara” kata Devi memegangi lengan Joane saat gadis itu hendak berlalu darinya, “Kenapa Jo…kenapa lu lakukan itu ?” tanya Devi dengan suara bergetar memegangi kedua lengan Joane.
Joane tetap menunduk, matanya mengucurkan air mata, dia terisak lalu jatuh berlutut di depan temannya itu.
“Maafin gua Vi, gua juga ga bisa apa-apa” isaknya “gua dipaksa”
Joane menceritakan dengan detil bagaimana dia sampai menjadi budak seks si penjaga kampus laknat itu dan bagaimana dilemanya disuruh menjadi alat untuk menjebaknya kemarin.
“Gua siap mau lu apain juga Vi, mau tamper, pukul, atau dibunuh pun gua udah siap, ini emang salah gua” suara Joane makin bergetar dan tersedu-sedu.
Devi juga ikut berlutut di depan temannya, dia tidak bisa berkata-kata selain memeluk Joane, dibelainya rambut temannya itu, diapun ikut meneteskan air mata.
“Jo, lu tau, bagaimanapun kita ini tetap teman, ini bukan salah lu tapi bajingan itu” kata Devi sambil terisak, “kalau kita rusak biarlah kita sama-sama rusak”. Mereka saling berpelukan dan bertangisan. Keduanya tetap bersahabat dan makin dekat karena senasib sepenanggungan sebagai budak seks Imron.

TamaT

Akibat Melihat Foto Telanjang

Kutipan dari cerita dewasa yang banyak beredar,

Foto telanjang bisa menjadi modal untuk menekan orang, baik dengan cara yang halus sampai ancaman keras agar bisa menikmati tubuhnya, dalam cerita ini sebenarnya mirip sinetron, tapi sangat menarik, karena foto telanjang si om genit dapat perawan lagi, Langsung saja ceritanya berikut ini.

Foto Cewek perawan, perawan, gadis perawan
kejadian ini terjadi kira2 2 bulan yang lalu, saat itu rumah saya kedatangan seorang teman dari pembantu saya sebut saja namanya bunga. bunga ini dtg ke jakarta untuk mencari pekerjaan, umur dia sekitar 19-21 tahun. pembantu saya meminta ijin kepada saya klo bunga akan menginap di rumah saya sampai dia mendapat pekerjaan.
saya tinggal di rumah bersama istri dah satu orang anak saya. istri saya bekerja di salon temannya, sementara saya wirausaha menjual berbagai tanaman hias sehingga waktu saya banyak saya habiskan di rumah mengurusi tanaman. sedangkan pembantu saya etiap harinya menemani anak saya yg masih SD dari pagi hingga sore.
Kadang-kadang saya merasa kesepian di rumah karena hanya ada saya sendiri. suatu hari saya merasa kesepian dan saya melihat bunga sedang mencuci pakaian, dan saat itulah saya berpikir bagaimana klo saya dapat ML dengan bunga agar rasa kesepian ini hilang. sebenarnya saya takut sekali untuk melakukan hal ini secara paksa atau to the point mengajak bunga untuk ML karena takut klo dia mengadu kepada pembantu ato istri saya sehingga nama baik saya jadi usak.
berbagai cara saya pikirkan bagaimana agar saya dapat ML dengan bunga. setelah saya pikir2, saya mendapat ide untuk menjebak dia agar dia mau ML dengan saya tanpa paksaan sama sekali yaitu dengan memberi obat tidur pada makanannya dan saat dia tertidur saya akan menelanjanginya dan memfotonya.
Ide ini saya jalankan keesokan harinya, seperti biasa istri saya bekerja di salon, pembantu mengantarkan anak saya sekolah. kira2 jam 11an saya menaburkan obat tidur pada semua makanan yang ada di atas meja, pada saat itu saya sengaja hanya makan mie instan saja.
Saat siang hari saya melihat dia mengambil makanan untuk makan siang, setelah beberapa menit selesai makan saya liat dia pergi ke kamar tidurnya, 30 menit kemudian sayapun pergi kekamarnya dan kebetulan sekali kamar dia tidak dikunci padahal saya sudah membawa obeng dan kunci cadangan serta kamera untuk mem foto .
Setelah saya buka kamarnya saya pun langsung membuka baju dan celananya tapi tidak sampai lepas, setelah itu saya memfoto semua tubuhnya yg tidak tertutup pakaian. saat saya melihat bagian tubuhnya, ingin rasanya saat itu juga saya ML dengan dia. Tapi saya berusaha untuk sabar hingga waktunya tiba, karena saya ingin ML dengan keadaan sama2
sadar dan tanpa kekerasan. Setelah mengambil foto saya pun membereskan pakaiannya seperti semula, walau masih acak2an.
saat itu hari ke-4 bunga menginap, keadaannya sama seperti biasa, hanya ada saya dan bunga dirumah dari pagi hingga siang. Di hari inilah rencana saya ML dengannya, saat itu saya ingin memperlihatkannya foto telanjangnya, sayapun pergi kekamarnya dan ternyata dia tidak ada di kamarnya, saya langsung pergi ke kamar mandi karena menurut saya dia
edang mandi. Dan ternyata dia memang sedang mandi, kebetulan dia sudah mandi karena biasanya saya dan istri saya mandi terlebih dahulu seblm ML karena saya senang yg bersih. pikiran jahat sayapun kembali bereaksi, bagaimana klo aya tiba2 memfoto dia, saat dia mandi. pintu kamar mandi saya terbuat dari plastik yg banyak sekali ditemukan di oko bangunan . saya pun langsung menendang pintu tsb, dia sangat kaget sekali waktu pintu kamar mandinya terbuka, aat pintu terbuka itu lah saya langsung mengambil foto dia. saat dia melihat saya sedang memfotonya dia dengan sigap mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya.
setelah selesai menutupi tubuhnya, dia pun membentak saya “apa2an sih bapak, pake acara dobrak pintu dan memfoto saya, nanti saya bilangi istri bapak dan melati(pembantu saya)” saya pun hanya tertawa dan menjawab “maaf, tidak sengaja” akhirnya dia menutup pintu dan kemdian langsung keluar dari kamar mandi.
Saat dia keluar kamar mandi, saya memanggil dia, awalnya dia tidak mau menoleh ke arah saya saat saya panggil dan terus berjalan ke arah kamarnya. tapi kemudian saya ngomong ke dia “mau foto telanjang kamu saya kirim ke keluargamu yg ada di desa” diapun langsung diam dan berhenti melangkah.
saya langsung menghampirinya dan memperlihatkan foto2 telanjang saat dia mandi dan tidur. dia sangat heran kenapa bisa foto saat dia tidur bisa saya ambil, saya pun menceritakan kepadanya kenapa saya bisa mengambil foto dia.
Akhirnya sayapun bilang kepadanya klo kamu tidak mau foto2 ini saya sebarkan maka kamu harus ML dengan saya. dia terus berpikir dan akhirnya dia setuju dan mau ML dengan saya. Setelah bertahun-tahun akhirnya saya dapat menikmati keperawanan untuk kedua kalinya. dengan keadaan tubuh dan payudara yg masih kenceng apa lagi vagina nya seperti bukan wanita dewasa, masih rapet banget.
Itulah awal kejadian saya ML dengan bunga, dan akhirnya bunga saya pekerjakan di rumah saya dengan alasan untuk membantu saya mengurusi tanaman saya. dan mulai saat itulah saya tidak merasakan kesepian di rumah, karena pagi hingga sore ada bunga dan sore hingga pagi ada istri saya.

Demikian cerita seks yang berawal dari keisengan mengambil foto cewek perawan dengan cara curang, dan menjadi alat ancaman untuk mendapatkan seks.

Sekian cerita panas kali ini, nantikan cerita yang laind ari kami.

Memek Anak Kelas 6 SD

Cerita Panas - Ini pengalamanku dengan anak kelas 6 SD. Aku tuh paling suka sama anak sekitar kelas 6 SD sampai 2 SMP. Kalau aku sendiri adalah mahasiswa tingkat satu di Bandung. Ceritanya pada waktu itu aku sedang jalan-jalan ke toko buku. Aku sedang ingin cari buku komik. Pas sedang cari itu, aku melihat anak yang manis, yah.. pokoknya cute banget deh! Putih, dan karena bajuyang dipakainya agak ketat, buah dadanya yang agak baru tumbuh itu sedikit menjiplak di bajunya, jadi kelihatan runcing begitu.

Aku ajak kenalan saja dia, siapa tahu bisa dapat. Tidak usah aku kasih tahu proses kenalannya ya, soalnya.. ya gitu deh.. pokoknya akhirnya aku tahu itu anak kelas 6 SD dan aku tahu nomor teleponnya. Oh iya, namanya adalah Ima, aku jadi lumayan sering menelepon dia. Habis ternyata anaknya asyik juga. Kami sering ngobrol tentang Boys Band yang dia suka, (bukanberarti aku suka Boys Band, kebetulan adikku banyak tahu, jadi aku ikut-ikutan tahu).Aku sudah beberapa kali ajak dia jalan-jalan ke Mall, tapi jarang mau. Sepertinya tidak dibolehi sama ibunya. Tapi akhirnya bisa juga. Sepertinya aku memang sedang falling in love sama si Ima. Setiap pulang sekolah, dia sering aku jemput, lucu deh, jadi seperti jemput adik sendiri, nanti aku dikira pembantu pribadinya sama temennya. Biarin deh, yang penting aku sayang sama Ima.

Nah, pada suatu hari waktu dia pulang sekolah, aku ajak saja ke rumahku. Ternyata dianya mau.Asyik, pikirku. Habis dia tidak pernah mau aku ajak ke rumahku. Dan pas ketika kuajak ke kamarku, dianya mau saja dan untung tidak ada yang melihatku bawa-bawa anak SD, kan malu juga kalau ketahuan punya cewek anak SD. Setelah beberapa kali aku ajak ke rumah, baru kali inidia mau dan mau lagi ke kamar. Kan kalau di kamar suasananya jadi lebih romance dan tenang karena berdua saja. Di kamar kustel kaset West Life, khan lumayan lembut tuh musiknya. Dia suka banget sama itu Boys Band. Pertama-tama kami ngobrol biasa tentang sekolahnya, guru-gurunya, temen-temennya, biasalah anak SD. Eh, kami akhirnya ngobrol tentang pacaran, aku tanya saja.

“Pacar kamu siapa sih..?” sambil senyum.
“Bukannya kamu..” jawabnya.
Waduh, nih anak SD polos amat.. tapi aku seneng sih, dia ngakuin aku.
“Iya nih Ma, aku sayang banget ama kamu,” rayuku.
Dianya diam sambil menatapku malu. Waduh wajahnya itu lho, masih Fresh dan dia manis sekali. Tiba-tiba, gara-gara meliat parasnya yang cute itu, aku jadi ingin mencium bibirnya, tapi dia mau tidak ya?

“Sayang, kamu pernah ciuman belum?” tanyaku.
“Belum, tapi suka deh ngeliat orang ciuman di film-film,” katanya.
“Mau nyobain tidak?” tanyaku, to the point saja.
Dia diam saja.
“Sama kamu? nggak ah, takut.. malu..” kata Ima.
“Nggak apa-apa lagi..” jawabku.
“Coba ya.. enak kok,” kataku lagi.
“Coba deh merem!” kataku.
Dia mencoba merem, tapi melek lagi, takut katanya. Jantungnya terasa deg-degan, katanya.
“Santai saja, tidak usah tegang,” kataku.

Dia mulai merem, perlahan aku dekati wajahnya, mulai terasa hembusan nafasnya. Lalu perlahan kusentuh bibirku dengan bibirnya. Ketika bibir kami mulai bersentuhan, bibirku mulai bermain di bibirnya, dia belum merespon. Dia hanya membiarkan bibirku memainkan bibirnya, terasa sekali hembusan nafasnya, bibirnya yang begitu lembut tapi akhirnya dia juga mulai memainkan bibirnya. Sekitar lima menit kami berciuman. Nafas dia terengah-engah ketika selesai berciuman. “Gimana enak tidak?” tanyaku. Dia cuma tersenyum malu-malu, “Mau lagi tidak? tapi sekarang lebih seru lagi, kumasukkan lidah ke mulut kamu, terus kamu nanti isep lidahku di dalem mulut kamu ya.. dan nanti gantian kamu yang masukin lidah ke mulutku, nanti kuisep,” kata aku.

Dia merem lagi, aku dekati bibirku. Begitu kena bibirnya, langsung aku masukkan lidahku, dia langsung menghisap, ah enak, geli dan nikmat, terasa di mulut. Setelah itu dia masukkan lidahnya ke mulutku, kuhisap lidahnya lengkap beserta ludah yang ada di mulutnya. Ketika sedang asyik berciuman itu, timbul ide nakal, aku mencoba meraba dadanya yang masih baru tumbuh. Ternyata dia tidak menolak, dia masih terus menikmati berciuman dengan aku. Aku masih terus meraba-meraba dadanya yang kalau dibilang sih masih kecil untuk ukuran buah dada, tapi aku suka sekali sama buah dada yang semacam itu, runcing dengan puting yang baru tumbuh. Aku mulai nekat, kucoba masukkan ke dalam balik bajunya, di balik kaus singletnya (dia belum pakai BH, tapi karena tidak pakai BH, putingnya yang baru tumbuh itu jadi menonjol keluar, jadi kelihatan agak runcing dadanya) terdapat gundukan kecil imut nan segar. Eh, ternyata dia mulai sadar dan menghentikan ciumannya.

“Jangan dimasukkin dong tangannya,” kata dia.
Wah, tampaknya dia belum berani.
“Maaf deh.. aku terlalu nafsu,” kataku.
“Eh, udah sore nih, kamu aku anter pulang dulu ya,” kataku.
Anak SD, kalau belum pulang sampai sore nanti dicariin, kan gawat kalau ibunya sampai tahu dia di kamarku. Akhirnya hari pertama dia di rumahku diakhiri dengan belajar ciuman.

Besok-besoknya dia tidak pernah bisa main ke rumahku. Soalnya ibunya menjemput terus. Nah, seminggu setelah dia main ke rumahku, akhirnya dia mau lagi diajak ke rumahku. Pas pulang sekolah aku ajak masuk lagi ke kamarku.
“Gimana sayang? masih mau terusin pelajaran ciuman kita minggu kemaren?” tanyaku.
Dia tersenyum.
“Mau dong.. yang pakai masukin lidah ya..” kata Ima.
“OK deh..” jawabku.

Dan mulailah kami ber-French kissing. Kami berciuman sampai beberapa menit. Tapi aku kepikiran lagi sama dada dia. Karena saking nafsunya aku ingin sekali merasakan dada cewekku ini. Aku mencoba minta ke Ima. “Ma.. aku pengen liat.. liat dada kamu boleh nggak..? Entar enak deh, bisa lebih enak dari pada ciuman,” kataku. Dia diam saja sambil menatap ke arahku. Akhirnya dia mau juga setelah kubujuk. Dia aku suruh duduk di tempat tidurku. “Kamu tenang aja ya..” dia mengangguk. Aku perlahan-lahan membuka baju kemeja sekolahnya, satu per satu kancingnya kubuka. Dia menatapku dengan perasaan yang tegang. “Rilex aja lagi.. jangan tegang gitu.. tidak sakit kok,” kataku. Akhirnya dia agak tenang.

Begitu kebuka semua, wah, ternyata masih ada kaus singletnya yang menghalangi buah dada mininya itu. “Aku buka semua ya..” kataku. Dia mengangkat tangannya ke atas, lalu kubuka singletnya.Wow.. ternyata indah sekali man..! Kulitnya yang putih mulus, masih halus sekali, buah dadanya yang baru muncul itu menampakkan suatu kesan yang amat indah, putingnya berwarna pink itu, membuat lidahku ingin mengulumnya. Dengan perlahan kusentuhkan lidahku ke putingnyayang berwarna pink itu. (PS: Kalau mau mencoba sama anak yang baru tumbuh buah dadanya, hati-hati, soalnya daerah itu masih sensitif sekali. Kalau kesentuh keras sedikit saja, terasa sakit sekali sama dia. Bener tidak?).

Lalu mulai kujilati dan tanganku mencoba menyentuh puting yang satu laginya. Dia merem ketika aku menjilati putingnya, dia tinggal memakai rok merah, seragamnya. Dia merem ketika aku menjilat, menghisap, menyentuh, meraba buah dada imutnya itu, dan dia mulai mendesah kenikmatan, “Ssshhssh.. mm..” desahnya, aku makin horny saja mendengarnya dan aku makin lancar mengerjai dadanya itu. Aku jilati bergantian kanan dan kiri, dan aku juga menjilati perutnya dan pusarnya. Sedang menjilati tubuhnya itu, eh, timbul lagi benak nakal. Bentuk vaginanya gimana ya? aku jadi penasaran gitu. Aku masukkan tanganku ke dalam roknya. Kuusap-usap CD-nya yang melapisi vagina imut-imut milik seorang anak kelas 6 SD yang manis itu.

“Ima.. kamu mau tidak membuka rok kamu..?” tanyaku.
“Mau kan sayang..?” tanyaku lagi.
“Tapi tidak apa-apa kan?” tanya Ima.
“Nggak kok..” kataku.
Dia kusuruh tiduran. Aku membuka roknya, aku peloroti roknya, dia tinggal memakai celana dalamnya yang berwarna pink (lucu deh, ada gambar Hello Kitty-nya), dan akhirnya aku peloroti CD-nya. Terlihatlah sekujur tubuh telanjang seorang anak SD yang membuatku ingin menidurinya. Terlihat vagina yang masih mulus, belum ada bulunya dan bibir vaginanya yang mulus juga, dan aku nafsu sekali. Aku jilati vaginanya, dianya kegelian, sehingga badannya bergoyang ketika aku jilati bagian dalam vaginanya.

Tapi lama-lama kupikir, aku jahat sekali, nih anak kan cewekku, masa aku tega sih. Ya sudah, aku selesai saja. Kalau aku sampai ML, berarti aku menghancurkan masa depan seorang anak. Aku terus menjilati vaginanya, dan aku terus menjilati bagian klitorisnya sampai dia bergoyang-goyang. Akhirnya dia mengalami orgasme, “Aahh.. aku lemes..” Akhirnya aku sudahi jilati vaginanya dan kucium pipinya.

“Gimana enak kan..?” tanyaku.
“Iya..”
“Tidak apa-apa khan?” kataku.
“Udah sore tuh kamu mau pulang..?” tanya aku.
“Iya deh, tapi kapan-kapan lagi ya..” katanya.
“Iya deh sayangku,” kataku sambil kucium keningnya.

Yah begitulah ceritanya, aku tidak tega untuk merenggut keperawanan nya. Aku sama Ima jalan sampai dua bulan saja, karena bosan. Aku tidak pernah ML sama dia dan aku sudah berjanji tidak mau ML sama dia. Nantikan cerita kami berikutnya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More